Kopassus terus berusaha mencari jalan keluar dari mall ini. Mereka berlari menyusuri jalan yang dapat dilalui. Mereka dihantui oleh suara peringatan dari speaker yang menggema dari setiap sudut mall ini.
"Sisa-sisa pasukan BIN masih ada di dalam mall ini! Aku ulangi, SISA-SISA ANGGOTA INTEL BIN MASIH BERADA DI MALL INI! Untuk seluruh pasukan Batalyon Infanteri Yonzikon 201 diharap untuk tidak membiarkan mereka melarikan diri! Jangan sampai mereka lolos!"
"Gilang, di depan kita!" Letnan Adam menunjuk ke arah sekumpulan pasukan 201 yang telah mengambil posisi berlindung untuk mencegah tim Kopassus keluar dari mall ini.
"Jangan biarkan BIN berserta para pemberontaknya lolos!" Teriak salah seorang prajurit Yonzikon yang berada di barisan paling depan.
"SEMUANYA, BERLINDUNG!" Kapten Gilang memerintahkan timnya. Kopassus berpencar dan berlindung di mana pun yang dirasa bisa melindungi mereka dari gempuran para prajurit Infanteri itu.
Rupanya bala bantuan Batalyon Yonzikon 201 telah datang. Banyak sekali pasukan 201 yang masuk melalui pintu keluar alternatif mall ini. Mereka semua berusaha memblokade Kopassus seraya menggembur pasukan elit itu tanpa henti. Kopassus masih belum membalasnya, pasukan elit tersebut masih menunggu perintah yang belum diberikan Kapten.
"Kapten, katakan sesuatu! Berikan perintahmu!" Letnan Ari berteriak kepada Kapten melalui radio.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan, balas serangan mereka!" Balas Kapten.
Kopassus lagi-lagi dengan terpaksa membalas serangan dari kawan sendiri. Pertempuran hebat kembali terjadi. Kopassus perlahan bergerak maju dari tembok ke tembok seraya menghabisi para pasukan 201. Berulang kali melompat-tiarap demi menghindari ledakan granat. Mereka mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaga. Menghabiskan hampir seluruh amunisi dan granat yang tersisa.
"Maju terus!" Kapten Gilang maju paling depan, ia berlari sembari membidik lawan dengan tepat sasaran. Butiran peluru yang ia tembakan seakan tidak pernah terbuang percuma. Ia selalu bisa menerobos barisan pertahanan lawan dengan efektif.
Letnan Ari dan Letnan Adam bergerak di belakang Kapten. Mereka membidik lawan yang berusaha menjatuhkan Kapten dari setiap sisi. Formasi belakang mereka diisi oleh Sersan Dimas yang mematahkan serangan dari lantai atas maupun dari tempat-tempat tak terduga lainnya.
Namun kali ini Kopassus benar-benar kalah jumlah. Satu kompi dikerahkan hanya untuk menjatuhkan mereka. Mau sebanyak apapun Kopassus membunuh, para prajurit itu seakan tidak ada habisnya. Pasukan Batalyon itu terus berdatangan lagi dan lagi, sama sekali tidak memberi Kopassus kesempatan untuk bergerak.
"RRAAAAAARRGGGHHH!!!!" Kapten Gilang mencapai puncak amarahnya. "JANGAN HALANGI KAMI, BANGSAAAAAAAAAATTT!!"
Hal tidak terduga pun terjadi. Angin kencang kembali datang dan mengguncang mall tempat mereka bertempur. Guncangan tersebut membuat langit-langit dari mall ini berjatuhan. Langit-langit yang ambruk menimpa beberapa pasukan TNI di sana. Satu Kompi pasukan Yonzikon mulai beranjak pergi meninggalkan medan pertempuran. Sedangkan Kopassus tidak bisa bergerak. Sekeliling mereka tertimbun reruntuhan.
"BERTAHAN!" Teriak Kapten Gilang.
Langit-langit mall yang terus berjatuhan rupanya menciptakan hentakan pada lantai. Sedikit demi sedikit retakan di lantai mulai bermunculan. Hingga akhirnya lantai yang menjadi tempat berpijiak tim Kopassus ambruk dan membuat mereka semua jatuh ke dalamnya.
"Ari, awas!" Teriak Letnan Adam yang berusaha menggapai lengan Letnan Ari namun gagal. Pada akhirnya ia juga ikut terjatuh ke dalamnya.
Adam, Ari, dan Dimas pun terjun ke dalam lubang besar akibat lantai mall yang roboh. Sedangkan Kapten Gilang sempat berpegangan pada sebatang besi yang pada akhirnya juga ikut terjatuh ke dalamnya.
~~~~
Langit mulai gelap. Seorang Kapten berusaha mengangkat reruntuhan bangunan yang menimpah tubuhnya. Dengan usaha yang keras, ia akhirnya berhasil keluar dari reruntuhan itu. Kapten berusaha berdiri dan memantau keadaan sekitar. Rupanya lantai yang ambruk tadi membuat ia terjatuh ke dalam parkiran mobil bawah tanah dari mall ini. Kapten Gilang lantas meneruskan langkahnya sembari mencoba menghubungi para anggota timnya melalui radio.
"Adam, Ari, Dimas, masuk."
Namun tak ada jawaban dari mereka.
"Sial!"
Kapten Martin Gilang pun menundukan kepalanya dalam-dalam, seraya menutup kedua matanya dengan penuh kepasrahan. Sempat terlintas dalam pikirannya kalau seluruh anggota timnya tidak ada yang selamat. Namun Kapten tetap berusaha optimis dan berpikir positif. Ia yakin para anak buahnya tidak akan mati semudah itu.
Kapten Gilang pun menemukan jalan keluar. Ia akhirnya berhasil keluar dari mall ini. Penampilannya nampak kacau. Ia kehilangan senapan serbunya dalam peristiwa itu. Berbekal pistol Dessert Eagle yang ia pegang, Kapten berjalan lemas menyusuri jalan raya yang dipadati bangkai kendaraan.
Suatu sinyal radio tiba-tiba tersambung dengan perangkat miliknya. Kapten segera menjawab sinyal yang masuk tersebut.
"Kapten, Adam, Ari, kalian bisa membaca radioku?"
"Dimas?!" Kapten pun terkejut.
"Kapten Gilang? Itu kah kau?" Tanya Sersan Dimas dengan sedikit lemas.
"Yeah, di mana kau sekarang?"
"Entahlah, Kapten. Aku berhasil selamat dari kejadian itu. Namun saat itu Badai angin masih berlangsung. Aku berlari keluar dan menjauh dari mall. Tetapi secara tiba-tiba sesuatu yang besar menghantamku dari belakang hingga membuatku terpental cukup jauh. Setalahnya, aku tidak ingat, kemungkinan aku pingsan. Setalah sadar, barulah aku mencoba mengubungi kalian." Jelas Dimas. "Namun yang pasti, sekarang aku sedang duduk bersandar di bawah patung besar seorang Jenderal yang sedang memberikan hormat." Lanjutnya.
"Baiklah, tetap di sana, aku akan segera datang." Perintah Kapten.
Mengetahui masih adanya rekan satu timnya yang selamat, Kapten Gilang kembali mendapatkan semangatnya. Berlarilah ia secepat yang ia bisa demi menemukan Sersan Dimas yang saat ini tengah menunggunya.
Masihkah kau ingat untuk apa kau datang ke kota ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
INFANTERI
ActionIbu Kota Indonesia dilanda badai angin maha dahsyat yang datang secara berkala. Akibatnya akses menuju kota tersebut pun ditutup untuk sipil oleh pemerintah. Batalyon Infanteri Yonzikon 201 diterjunkan untuk melakukan evakuasi. Hampir satu tahun Bat...