Ken

2 0 0
                                    

    Petualang yang malang, keinginan untuk menjadi seorang pahlawan telah jatuh. Jangan mudah bergaul di Krisbow jika tidak ingin bernasib buruk. Ken sudah bertahun-tahun di Krisbow, dia paham betul bagaimana untuk tidak terkecoh. Dalam sejarah, Ken tidak pernah terkecoh sama sekali. Pemuda itu tertidur di gang yang sedang Ken lewati, jari-jarinya digunakan menjadi bantal dan menutupi mukanya dengan topi. Untuk saat ini Ken sedang mencari seseorang untuk bekerja dengannya, meskipun hanya sementara. Ken berhenti tepat di samping pemuda yang sedang tidur itu.
    "Biar kutebak. Jika aku menawarkan pekerjaan untukmu, pasti kau tidak akan percaya," pandangan Ken tetap ke pintu keluar gang.
    "Kalau kau tahu lantas kenapa?" suaranya masih seperti remaja. Tidak akan cocok untuk penyamaran. Tapi paling tidak dia diam saja, yang Ken untungkan hari ini adalah betapa bodohnya pemuda ini.
    "Hanya untuk sementara," Ken lanjut berjalan. "Aku tadinya ingin memilihmu, ternyata kau masih belasan tahun," Ken menggunakan trik sederhana, merendahkan dan pergi, kata-kata itu setidaknya bisa membuat orang itu panik.
    Pemuda itu bangun dari tidurnya. "Memangnya pekerjaan apa?"
    Ken berbalik dan menatap wajahnya. "Hanya menyamar menjadi orang tua," sudah ia duga, mudah sekali Ken mengecohnya. Ken sering mengecoh pedatang-pedatang baru yang kesusahan, kesempatan itu adalah emas baginya.
    "Ganjarannya?"
    "Satu juta kairo."
    Orang itu kelihatan sekali menimbang mau dan tidak, yang jelas pemuda itu benar-benar bodoh. Hanya disuguhi uang dan tanpa syarat sudah dipikir panjang. Ken menyerahkan surat kepada pemuda itu, dia hampir kehabisan waktu. "Datangi tempat ini, kau bisa tinggal dalam waktu dua hari, tapi kau tidak akan dapat uang untuk makan, jika kau ingin mendapatkan pekerjaan sampingan, kau bisa pergi ke kelab rubah, aku juga sudah menandai tempat itu," orang itu punya beberapa pertanyaan tapi Ken sudah keburu hilang dari gang.
    Ken berjalan menuju ke kedai Defen, dia ingin menemui seseorang yang bisa dibilang, bosnya. Dulunya tempat itu adalah sarang ayam, tapi kebakaran melanda habis tempat itu. Kebakaran itu disengaja oleh para penagih hutang, pemilik sarang itu tidak pernah membayar hutang karena bangkrut. Kejadian itu waktu Ken masih berumur lima tahun, pemilik sarang itu sering memberi Ken brownis coklat. Orang itu sekarang entah pergi kemana, Ken selalu mengingat pemilik sarang ayam setiap dia ingin pergi ke tempat itu. Sekarang sarang ayam itu menjadi kedai kopi, pilihan Ken dari dulu karena tidak terlalu ramai.
    "Kau perlu apa nak? Meminta ku datang ke sini tapi kau sendiri terlambat, selalu kelewatan," Lin mengisap kopinya.
    "Maaf atas keterlambatan saya pak," Ken menunduk.
    "Pak, apa mau mu nak?" Lin ingin sekali mengolok-olok sopan santun Ken.
    "Hanya anda seorang yang tahu di mana Erikson berada, aku butuh bantuan anda, ini bukan misi melindungi perjalanannya ke Nevainer, tapi menangkap si aktor. Dengan nilai uang sebesar itu, sudah jelas pasti dia akan ikut serta," Lin adalah ketua kriminal, pengikutnya ada di mana-mana, itu sebabnya Lin bisa tahu segala informasi yang Ken butuhkan.
    "Orang macam apa yang meminta tolong kepada bosnya sendiri," Lin mendengus. "Baiklah, besok kita akan berkumpul di ruang bawah tanah, aku akan memberimu lokasi orang itu besok. Tapi, jika kau bermain-main kepadaku, kau akan menyesalinya."
    Ancaman Lin luar jauh dari panas bara api, sangat jauh. Dulu jatah Lin pernah dicuri si aktor, mungkin itu sebabnya Lin menyetujui Ken untuk membantu menangkap si aktor. Mau tidak mau Ken harus bertindak dalam masalah ini, cepat atau lambat, barang kali si aktor bakal mengecoh Ken. Itu sebabnya Ken ingin menjatuhkan si aktor sebelum dia dijatuhkan.

>><<>><<>><<

    Krista sepertinya sedang tertidur, Tera terpaksa makan masakannya sendiri, terlalu banyak garam, memboros-boroskan uang. Ken dulu adalah tipe orang yang tidak punya, itu sebabnya dia menggunakan uangnya dengan bijak, meskipun dia tidak menyembah kepada dewa manapun. Tera sempat menawarkan kacang kedelai yang dia masak, tapi Ken menolak tawaran itu, dia tidak ingin mati keracunan makanan.
    "Hoi Ken, jahat sekali," Muka Tera keasinan.
    Selagi ada tugas Ken tidak pernah beristirahat, tidak ada kata istirahat sebelum dia mewujudkan impiannya. Jangan tergesa-gesa, mencicil adalah cara terbaik dari pada langsung melunasi. Itu sebabnya Ken ingin menjatuhkan si peganggu terlebih dahulu.
    Seperti biasa Ken mengacak-acak kartu dan membagikan ke meja, dia adalah bandar meja perjudian, dia mengocok kartu begitu rapi, Ken bisa menghitung setiap kartu yang dia aduk, seperti sedang mengontrol permainan saja dan, bisa menentukan siapa yang akan menang. Perjudian ini bisa sampai enam orang, Ken lebih dominan enam orang sekaligus, dia menikmati setiap membagikan kartu-kartunya. Tera biasanya menimbrung ingin bermain, dia kali ini sedang menjaga uangnya, setiap ia masuk ke perjudian selalu saja kalah, satu banding sepuluh kemungkinan menang. Itulah kenapa dia mengumpulkan uang banyak-banyak lalu masuk ke arena.
    "Aku sedang mencari pejudi hebat, siapa diatara kalian yang bisa melawanku," tiba-tiba saja orang berbadan kekar membanting pintu depan kelab rubah dengan keras. Orang itu membawa dua orang di belakangnya, salah satu dari mereka ada yang membawa koper berukuran sedang. Pasti di dalam situ uangnya. Entah apa perasaan yang Ken rasakan ini, dia merasakan Tera kegirangan di belakangnya. Mungkin dia ingin melayani penantang yang barusan datang.
    Orang itu menghampiri meja bundar di mana Ken menjadi bandar meja itu. Dia menarik kerah ken. "Berikan aku pejudi terbaikmu."
    Ken menatap tajam ke tangan orang itu, rasanya dia ingin memisahkan tangan itu dari tubuhnya. Tera menyambar tangan orang itu, sehingga lepas dari kerah Ken, ia menangkap pergelangan tangan orang kekar itu, kemudian memuntir ke belakang. Orang itu menyerengeh kesakitan.
    "Jauhkan tanganmu darinya, jika kau datang ke sini ingin bermain judi maka bermainlah, tapi jika kau mencari kegaduhan, aku bersedia melayanimu," pandang Tera lurus, tapi matanya ke kanan menengok wajah orang itu.
    "Lepaskan dia Tera, orang ini sedang ingin bernasib buruk," Ken merapikan kerahnya. "Kalau kau sedang mencari pejudi hebat, aku orangnya." tatapan Ken sedingin es sehingga membuat orang itu menjadi patung. Tera melepaskan pria itu, dia mengibaskan tangannya untuk menghilangkan rasa cenat-cenut. Orang di belakannya ingin memerangi Tera, tapi ditahan si pria kekar.
    "Sialan, akan aku buat kalian bangkrut!" Berang orang itu.
    Ken berjalan menuju meja kotak khusus untuk dua orang. Dia duduk di kursi dan meletakkan kedua sikunya di atas meja, jarinya saling bergandengan sehingga menutupi mulut Ken. Pria itu mengikutinya dan duduk di hadapan Ken. "Karena kau menantang pejudi terhebat di kelab rubah, ada tiga aturan," Ken menurunkan kedua sikunya, tapi jarinya masih bergandengan. "Pertama, kau harus mempertaruhkan semua uangmu, dan aku akan menyiapkan uang yang sama besar untukmu."
    Orang itu tertawa terbahak-bahak, "Kau tidak akan punya uang sebanyak yang aku bawa."
    Dia benar, Ken tidak akan punya uang sebanyak yang dia bawa. Cepat atau lambat, uang itu akan berpindah tangan. "Kedua, kau harus memperlihatkan uangmu."
    Pria itu memberi isyarat kepada orang yang membawa koper, dia membuka kopernya. "Lima juta kairo," kata pria itu sambil cengar-cengir. Jackpot. Ken menahan untuk tidak tersenyum, keberuntungan selalu di pihaknya.
    "Terakhir, jika kau berbohong, maka nyawamu yang akan kau bayar. Karena kalau jantung, kau benar-benar memilikinya."
    "Terserah," kata pria itu jengkel.
    Salah satu bandar di kelab rubah mulai mengendalikan kartu yang disiapkan, orang itu dari tadi cuma cengar-cengir saja, Ken jijik melihatnya. Kartu telah dibagikan, pria itu tertawa keras, dari sudut padanganya, dia optimis sekali kalau dia akan menang. Cara bermainnya cukup simpel. Masing-masing pemain dibagikan lima kartu, kartu J berangka sebelas, kartu Q berangka dua belas, kartu K berangka tiga belas, kartu AS berangka empat belas, dan kartu JOKER berangka lima belas, sedangkan bawahnya urut nomer saja. Poin tertinggi adalah tujuh puluh dua, dua kartu JOKER dan tiga kartu AS, poin mutlak.
    Ken masih menutup kartunya di meja, sedangkan orang itu tertawa terbahak-bahak. "Kau siap anak muda!" orang itu siap-siap melempar semua kartunya ke meja.
    "Silahkan," kata Ken.
    Pria itu menaruh lima kartunya ke meja, empat kartu AS dan satu kartu JOKER. "Sekarang bawa sini lima juta---" orang itu terkinjat kaget melihat kartu Ken.
    "Sepertinya aku yang harus berujar 'Sekarang bawa sini lima jutanya'," lirik Ken galak.
    "Sialan! Kau bermain curang!" orang itu bangkit berdiri dari kursinnya dan jatuhlah kursi itu.
    "Terima kenyataan, aku tidak bermain kotor sepertimu, sekarang mana uangmu." pekik Ken. Pria itu melempar meja ke samping dan ingin menyerang, tapi Ken masih dengan santai duduk di kursinya.
    "Sekali kau mengayunkan tanganmu, kutembak kepalamu," Tera berada di belakang pria kekar itu serta mengacungkan revolver emasnya.
    "Dasar kalian," geram pria itu. "Speect, berikan kopernya." Pengawalnya memberikan koper itu ke Tera, orang itu pergi dengan sendirinya bersama kedua pengawalnya.
    Ken beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah Tera, dia mengambil koper itu dan menepuk pundaknya. "Rapikan ruang ini."
    "Apa-apaan kau ini Ken, ini berantak sekali," kata Tera sambil mengedutkan hidungnya.
    "Cocok untuk dirimu bukan?"
    "Lebih baik aku melihatmu bertarung dari pada duduk manis." Tatapan mereka berarah lawan.
    "Aku akan kembali dalam waktu lima menit, disaat aku kembali aku ingin tempat ini menjadi semula," kata Ken.
    Bunyi nyaring tinggi seperti tengking kuda, Tera benar-benar ogah tapi Ken hanya mengabaikannya saja. Dia ingin menyimpan koper ini. Ken menuju ke lantai dua, dia melihat Krista sedang melamun di depan cendela terbuka.
    "Aku pikir kau sedang tidur," Ken memulai.
    "Suara bising apa yang ada di bawah tadi?" Tanya Krista.
    "Seperti biasa, Tera kalah dalam perjudian," Ken menaruh koper itu ke dalam tembok.
    "Lalu dia mendapatkan uang dengan menghajar si pemenang dan mengambil uang mereka?" Krista mengerutkan keningnya.
    Ken mengangguk. Setelah ditutup rapat, Ken balik kanan dan menilik mata Krista, mendadak dia terkesiap. "Apa yang Erikson katakan kepadamu?"
    "Sudah kubilang tidak ada."
    "Baiklah kalau begitu," Ken berjalan menuju tangga ingin memastikan Tera melakukan tugasnya
    "Dia adalah bangsa Griech," Krista memulai. "Dia bilang kalau tanah itu sedang diambang kemiskinan, tanah itu adalah rumahku, orang tuaku---"
    "Ada kalanya kau akan menyelamatkan keluargamu. Abaikan perkataan orang itu, berjanjilah. Ikuti saja caraku."
    Info tentang Erikson dari Griech memang benar, Ken membaca ketika sedang di ruang bawah tanah. Tempat tadi yang berantakan telah rapi kembali, Tera melakukan pekerjaannya dengan persis.
    "Bagaimana tuan." geram Tera.
    "Kurang ke kiri sedikit," alis Ken terangkat sedikit.
    "Persetan."   
    "Ayo."
    "Kemana?"
    "Ke panggung drama."

