BAB 6 - Pacar Reyzha dan Chiko

33 8 17
                                    

Hari sudah kembali berganti, kejadian kemarin membuat Khanza sedikit termenung. Perubahan sikap Reyzha yang tiba-tiba membuat Khanza merasa bersalah. Cewek berambut cokelat itu hanya memutar-mutarkan sendok yang berada di dalam gelas susunya. Samudera yang sedang memperhatikan Khanza melamun langsung menghampiri adiknya itu.

“Hey, abis ditolak ya cintanya, kok bengong?” Tegur Samudera membuat Khanza sedikit kaget.

“Apaansih Mas, enggak.” Bantah Khanza saat Samudera ikut duduk di meja makan.

“Terus kenapa Khanza-ku..” Ucap Samudera manis.

“Kalau ada yang deketin Khanza terus aku nolak itu jahat gak?” Tanya Khanza mulai memancing pembicaraan.

“Gak jahat, nolak atau nerima itu hak kamu Za, gak ada yang bisa ngatur itu. Kamu abis nolak cowok emangnya?”

Khanza menggeleng. “Bukan nolak, lebih ke… lebih ke aku gak mau dia deketin aku karena aku udah punya orang yang aku suka Mas.”

“Yang kamu suka, suka balik gak ke kamu? Kalau gak suka, kenapa gak sama yang jelas-jelas ngejar kamu, kan kamu sendiri yang bilang kalau cewek itu takdirnya dikejar bukan mengejar, giliran ada yang ngejar kamu malah lari, gimana sih.”

“Duh Mas gimana ya, yang aku suka udah punya pacar juga.”

“Tinggalin!” Serkah Samudera membuat Khanza melongo. “Mas paling gak suka sama pengkhianat Za, kalau kamu ngambil milik orang lain, suatu saat milik kamu juga akan diambil orang lain. Inget kata Ibu, yang kamu tanam itu yang akan kamu tuai. Paham?”

Khanza hanya diam mendengarkan penuturan Samudera tadi. Ia sangat paham tentang hukum alam yang akan menghukumnya sesuai dengan apa yang Ia perbuat. Karma tidak pernah salah ketuk pintu, itulah prinsip yang selalu Khanza pegang tatkala Ia ingin melakukan sesuatu yang dapat menyakiti perasaan seseorang.

“Inget Za, kalau kamu menyakiti hati seseorang dan orang itu udah mengadu ke Tuhan lewat sujudnya, You’re in danger, Za.” Samudera kembali bangkit dan meraih kunci mobilnya. “Mau tetep duduk disitu atau mau berangkat sekolah?” Mendapat pertanyaan dengan nada yang sedikit galak Khanza segera bangkit dan berjalan mengekori Samudera.

****

Khanza sudah berada di kelasnya, Ia sedang duduk sendirian tanpa teman semejanya karena Eshal belum datang. Entah dirinya yang terlalu pagi datang atau temannya yang super pintar itu yang datang kesiangan. Khanza memilih kembali membaca novelnya yang tidak jua tamat. Ia membuka lembar yang sudah Ia tandai dengan pembatas dari novel tersebut, namun bukunya kembali tertutup karena sebuah tangan kekar berhasil membuat novel Khanza tertutup sempurna. Mata Khanza menatap wajah yang baru saja membuat darahnya mendidih, tatapan gelap dan dalam juga dipancarkan oleh Reyzha.

“Ngapain lo disin – “ Kalimat Khanza terpotong saat tangan kekar itu menarik pergelangan tangannya, tidak kasar namun cukup sulit dilepaskan. “Apa-apaan sih!” Ucap Khanza sambil terus berupaya melepaskan genggaman Reyzha.

“Semakin lu berusaha ngelepas, maka semakin kencang gua megang lu.” Nada bicara Reyzha seketika berubah menjadi dingin dan mengancam, tidak seperti biasanya. Khanza yang mendengar itu langsung menatap Reyzha bingung.

“Lu kenapa Rey, kesurupan?” Tanyanya sambil terus bergerak melepaskan tangannya.

“Kesurupan penunggu kamar mandi kelas IPS.” Ucap Reyzha bercanda namun tidak sungguhan bercanda.

Khanza masih terus berusaha melepaskan pernggelangan tangannya yang mulai terasa perih, sepertinya Reyzha tidak bercanda dengan ucapanya beberapa menit lalu. “Awh!” Desis Khanza saat tangannya terasa kian panas.

Fuckboy PensiunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang