BAB 10 - Tameng Pelindung 2

25 6 17
                                    

Sudah satu minggu kurang 1 hari setelah usainya hubungan Khanza dengan Chiko, Eshal dan semua Team Cerdas Cermat pulang dengan memenangkan juara dua. Cukup mengecewakan karena SMA Dutchiva yang biasa menduduki juara satu kini terpaksa untuk menerima kekalahannya.

Eshal dan beberapa temannya yang mengikuti CC telah selesai sesi foto-foto bersama dewan guru dan beberapa temannya, Ia masuk kedalam kelasnya dan menuju kursinya yang sudah ada Khanza disana. Khanza melirik sebentar lalu memberikan jalan untuk Eshal duduk.

Sekitar 5 menit terjadi ruang canggung yang mengurung keduanya, Eshal yang asik mendengarkan music melalui Earphonenya dan Khanza yang sedang asik membaca Novel yang baru Ia beli bersama Yara kemarin.

Ayok Za lu harus yang mulai, lu yang salah! Teriak Khanza dalam hati menyemangati dirinya sendiri.

Khanza memejamkan matanya dan manarik nafas panjang, Ia mengumpulkan seluruh nyalinya kalau-kalau Eshal tidak memaafkannya dan memecatnya menjadi sahabat. Ia menutup bukunya rapat lalu menghadapkan tubuhnya menghadap Eshal yang berada disebelah. Eshal yang melihat tingkah Khanza spontan menoleh dan melepaskan Earphonenya. Ia menatap Khanza yang sedang menetralkan suasana didalam dirinya.

“Kenapa?” Tanya Eshal saat Ia melihat Khanza masih memejamkan matanya. Khanza yang ditegur seperti itu spontan membuka matanya kemudian nyengir dan mengusap tengkuknya gugup.

“Emm anu… Shal.” Eshal menaikkan sebelah alisnya saat Khanza mengantungkan kalimatnya.

“Ini, guaa…”

“Gua udah maafin lu, lu gak salah Za.” Ucap Eshal membuat Khanza yang tadinya menunduk langsung meluruskan kepalanya. “Maksudnya?” Kini malah cewek itu yang bingung.

“Ya.. Chiko memang dari dulu udah kayak gitu kelakuannya, gua kenal dia sudah dari lama bahkan dari SD mungkin dan juga rumah gua dan dia tetanggaan.” Jelas Eshal panjang lebar.

“Lu pacaran sama dia udah lama?”

“Emmm.. cukup lama, dari SMP kelas 8 kayaknya, gua juga masuk SMA ini karena ikut sama dia.”

“Kok lu gak pernah bilang ke gua kalau lu –“

“Chiko selalu ngelarang gua untuk membeberkan status gua dan dia, mungkin untuk dia lebih leluasa mendekati cewek-cewek disini kali ya dan bodohnya gua nurut aja.”

“Gua bener-bener minta maaf ya..”

“Santai, lu kan gak tahu tentang ini, kita tetep sahabatan kok.” Eshal tersenyum diakhir.

“Beneran?” Senyum sumringah tercetak di bibir Khanza. Eshal mengangguk sebagai jawaban. Seperkian detik Khanza memeluk Eshal erat, melampiaskan seluruh emosi seminggu lalu, meluapkan rasa rindu dan bahagia atas rendah hati sahabatnya itu.

“Lu gimana sama Reyzha, gua denger pacar lu dua kan, Chiko dan Reyzha?” Eshal melepaskan pelukkannya. “Jadi sekarang Reyzha satu-satunya?”

Khanza berdecak lalu memutar tubuhnya kembali. “Apaansih Shal, enggak, gua sama dia gak pacaran, berteman aja enggak.”

“Selama lu sama Chiko dia masih tetep merjuangin lu?” Khanza mengangguk. “Terus lu masih tetep gak mau sama dia?”

“Shal! Lu tau kan dia tuh kayak gimana.”

“Za, buktinya Chiko, yang lu anggap baik dia gak sebaik yang lu pikir, mungkin Reyzha juga sama.”

“Gua gak bisa Shal, hati kan gak bisa dipaksa.”

“Kasih dia ruang, seujung kuku aja di hati lu, percaya sama gua, perlahan waktu bakalan memperluas rasa itu.”

“Gua takut makin nyakitin perasaan dia Shal.”

Fuckboy PensiunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang