BAB 3 - Tameng Pelindung

31 9 4
                                    

Reyzha mengencangkan kecepatan sepeda motornya saat Ia melihat lampu hijau di depannya tersisa 18 detik. "Dapet dapet! Ah, sial!" umpatnya saat Ia sudah sampai tetapi lampu tersebut berubah menjadi merah. Cowok itu melihat jam tangan hitamnya, terlihat bahwa jam sudah menunjukkan pukul 07.10, tersisa 5 menit untuk gerbang sekolah ditutup. Jarak dirinya dengan sekolah masih membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai. Ia memukul pahanya kesal karena Ia bangun terlambat. Sebenarnya Ia bisa saja bolos, namun Ia harus mengikuti pelajaran karena sebentar lagi Ia akan dihadapkan dengan UN dan Ujian lainnya.

Lampu rambu lalu lintas kembali hijau. Reyzha melesatkan motornya dengan kecepatan maksimum, suara knalpot yang Ia modif pun mulai membuat polusi suara. Tepat pukul 07.15 Reyzha memarkirkan motornya di parkiran warung Masqulin, beberapa motor anggota Ateez juga terpajang disana, namun tidak ada seorang pun yang terlihat di dalam warung itu.

"Eh, Mas Rey!" Sapa Mas Qulin kepada Reyzha yang hanya mengangguk lalu duduk di sebuah kursi kosong. "Tumben mas terlambat?"

"Telat bangun mas, keasikkan main PS sampai jam 4 pagi." Reyzha membuang pandangan ke luar warung. Tepat di depan warung Mas Qulin terlihat cewek yang tidak asing berjalan sedikit terburu-buru. Dengan rok span selutut cewek itu terlari kecil.

Reyzha keluar warung dan menghampiri cewek yang sekarang sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya dengan wajah cemas. "Makanya jangan kebo!" sindir Reyzha membuat cewek itu berbalik dan memutar bola matanya.

"Lu bisa gak sih gak ganggu hidup gua sehari aja!" Balas Khanza. Wajah marah bercampur cemas membuat Khanza terlihat lucu di mata Reyzha.

"Nanti juga kalau gua gak ganggu lu, lu akan kangen."

"Jangan kePDan deh! Dah sana, mual gua liat muka lu!" Cowok itu tersenyum saat Khanza mengusirnya dengan cara terus mendorong tubuh besarnya.

Reyzha meraih tangan Khanza yang terus bergerak mengusirnya dan menarik Khanza sehingga tubuh cewek menabrak dada Reyzha. Nafas Khanza seketika memburu saat Reyzha menatapnya dengan tatapan jahil tapi tajam. "Benci itu kaca dan cinta itu batu, kaca bisa pecah karena dilempari batu. Gua akan pecahin rasa benci lu dengan melempari kaca itu dengan batu. Udah ah, sesak nafas nanti lu begini terus."

Reyzha mendorong tubuh Khanza membuat cewek itu mendelik kaget. "Kenapa, nyaman?" Goda Reyzha sambil tertawa pelan membuat Khanza mendesis.

"Woi! Ateez! Keluar lu!" suara teriakkan cowok mengalihkan perhatian mereka. Reyzha melihat sumber suara, Reyzha sedikit kaget karena sekelompok orang itu adalah anggota The Chucker.

"Lu ikut gua!" Reyzha menarik tangan Khanza, namun cewek itu menolak. "Apaansih! Kenapa?!"

"Lu bahaya kalau disini! Udah ikut gua, gak akan macem-macem." Reyzha memakai kupluk hoodienya dan menarik Khanza untuk menjauh dari gerbang SMA Dutchvia.

Reyzha menarik Khanza ke warung sebuah perkampungan yang berada di sebelah warung Mas Qulin. "Woi anggota Ateez lari ke warung!" teriak salah satu mereka yang tadi sempat melihat Reyzha.

Reyzha yang mendengar teriakkan itu, spontan menggendong Khanza ala bridal style dan berlari menjauhi orang-orang yang masih mengejarnya. Reyzha berlari arah perkampungan di sebelah warung Mas Qulin. "Mampus gue!" umpatnya saat Ia tidak menemukan tempat persembunyiaan. Matanya menengok ke belakang dan melihat The Chucker yang masih tertinggal jauh dengannya. Reyzha membawa Khanza bersembunyi di sebuah gang yang sangat kecil dan cukup gelap. Cowok itu menurunkan Khanza.

"Mereka siapa?" Tanya Khanza yang sedikit syok.

"Mereka anggota The Chucker, geng kedua mematikan setelah Black Blood," jawab Reyzha sedikit berbisik, Ia beberapa kali melihat kearah luar gang.

Fuckboy PensiunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang