BAB 11 - Tragedi

33 5 21
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dengan mata sayup Khanza dan Samudera masih berada di bandara untuk menjemput Ibu dan Ayah mereka. Kepulangan kedua orangtuanya ternyata lebih cepat dari yang Khanza dan Samudera kira. Sudah hampir 30 menit mereka menunggu, namun Ayah dan Ibuny tidak kunjung memberikan tanda-tanda kedatangan.

“Mas bener gak Ayah sama Ibu pulang sekarang?” Tanya Khanza yang mulai ragu dengan Samudera.

Samudera berdecak. “Bener Za, Ayah kok yang ngomong.”

“Aku udah ngantuk..”

“Dikit lagi mungkin. Lagian kamu biasanya juga gak mau ikut jemput, sekarang tumben-tumbenan mau.”

“Ya… emang anaknya Ayah sam Ibu, Mas Sam doang?”

“Udah gak usah rewel.” Samudera beralih pada Ponselnya lalu membuka aplikasi game onlinenya untuk menghilangkan rasa suntuk.

Khanza memilih untuk menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, Ia memejamkan matanya, hingga perlahan Ia larut dalam alam mimpinya karena rasa kantuk yang sudah berlebih. Baru saja terpejam , Samudera menepuk paha Khanza kencang membuat cewek itu membuka matanya kaget. Di kejauhan terlihat pasangan suami istri berjalan ke arah mereka dengan senyum sumringah. Samudera dan Khanza lantas berdiri menyambut kedatangan mereka.

“Buuuuu Aza kangen banget!” Khanza memeluk sang Ibunda yang dibalas hangat oleh perempuan paruh baya itu. “Ibu sehat?”

“Sehat sayang, kamu dan Mas gimana?” Jawab sang ibu sambil menyelipkan surai anak perempuannya dibelakang telinga.

“Baik, tapi Mas Sam sibuk banget sama Caffe dan kuliahnya, kadang Aza berangkat sekolah sendiri.” Adunya.

“Gak apa-apa dong, jadi mandiri.”
Samudera menyalimi sang Ibu lalu mengecup pipi kanan dan kiri beliau. “Ngobrolnya lanjut di rumah aja Bu, Yah, Aza udah ngantuk katanya.”

Samudera menyeret koper sang Ayah dan Khanza menyeret koper sang Ibu. Mereka menuju Lobby dan membuka bagasi mobilnya, memasukkan beberapa barang bawaannya. Setelah selesai mereka segera meninggalkan Bandar udara tersebut.

Sesampainya di rumah Khanza menyeduhkan secangkit kopi dan teh hangat untuk keduanya. Ia membawa bawaannya menuju ruang tamu yang sudah terdapat orangtuanya dan Samudera yang sedang mengobrol.

“Besok datang lihat Khanza lomba?” Khanza duduk disebelah sang Ayah lalu menyandarkan kepalanya  pada bahu yang selalu menopang beban.

“Kita pulang kan emang buat nonton Aza.” Jawab Sang Ibu diselingi senyum tulus nan menenangkan.

“Wah bener? Harus datang ya biar Aza semangat!”

“Iya sayang, tapi kita datang gak dari pagi gak apa-apa ya, soalnya mau istirahat sebentar.”

“Jangan telat ya, kalau telat Aza marah sih!”

“Iya sayang.”

“Za, Mas besok tetap gak bisa anter kamu ya.” Samudera yang berada sedang duduk berseberangan dengannya berbicara. “Kan udah mau dijemput sama Calon Mas Pacar.” Samudera mengikuti nama panggilan yang sering Reyzha sebutkan.

“Loh, Aza udah punya pacar?” Kini sang Ayah yang bertanya.

“Enggak Ayah! Ish Mas apa sih!” Jawabnya sambil melemparkan tatapan tajam pada Samudera yang sedang tertawa puas padanya.

“Jangan bohong sama orangtua Za.” Ucap Samudera kemudian Ia tertawa lagi.

“Iya jangan bohong, kalau ada juga gak apa-apa Aza, besok kenalin ke Ayah.”

Fuckboy PensiunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang