Chapter 3: Batalyon Yonzikon 201

59 8 2
                                    

Kopassus berusaha mencari jalan keluar dari mall ini. Namun mereka kesulitan menemukannya dikarenakan reruntuhan yang menutupi sebagian jalannya. Mereka mencoba mencari jalan lain, memeriksa setiap sudut gedung ini untuk mencari jalan yang dirasa dapat mengeluarkan mereka dari tempat ini.


"Hanya ini satu-satunya jalan." Ujar Kapten.


Kopassus memeriksa suatu lubang yang cukup besar yang terbentuk di lantai. Di tepian lubang itu terdapat tiga untai tali tambang yang mungkin pernah digunakan oleh seseorang sebelum mereka.


"Jika seseorang telah mempersiapkan hal semacam ini, sudah pasti hanya ini jalan satu-satunya." Lanjut Kapten.


Tim Kopassus pun terjun ke dalam lubang itu. Di sana mereka melihat ada beberapa tenda, kotak-kotak persediaan makanan, dan banyak sekali lilin yang digunakan untuk penerangan. Kopassus pun melanjutkan langkah mereka sembari bersiaga dengan senapan serbu di tangan.


"Ini pasti kamp yang telah ditinggalkan." Ujar Kapten pada seluruh anggota timnya.


"Di basement bangunan yang rawan seperti ini?" Tanya Letnan Ari penuh heran.


"Aku juga tidak mengerti." Balas Kapten.


Di tengah perjalanan mereka, Kopassus menemukan elevator yang telah berhenti beroprasi. Mereka pun memutuskan untuk berjalan menaiki elevator tersebut. Setelah naik ke lantai atas, mereka mendengar banyak sekali suara tembakan diselingi teriakan. Merasa ada tanda-tanda bahaya, dengan sigap mereka bersembunyi di balik reruntuhan.


Kapten Gilang pun sesekali mengintip keadaan sekitar. Kapten melihat ada beberapa tentara yang ia duga bagian dari Batalyon 201 seperti sedang memaksa beberapa warga sipil untuk ikut bersama mereka. Para tentara itu kerap kali memberikan tembakan peringatan. Cara tersebut tentu akan membuat warga sipil panik dan lari ketakutan.


"Yonzikon ada di sini!"


Letnan Ari dan Adam pun ikut mengintip keadaan sekitar.


"Apa-apaan ini?! Mereka menakut-nakuti warga sipil seperti ingin menggenosida mereka!" Ujar Letnan Adam.


"Kita harus menghentikan mereka, Kapten!" Pinta Letnan Ari dengan raut wajah penuh kekhawatiran.


Kapten lantas bangkit dan ingin menghampiri sekelompok prajurit di sana. Namun baru saja Kapten menampakan wujudnya, salah seorang prajurit yang melihat Kapten langsung berteriak.


"BIN DI SINI!"


Tanpa pikir panjang, para prajurit yang kira-kira berjumlah 6 orang itu langsung menembakan senapan serbu mereka ke arah Kapten. Kapten Gilang pun langsung kembali bersembunyi di balik tembok reruntuhan mall.


"Sial... BALAS TEMBAKAN MEREKA!" Teriak Kapten.


"Tapi Kapten, mereka tentara, mereka anggota Batalyon 201 yang kita cari selama ini!" Balas Letnan Ari.


INFANTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang