BAB 5 - Berhenti

28 8 12
                                    

Yara, Fia, dan Eshal masuk ke kelas, mereka sudah memperhatikan percakapan Khanza dan Reyzha daritadi. Yara duduk di hadapan Khanza yang sedang menengadahkan kepalanya sambil memejamkan matanya. “Kenapa si Bu..” Ucap Yara sambil menempelkan Jus Alpukat yang Ia bawa ke pipi Khanza. Cewek itu spontan membuka matanya kaget.

“Gua kira si cowok resek itu lagi!” gerutunya saat Ia mengetahui Yara yang mengejutkannya.

“Udah lah Za.. gak apa-apa kali lu nerima Reyzha.” Ucap cewek bermata cokelat terang itu sambil menyeruput Jusnya.

“Ngelepas status jomblo gua dengan pacaran sama Fuckboy kelas kakap kayak Reyzha? Rugi Bandar boss, mending sama Kak…”

“Kak Chiko? Udahlah Za, toh Kak Chiko gak pernah tahu perasaan lu dan dia juga kayaknya gak ada keinginan buat deketin lu, emang lu mau jomblo terus Za?”

“Tapi kandidat cowoknya gak Reyzha juga kan???” Khanza memutar bola matanya sebal karena Yara yang mulai menjodoh-jodohkannya.

“Gak ada salahnya lagi Za, lagi juga Ergo bilang Reyzha bakalan berhenti mainin perempuan kalau dia udah berhasil dapetin lu, itu tandanya lu bawa aura positif Za..”

“Tapi Ra.. gua gak mau.”

“Udah Ra, kalau Khanza gak mau ya gak usah dipaksa.” Ucap Eshal menengahi keduanya. “Kasian kalau Khanza harus jadi korban selanjutnya dari Reyzha.”

“Tapi Rey gak seburuk itu Shal, buktinya waktu dia kelas sebelas dia pernah ngejar-ngejar cewek kan, ya walaupun ujung-ujungnya di-ghosting juga sih.”

“Nah udah jelaskan, waktu dia yang ngejar, dia juga yang ninggalin, mungkin kali ini juga akan sama.”

“Za.. tapi lu tahu kan setiap orang bisa berubah? Kasih lah Reyzha kesempatan buat berubah.” Yara kini kembali beralih kepada Khanza.

“Ra, lu kenapa sih ngebet banget Khanza jadian sama Rey?” Fia yang sedari tadi mendengarkan perkataan Yara yang terus membujuk Khanza untuk menerima Rey, mulai angkat bicara.

“Bukannya ngebet Fi, tapi kasian Rey, apalagi dia sering cerita kalau..” Yara membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya, Ia baru saja keceplosan suatu hal yang seharusnya Ia tidak bicarakan.

“Rey sering cerita ke lu, Ra?” Tanya Khanza yang sadar akan hal itu.

“Ya gimana gak sering sih Za, mereka kan sepupuan” Ucap Fia.

“Kalian sepupuan? Kok lu gak pernah cerita ke gua sih Ra?”

“Ya.. gimana gua mau cerita kalau lu aja udah ogah denger nama dia.”

Khanza tidak memberikan respon apapun. Perkataan Yara benar, Ia tidak mau sama sekali mendengar apapun tentang Reyzha, bahkan melihat dia hidup saja rasanya sudah ogah.

****

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Khanza sedang menyeruput kopi Lattenya, cewek berambut cokelat ini sedang berada di warung kopi yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Bau kopi khas warung itu menyeruak masuk kerongga hidungnya, membuat Khanza sedikit tenang. Satu buah laptop menemaninya hari ini, Khanza hanya sendirian karena ketiga temannya berhalangan untuk menemani Ia mengerjakan surat Cheers.

“Hai..” Suara khas cowok mengalihkan perhatian Khanza, membuat cewek itu menoleh.

“Eh Kak?” Sahut Khanza saat Ia tahu cowok yang menyapanya tadi adalah Chiko.

“Sendirian?” Tanya Cowok berambut hitam itu.

“I-iya kak..”

“Boleh duduk?” Tanya Chiko sambil menunjuk kursi kosong yang berada disebelah Khanza.

Fuckboy PensiunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang