Mereka berjalan menyusuri kerumuan. Jalan yang mereka lewati adalah jalan inti menuju ke ibu kota. Samping kanan kiri ada berbagai macam toko yang lumayan besar. Peralatan, obat-obatan, makanan, dan lain-lain. Kereta kuda bergemuruh di tengah-tengah jalan, kereta perdagangan mau pun bangsawan. Jalan ini juga sehubung dengan kota lainnya, itulah mengapa jalan ini selalu ramai setiap harinya. Krista bisa membayangkan jika dia menuntaskan misinya, Krista akan mendapatkan uang setinggi-tingginya dua juta kairo. Mungkin akan menjadi pengusaha, membuka saham dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk pulang ke rumah asalnya.
Perjalanan ini seolah-olah berjalan keliling kota, setiap kali Krista melihat wajah siasat demi siasat pemuda itu, sungguh pemandangan yang sangat langka. Ken terlihat lesu sekali. Biasanya Krista berlari kecil-kecilan untuk mengimbangi Ken berjalan, tapi kali ini dia justru memperlambat jalannya supaya menjajari Ken. Adakalanya kau akan menyelamatkan keluargamu. Abaikan perkataan orang itu, berjanjilah. Ikuti saja caraku. Mungkin Ken benar, hanya tinggal menunggu saja dan Krista akan pergi dari sini untuk pulang ke halamannya.
Erikson harus dijemput di hotelnya, namanya tersebar cepat di Moontown, posisinya kali ini benar-benar bahaya. Dia sedang diburu sekian kota dan geng untuk diserahkan kepada siapa yang menugasinya. Itu sebabnya, Erikson menawarkan uang tinggi untuk mereka. Ken pasti sangat beruntung karena dia orang yang mendapatkan pekerjaan tersebut.
"Ada masalah?" tanya Krista.
"Masalah apa?" Ken bertanya balik.
"Dari tadi kau kelihatan kurang sehat, apa kau kecapekan?"
"Aku adalah orang mati yang aku kendalikan sendiri. Aku akan benar-benar hidup jika jutaan uang datang menghampiriku," kata Ken.
Krista hanya ingin Ken jujur, hanya itu saja. Dia selalu menutup diri. Krista memang tidak tahu masa lalu apa yang membuat Ken sekuat ini, intinya Krista begitu muak. Sudah dua tahun mereka bekerja bersama, setiap segi padang Ken tidak merubah gayanya sama sekali. Krista tidak pernah melihat Ken bersentuhan secara langsung, dia selalu menutupi kulitnya, sampai memakai sarung tangan kulit yang ketat. Benar-benar sensitif.
Krista sudah sampai di hotel Manga, Riper ternyata sudah sampai dahulu.
"Yo, Ken," Riper melambai tangan dan tersenyum. Ken hanya melewatinya bak angin yang kebetulan lewat. Krista bisa melihat wajah senyum yang sia-sia dari Riper. Mereka pergi di mana Erikson seharusnya berada, Ken mengetok. Pintu itu dibuka dan mereka masuk keruangan.
Riper bersiul. "Ternyata, bapak kelihatan, ya... masih kelihatan muda," kata Riper dengan gagap kebingungan.
"Dia jarang bicara, lebih baik kau diam saja Riper," kata Ken.
"Ya kau benar Ken," Riper mengerutkan kening, bergaya sok keren dan mengacungkan pistol jari.
Erikson harus dikawal ketat, musuh mereka bukan hanya kepolisian Kardolla, mereka harus tetap waspada. Bisa saja di dekat mereka ada yang mengincar Erikson. Seketika letusan tembakan terdengar dari kejauhan, itu pasti ulah Tera. "Sejak kapan Tera tepat waktu?" Keluh Ken sambil memantau jam sakunya. "Krista, kau pantau kami dari atas, sekalian perhatikan yang di atap rumah, barang kali ada musuh di atas." Ken menengok masing-masing atap rumah.
"Kalau begitu---" Ken sudah pergi bersama Riper dan profesor. Krista mengangkat kedua tangannya karena frustasi.
Setiap ujung celah yang bisa Krista panjat selalu berjalan mulus, sangat lihai sekali. Gerakannya yang luwes begitu cepat ke atap rumah. Sejauh Krista memandang tampak aman sekali, tapi dia harus tetap waspada, posisinya begitu terbuka dan dia tidak memegang senapan satupun. Hanya pisau-pisau kecil dikantong kakinya. Selain itu, Krista harus memandu jalan mereka supaya tidak berpapasan kepolisian Kardolla. Orang-orang bersimpang-siur, mereka berlari untuk menjauh dari asal suara tembakan, sebagian ada yang penasaran. Kepolisian Kardolla kelihatan jelas dari atap, bajunya yang menonjol bergerak mendatangi bunyi baku tembak. Pekerjaan Tera berfaedah sekali, dia membukakan jalan untuk mereka.
Tujuan mereka jalan selokan bawah tanah. Bisa jadi kepolisian Kardolla bekerja di jalan itu. Tapi bukan masalah bagi Ken. Tempat itu tertutup sekali dan suaranya tidak akan sampai ke luar jika mereka berbuat keributan. Tembakan tetap akan dilarang karena suaranya akan menggema begitu keras. Masalah yang harus mereka lewati saat ini adalah razia dari kepolisian Kardolla, ada lima orang di depan sana. Kepolisian Kardolla melakukan permeriksaan disetiap koridor menuju pelabuhan. Krista diberi kode untuk tetap lewat atap rumah sedangkan Ken bersama gerombolanya menuju pengecekan.
Waktu terus berjalan, mereka harus bertindak cepat. Pemeriksaan ini membuat jalan menjadi lambat, mereka harus antri untuk melewati koridor. Orang-orang berkerumunan, mereka antri berdesak-desak dan sangat sempit. Krista bersyukur sekali tetap disuruh di atap rumah. Dari raut wajah Ken, dia tidak menikmati peristiwa ini. Ken harus berkontak tubuh dengan orang lain dan itu bukan salah satu kegemarannya.
"Tunjukan identitasmu," kata si penjaga, mukanya kelihatan stres. Ken menunjukan identitasnya, di dalam kertas itu menandakan Ken seorang pengusaha. Jelas sekali itu hanya sebuah trik. Ken adalah pemimpin Geak saat ini, salah satu dari beberapa geng terkemuka di kota Moontown, letnan kesayangan Lin Ginger. Dia diangkat karena kecerdasannya.
"Kau," giliran Erikson menunjukan identitasnya. "Umurmu tua, tapi wajahmu awet juga ya?" Si penjaga betul-betul mengamati Erikson.
"Maaf, ini adalah kakek saya, dia tidak bisa berbicara." Penjaga itu mencoba untuk percaya kepada Ken, pada akhirnya mereka lolos dari pemeriksaan. Riper, identitasnya berpura-pura menjadi asisten Ken. Sejengkel itu kah sampai-sampai Ken membuatkan identitas palsu yang berisi asisten pribadinya.
Krista segera turun dari atap rumah, hanya bergerak dua langkah dia sudah menyentuh permukaan. Mereka bergegas memasuki lorong menuju selokan bawah tanah. Selokan ini begitu lebar seperti sungai, banyak tikus-tikus lewat dan masuk ke terowongan kecil. Krista melirik Erikson, dia ingin tetap tenang dan tidak ingin mengingat kata orang itu. Tapi itu rasanya mustahil.
Pasti ada gerombolan polisi yang akan menjumpainya, mereka harus tetap waspada sampai ke pintu keluar. Ken memberi aba-aba untuk berhenti. "Ada lima di sana, sepertinya mereka membentuk grup masing-masing lima orang." Ken melirik sekilas untuk menghitung.
"Kita apakan mereka?" Tanya Krista.
"Kita sapu bersih mereka."
Krista memperkirakan, dia hanya bilang sapu bersih. Artinya Ken tidak peduli kita buat mereka pingsan atau kita buat mereka mati.
"Selamat pagi," Ken berbicara di depan kepolisian Kardolla.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Kata salah satu dari mereka dan gaya bersiaga.
"Aku menanyakan hal yang sama," Ken tersenyum. Mereka mengacungkan senapan ke arah Ken. Ekspresinya yang tenang membuat kepolisian Kardolla lebih was-was.
"Kau tampak mencurigakan, akan kami bawa kau ke departemen kepolisian," mereka berjalan sedikit demi sedikit. Ken tetap berposisi istirahat di tempat. tangannya berpegangan di belakang badannya. Tangannya tahu-tahu mulai bergerak, Ken mengibaskan tangannya ke depan begitu cepat, dia melemparkan dua pisau kecil tepat di kepala polisi yang posisinya di belakang. Ken mendekati sasaran yang paling dekat dan mengunci tangan orang itu, sehingga dia tidak bisa menmbak kemana pun.
"Bergerak temanmu mati," acaman Ken. Kedua polisi itu tampak ragu-ragu.
"Sudah tembak saja! Demi kebaik---" Krista dan Riper memukul kedua polisi itu dileher bagian belakang, lantas polisi itu langsung jatuh pingsan. Ken menyampingkan kepala polisi yang dia pegang sehingga mematahkan lehernya. Bunyi patahnya terdengar dan membuat Erikson merinding. Ken benar-benar tidak peduli kalau polisi itu cedera atau meninggal. Dia hanya melakukan pemikiran apa yang terlintas dikepalanya.
"Kita apakan mereka, Ken?" Krista bertanya.
Ken mendorong salah satu dari mereka dengan kakinya yang sehat dan menceburkan polisi itu ke selokan.
"Ken," seru lirih Krista.
"Kita harus seperti racun, Krista. Tidak meninggalkan jejak."
Krista ogah menceburkan orang-orang ini. Lima kepolisian Kardolla telah diceburkan oleh Ken dan Riper, sedangkan bapak ini menegang sekali. Mereka berjalan dengan kecepatan sedang, setiap belokan mereka harus meningkatkan indra pendengaran. Sepanjang perjalannya tampak aman sekali, selokan menuju ke laut tepat di depan mereka. Krista bisa merasakan kemenangannya. Mimpinya.
"Lima belas juta, kami datang." Riper bergembira sekali. Begitu pula Krista.
"Bukan," Tiba-tiba saja Ken berhenti. "Bukan lima belas juta." Ken berputar ke belakang dan membidik Riper dengan senjata api.
"Apa yang kau lakukan, Ken?" Wajahnya ke bawah dan tatapan matanya lurus kedepan, Riper bersiap-siap.
"Ken, apa maksudmu ini?" Krista menimpali.
"Hidupmu berakhir di sini, aktor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Six of Foxes (Enam Rubah)
AdventureKebebasan dan balas dendam. Moontown. Kota pelabuhan, berandalan, dan riuh seperti pasar. Banyak turis-turis datang bukan untuk menikmati keindahan kota Moontown, turis datang hanya untuk bermain judi dan mengadu kehokian masing-masing. Tapi tidak a...