>><<>><<>><<

    Jam sebelas malam, kelab rubah masih ramai seperti biasa. Turis-turis berdatangan, keramaian melanda seluruh wilayah Krisbow. Seperti yang Ken harapkan, rekannya datang tepat waktu. Riper adalah pencuri tulen seperti Ken, dia adalah rekan sejati Ken semasa masih bertugas di bawah komando Lin. Mencuri bersama, makan bersama, dan menjalankan misi bersama-sama. Mereka sekarang berada di dalam ruangan yang sama, hanya berdua saja.
    "Jadi apa rencananya Ken?" tanya Riper.
    "Kita akan membawa Erikson ke pelabuhan kelima. Jarak pelabuhan itu dari kepolisian kardolla lumayan jauh, tapi kita tetap jalan di selokan karena tetap aman. mereka barangkali mengawasi tempat itu. Jadi, aku akan mengirimkan Erikson palsu ke pelabuhan pertama. Pemeran ini akan membeli tiket atas namanya sendiri, secara otomatis kepolisian kardolla akan mengejarnya. Mungkin aku membuatnya menjadi tumbal, itu sebabnya aku akan mengirim Tera untuk memperlambat waktu. Sekitar tiga puluh menit, kita berdua harus sudah menempatkan Erikson dikursi nyamannya."
    "Sepertinya tidak berat," Riper mengangkat bahu.
    "Tidak," kata Ken. "Kita juga harus bersiap-siap kedatangan si aktor. Poster kriminal yang polisi gambar hanya lukisan karya saja, wajahnya bisa diubah sesuka hati. Jadi waspadalah," kata Ken sungguh-sungguh.
    "Kau benar Ken, bermata biru cerah itu sangat merepotkan." semangat Riper berubah menjadi lesu.
    "Kita akan bergerak pukul enam pagi, tidak begitu ramai dan begitu pula kepolisian Kardolla, kapal akan datang pukul setengah tujuh, dan berharap saja semoga kepolisian Kardolla belum beroprasi di wilayah sana."
    "Kenapa kita tidak datang jam lima saja dan menunggu kapal itu datang?" Tanya Riper.
    "Kepolisian Kardolla akan selalu bergerak, Riper. Mereka tidak akan mematung sehingga kita tidak bisa menunggu kapalnya. Lagi pula aku tidak suka kejar-kejaran," tutur Ken.
    "Kau benar juga, Ken," kata Riper sambil mengerutkan dagunya. "Lalu bagaimana kita memasukkan Erikson ke dalam kapal?"
    "Mungkin kau tidak akan suka ini, tapi tidak ada pilihan lain kecuali masuk ke dalam laut."
    "Sepertinya aku akan membawa baju cadangan," Riper kembali mengangkat bahunya. "Tiga puluh menit, berdiskusi dengan dirimu itu benar-benar menyenangkan, Ken. Sangat singkat," Riper tertawa. "Kalau begitu aku permisi dahulu, semoga rencanamu sepenuhnya berhasil, Ken."
    "Sepertinya asumsiku sudah seratus persen benar," omongan Ken terdengar bukan main.
    "Aku percaya kepadamu, Rubah." Riper membuka pintu dan pergi dari kelab rubah. Entah apa yang Ken dengar tadi barusan saja menyakiti perasaan Ken.
    Tera dan Krista masuk ke dalam ruangan, "Jadi apa tugas kami?" Tera bertanya.
    "Kau diam saja di kelab rubah, aku dan Krista akan membawa Erikson ke pelabuhan kelima. Beserta Riper.
    "Apa-apaan kau ini, aku juga ingin bersenang-senang." seru Tera.
    "Justru kau yang paling senang nanti," ujar Ken. "Kalian punya waktu enam jam untuk beristirahat, kita akan beraksi jam enam pagi."
    Lantas mereka pergi dari ruangan.
    "Tera," panggil Ken lirih, Tera hendak menutup pintu. "Sepertinya kau harus melindungi si Erik yang asli."

Six of Foxes (Enam Rubah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang