Seluruh anggota geng terbaik dikumpulkan di ruang bawah tanah milik Lin Ginger. Anggota anggota itu adalah anak buahnya, Nina, Colim, Manthas, Riper, Hoggan, dan Ken. Mereka semua juga punya anak buah masing-masing, dan Krista ditarik ikut untuk menemani Ken. Tempat ini sangat tersembunyi, tepatnya berada di samping bawah rumah jenazah. Lagi pula mereka harus masuk lewat peti orang mati. Jelas pasti ruang itu gerah sekali karena tidak ada ventilasi. Biasanya ada angin yang sekali-kali masuk dari pintu utama, meskipun kecil rasanya begitu terasa.
Baru-baru ini ada tentang ramuan yang bisa membuat orang gila-gilaan untuk mencari ramuan itu, ramuan ini bisa melipat gandakan kekuatan seseorang dalam waktu sepuluh menit. Bukan masalah waktunya, tapi kekuatan itu yang mengerikan. Krista tidak begitu mengerti kenapa orang itu membuat ramuan tanpa unsur tujuan yang jelas, dia membuat hanya semata ingin saja. Lin Ginger menawarkan kami perkerjaan untuk mengirim orang itu hidup-hidup, bisa dibilang melindunginya. Jika orang itu sampai ditangkap Royalemerald, dia akan dipenjara, sekali masuk ke sana, tidak ada pintu keluar untuk pulang.
"Ken, buat apa kita mengurusi profesor?" tanya Krista di belakang Ken, sedangkan dia duduk di kursi meja bundar sambil membaca identitas Erikson.
"Cukup ikuti aku saja, aku tidak mau buang-buang nafas," jawab Ken begitu tenang.
Krista mengerti maksud Ken, ruangan ini benar-benar menyebalkan, Ken tidak ingin buang-buang nafas di tempat yang kekurangan udara. Atau, dia memang tidak ingin banyak bicara, sifatnya begitu dingin. Meski mereka diam di tempat dan tidak berbicara sama sekali, rekan lama Ken benar-benar membuat ruangan ini bising.
"Hai Ken," panggil Riper, "Bagaimana kabarmu dan kelab rubahmu?" tanyanya sambil memiringkan badan dan mendekatkan telinganya ke wajah Ken.
"Menyingkir," suara Ken parau.
"Ternyata kau masih sensitif seperti dulu ya?" Riper tersenyum
Dilihat dari muka Riper kelihatannya menikmati sekali menggoda Ken, tak lama Riper menggoda Ken, Lin Ginger tiba di tempat. "Langsung saja kita mulai," mereka duduk di bangkunya masing-masing, sedangkan Krista dan anak buah lainnya berdiri di belakang atasannya.
"Kalian sudah paham bukan orang itu adalah sumber lima belas juta kairo. Tugasnya hanya membawanya pergi dari sini Nevainer. Hanya saja, ada dua masalah yang akan kalian jumpai. Pertama, kepolisian Kardolla sudah tahu kalau Erikson ada di kota ini. Kedua, si aktor, kalian tahu bukan, si aktor yang suka gonta-ganti wajahnya, dia bisa di mana-mana, dia merombak wajahnya sesuka hati, dia bisa berkamuflase, dia bisa saja di ruangan ini," semua orang saling menantap muka kecuali Ken. "Dia hampir mengambil semua apa yang pernah kita rencanakan. Jadi bagaimana? Ada yang ingin ambil jatah?"
Hanya orang gila yang akan melakukan misi ini, Krista bisa menebak dengan pasti kalau Ken yang akan mengambil jatah ini. Melawan kepolisian Kardolla benar-benar hal yang sinting, sekali mengerahkan pasukan, jumlahnya bukan main, dan misalkan Ken mengambil posisi ini, Krista optimis, tidak ada yang tak mungkin jika Ken yang bertindak. Hanya saja, rasa cemas adalah musuh bebuyutan Krista.
Riper bertanya kepada Ken. "Jangan bilang kalau ka---" Riper berjengit kaget. "Krista sstt Krista," Krista mendekatkan telinganya. "Lihat itu," Riper mengangkat dagu menyiratkan untuk melihat Ken.
"Ya, itu benar, wajah bersiasat," jawab Krista.
Dia bisa menebak dari posisi kepala Ken dan tatapan kosongnya. "Tidak salah lagi," ulang Krista.
"Biar aku saja," suara Ken santai. "Tapi aku butuh bantuan salah satu dari kalian. Kalau tidak ada biar aku sendiri yang turun tangan."
Keadaan ruangan itu tiba-tiba saja menjadi canggung "Apakah kau gila Ken? Kalau kau sudah bosan hidup, tempat di samping ini dengan bersedia menyambutmu," kata Nina.
"Mungkin kau benar, Nina. Lebih baik diam dan mati kelaparan karena tidak ada pemasukan," Ken melirik Nina.
"Kau mencari masalah rubah?" mereka saling bertatapan.
"Kalian berdua tenanglah. Jadi, ada yang ingin menemani tuan Lunark?" Lin menenangkan suasana.
Tidak ada tanggapan sama sekali, benar-benar terdiam. Ken meluruskan jas yang ia kenakan dan mulai beranjak dari kursinya. Krista mengikutinya dari belakang, dia juga harus kelihatan tenang dan sangar seperti Ken. Hampir menaiki tangga pertama. "Aku akan menemanimu, Ken," kata Riper.
Ken mematung sejenak. "Temui aku jam sebelas malam di kelab," Jawab Ken tanpa berpaling muka, dia naik ke atas bersama Krista. Tanggapan Ken tadi sungguh aneh, Krista merasa ada yang tidak mengenakkan Ken, mungkin Ken muak jika dia harus kerja sama dengan Riper.
Mereka keluar dari rumah jenazah, pohon kamboja di samping kanan dan kiri hampir semua tersisa kayu dan jika malam, Krista mengakui kalau tempat ini kelihatan horor sekali. Meskipun tampak mengerikan di waktu malam hari, Ken sering lewat sini karena rute tercepat. Wilayah ini sepi sekali, tidak ada rumah satupun kecuali rumah orang mati. Burung hantu yang sedang tidur di pohon kamboja yang masih ada sisa daun sedikit. Batu nisan yang kelihatan sudah rapuh, kuburan ini kuburan lama, tapi masih ada tukang bersih-bersih untuk merawat kuburan ini, biasanya angin dari timur membawa dedaunan ke kuburan ini.
Mereka sudah agak jauh dari ruang bawah tanah, mereka sudah berada di wilayah yang agak ramai.
"Krista, pergilah ke hotel Manga, cari kamar nomor tujuh belas, selipkan ini di cendela," Ken menyerahkan amplop surat.
"Apakah ini surat cinta? Jika iya untuk siapa?" Krista menyambut surat itu dengan senyum olok.
Ken mengabaikan kata Krista. "Jika sudah, jangan pergi ke mana-mana, langsung kembali ke kelab."
Krista langsung memanjat rumah di sekitar. Gerakannya benar-benar luwes. Julukan kucing tidaklah salah, dia bisa menyelinap, mengendap-endap, mendarat tanpa suara, benar-benar incaran Ken selama ini. Krista akan sampai di tujuan dengan cepat, melewati rumah tiap rumah tanpa bersuara sama sekali. Hanya tinggal beberapa kilometer lagi dia akan sampai. Jika seperti ini caranya, Krista bisa menyusul Ken sebelum sampai di kelab. Kali ini sampai dalam waktu satu setengah menit, padahal waktu rata-ratanya adalah tujuh menit, dan jika ke kelab rubah memerlukan waktu sembilan menit.
Krista persis melakukan seperti apa yang Ken perintah, dia menyelipkan surat dari cendela, barang kali orang itu kaget. disaat Krista ingin pergi dari hotel, dia dipanggil dari dalam kamar.
"Apakah kau gadis si kucing itu?"
Krista berhenti dan bertanya untuk lebih memastikan. "Memangnya kenapa?" Krista merasakan orang itu berjalan mendekati cendela.
"Griech, sedang diambang kemiskinan," kepanikan Krista tiba-tiba membuncah. "Kau tidak perlu tahu aku nak, ada pesan yang harus aku sampaikan kepadamu. Di Gordlock, tepatnya di gedung Hyem, ada kristal peninggalan Griech, dulu itu adalah sumber kehidupan Griech, menyuburkan tanah dan menjernihkan air. Hanya kau seorang yang bisa mengambil itu, nak. Kau adalah gadis yang diramalkan itu."
Tiba-tiba Krista mengingat kata-kata Ken, dia langsung angkat kaki dari hotel Manga, pasti situasinya berbahaya, itu sebabnya Ken menyuruh Krista untuk segera pergi. Bapak itu pasti menghayal. Krista memotong jalan dan hasilnya dia bisa menyusul Ken, mendarat di belakang Ken mulus sekali, tidak ada suara langkah kaki saat mendarat. Krista mencoba untuk mengagetkan si rubah.
"Apa dia ada di hotel, Krista?" Krista tersentak kaget.
"Ee... ya... dia di dalam kamar," cengir Krista.
"Kau hanya mengantar suratkan?" Ken menatap Krista
"Tentu saja."
Mereka berdua berada di belakang kelab rubah. Ken membuka pintu dan ternyata Tera lebih awal datang. "Demi Dewi Shi, apa yang kau kenakan itu Tera?" Pemuda itu menggunakan selimut untuk menyellimuti tubuh Tera dan baju untuk membungkus kepalanya dari cipratan minyak.
"Apakah kau tidak lihat, Krista. Minyak ini menghujani ku," teriak Tera sambil membolak-balik kacang kedelai.
Ken tidak bertanya kenapa Tera membeli apa yang tidak dia suruh, Ken hanya melewatinya, orang itu sudah mengasumsikan kalau Tera pasti dapat uang dari preman yang memalaknya.
"Lantas?" tanya Krista.
"Memangnya siapa yang suka disakiti, minyak ini benar-benar membuat kulit ini melepuh!" Bentak Tera.
"Ya sudah, yang terpenting adalah sisakan untuk ku" Krista meringis.
"Aku tak butuh bantuan, akan aku habiskan sendiri," bibir Tera berkedut.
"Bla bla bla," Krista menutup telinganya.
Krista rasanya ingin tidur berjam-jam, pertemuan tadi tidak memakan waktu yang lama, hanya tiga puluh menit, kalau saja jika Lin Ginger tepat waktu, pasti tidak butuh menunggu sampai sejam. Lagi pula Jika perkataan bapak tadi itu benar, apa yang harus kulakukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Six of Foxes (Enam Rubah)
AdventureKebebasan dan balas dendam. Moontown. Kota pelabuhan, berandalan, dan riuh seperti pasar. Banyak turis-turis datang bukan untuk menikmati keindahan kota Moontown, turis datang hanya untuk bermain judi dan mengadu kehokian masing-masing. Tapi tidak a...