EPISODE 4: Nyi Blorong dan Mak Lampir.
—
Hari ini adalah hari pindahan. Buat Rosé, hari ini nggak ada yang spesial. Dia udah terlalu sering pindahan karena anaknya susah adaptasi pada suasana kosan berbau rakjel. Maklum selain titisan bulepotan, Rosé juga anak orang berada. Keluarganya di Surabaya dan dia cuma Princess terdampar di tengah panasnya perbatasan Depok dan Jakarta.
"Jek, ada gak yang kurang?"
"Kewarasan lo."
"Talk to yourself, piggy."
"Diem." Jeka mendesis kesal lalu menarik salah satu koper Rosé ke dalam kosan. Biasanya anak cowok selalu menggunakan tangga yang dibangun di teras sehingga tidak perlu melewati lantai satu yang tadinya sedang renovasi. Begitu renovasi selesai, Bu Sri merubuhkan tangga tersebut. Katanya takut ada maling, jadi lebih baik pakai tangga dalam saja. Toh, lantai satu sudah jadi juga.
"Mana kamar lo?"
Rosé menunjuk pintu bernomor 3 dengan dagunya. Keduanya menggeret koper ke dalam sana. Menata barang bawaannya, cewek itu akhirnya membuka sesi pergibahan duniawi yang sudah Jeka nantikan sedari tadi.
"Lo tau Caca nggak, sih?"
"Kampus kita tuh seluas samudra sebesar amazon sepanjang sungai nil. Lo mau expect gue kenal sama orang yang namanya super pasaran itu? Gue yakin di semua fakultas ada yang namanya Caca."
"Bangsat! Ya anak FEB, lah. Sefakultas sama kita."
"Angkatan?"
"Sama!"
"Jurusan?"
"Akun, kayaknya."
"Sama kayak Aming berarti. Lah—jangan bilang Caca ceweknya Aming?"
"Who the fuck is Aming?!"
"Anak kos ini juga. Tapi yang gue tau nama ceweknya Ghaisa, panggilannya Caca."
"Gak tau lah gue, pokoknya dipanggil Caca."
Jeka mengangguk, lalu merebahkan diri di kasur Rosé tanpa permisi. Sedangkan yang punya kosan malah duduk di kursi belajar yang merupakan fasilitas kosan sembilan tujuh.
"Lanjut sis. Haus gibah nih"
"Gue abis ribut sama tuh cewek."
"Hah?"
Rosé menatap Jeka dengan tangan yang menyilang di dada.
"Gue. Abis. Ribut. Sama. Si. Caca. Marica. Itu."
"KOK BISA??? LO TUH KENAPA SEMUA ORANG DIAJAK—"
Jeka menghentikan ocehannya ketika satu telunjuk Rosé ada di antara bibirnya. Buru-buru dia menepis tangan Rosé dengan wajah geli. "Iyuh!"
"Makanya dengerin dulu, limbah cucian."
"Kampret."
"Jek!"
"Iyeeee ini dengerin, Roséanne."
Cewek itu menampilkan senyumnya lalu kembali melanjutkan ceritanya. Pada intinya, geng Caca dan Rosé ini adalah musuh bebuyutan dari awal masuk. Cuma Rosé tipe-tipe yang nggak mau ngurusin meskipun geng dia lagi ribut karena kalo Rosé udah ikut campur, semuanya kelar. Dia itu punya jiwa bar-bar yang mendarah daging kalo kata Jeka. Cuma kemarin udah kelewatan, jadilah dengan sok pahlawan Rosé membalas dendam atas nama gengnya dengan menggunting rambut indah si Caca ini dan berakhir keduanya jambak-jambakan di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seasons Change | 97
FanfictionJust like seasons, feelings change. ©savorydelight.