❝And we'll linger on, time can't erase a feeling this strong..❞
AROMA masakan dari arah dapur membuat Jaehyun melenguh pelan, kelopak matanya terbuka secara perlahan, ia mengerjap, menyesuaikan cahaya matahari yang menelusup masuk melalui jendela hotelㅡmenyinari wajahnya yang baru saja bangun dari tidur nyenyak.Sungguh, Jaehyun tidak bohong, tubuhnya terasa jauh lebih ringan dan Jaehyun seperti memiliki banyak tenaga tanpa harus mengkonsumsi kafein. Ini adalah tidur ternyenyaknya selama beberapa tahun belakangan. Tanpa sadar, kedua sudut bibir Jaehyun terangkat; membentuk senyum kecil.
Mengusak pelan surai hitamnya, Jaehyun beranjak turun dari kasur dan berjalan santai menuju dapur seraya mengusap wajahnya; membersihkan sisa kotoran yang mungkin akan terlihatㅡsangat tidak etis.
"Bukankah pihak hotel memberikan makanan untuk sarapan?" tanya Jaehyun dengan suara serak yang khas, berhasil membuat Taeyong terlonjak dan langsung membalikkan tubuh untuk menatap wajah Jaehyun.
Namun hanya beberapa saat karena Taeyong segera mengalihkan pandangan, ia berdehem pelan, apa Jaehyun tidak berniat untuk memakai atasan? Demi Tuhan Taeyong bisa melihat jelas otot yang tercetak di tubuh lelaki tampan itu, jantungnya terus berdegup kencang dengan pipi yang memerah, Taeyong merasa tidak sehat bila Jaehyun terus tampil seperti itu di hadapannya.
"A-aku hanya membuat bacon dan telur untuk menambahkan.." gumam Taeyong gugup, ia kembali memfokuskan diri pada kegiatan, membalikan bacon di atas wajan.
Jaehyun berdehem pelan. "Bisakah kau membuatkan kopi untukku?"
"Bagaimana jika sajangnim mengkonsumsi teh pagi ini?"
"Teh?"
Taeyong mengangguk tanpa menoleh. "Aku bisa menyeduh secangkir teh, itu akan membuat tubuh sajangnim lebih sehat. Mengkonsumsi kafein tidak baik untuk kesehatan bila terlalu berlebihan."
Mendengar itu Jaehyun tertawa geli, ia berjalan mendekati Taeyong. "Jadi sekarang kau dokter pribadiku, bukan sekretaris?"
Suara Jaehyun yang terdengar semakin dekat membuat Taeyong gugup setengah mati, ia mengulum bibir dan meniriskan bacon lalu mematikan kompor. Pelukan semalam masih terasa, menghantarkan rasa hangat yang begitu menyenangkan, Taeyong hanya mengatakan omong kosong saat ia berkata bahwa ia bisa melupakan apa yang terjadi tadi malamㅡkarena nyatanya, Taeyong sama sekali tidak bisa melupakan pelukan hangat itu.
"Jam berapa aku harus bertemu denganㅡ"
"Jam dua siang, sekarang masih pukul sembilan pagi, masih banyak waktu yang tersisa, Sajangnim." balas Taeyong cepat, tahu bahwa Jaehyun pasti menanyakan jadwal yang sudah berusaha ia hapal di luar ingatan.
Jaehyun berdiri tepat di belakang Taeyong yang masih belum bergerak. "Jadi, kau akan membuatkan teh untukku?"
"Y-ya, tentu saja!" seru Taeyong semangat, berusaha menghilangkan rasa gugup. Namun tanpa sadar lengan Taeyong menyenggol spatula yang berada di dalam wajanㅡberhasil membuat benda yang di penuhi minyak panas itu terjatuh di lantai, menimbulkan suara nyaring.
Jaehyun menarik tubuh Taeyong ke arahnya, tidak ingin si lelaki bermarga Lee terluka karena minyak panas. "Bisakah kau kau berhati-hati?!"
Tubuh Taeyong tesentak, ia merasakan tangan Jaehyun yang melingkar di perutnya. "M-maaf sajangnim."
"Kulitmu bisa melepuh, seharusnya kau berhati-hati, jangan terlalu bersemangat seperti itu." ujar Jaehyun kesal, ia melepaskan pelukannya pada tubuh Taeyong dan menghela napas jengah, "buatkan aku teh, aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be My Baby《Jaeyong》✔
Fanfiction[Sad Romance] [M] Jaehyun menutup hatinya, mengabdikan dirinya sendiri hanya untuk mengurus anak semata wayangㅡJung Minhyung yang sangat ia sayangi. Jaehyun tidak memiliki keinginan untuk menikah lagi, karena jatuh cinta itu terasa sangat menyaki...