EPISODE 5: Buttersweet fight.
-
Tidak berniat mengecewakan penonton tapi kedua titisan nyi blorong nggak jadi membuat perkelahian volume 2.0 karena dua cowok yang siap siaga. Jeka dengan cepat menarik Rosé ke dalam kosan, sementara Mahesa langsung pasang badan.
"Nggak, nggak ada ribut! Mau berapa helai rambut lagi yang jadi korban?" Mahesa langsung merentangkan tangan untuk memblokir jalan Caca menghancurkan Rosé.
"Kenapa kamu belain dia?!"
"Aku nggak belain dia, tapi berantem itu nggak penting. Kalian bisa selesain baik-baik."
"JABLAY KAYAK DIA GABISA DIBAIKIN!"
"HEH JAGA OMONGAN LO YA CABE PERAH!" Rosé langsung nyamber.
"LO EMANG JABLAY!! GENG LO TUH ISINYA CEWEK TUKANG-"
Mahesa buru-buru memotong. "Caca, jaga omongan kamu!"
"MING, NGGAK USAH IKUT CAMPUR!"
"Kasian deh nggak dibelain cowoknya. Wleeee." Rosé mengejek terang-terangan sambil menjulurkan lidahnya. Otomatis Caca makin naik pitam.
"Ck. Emang ya eksistensi geng lo di dunia ini cuma bikin orang lain ternak dosa. Mati aja deh lo!"
"Eh, cabe. Denger ya, biasanya tuh yang nyumpahin bakal kejadian ke diri-"
"GUE GAK NYUMPAHIN!"
"Itu namanya apa kalo gak nyumpahin? Pantun? Bego lo ya?!"
"GUE NYURUH!"
"MANA ADA LO NYURUH KAYAK BEGITU!!!" Rosé ikut-ikutan meninggikan suaranya.
"ADA. ITU BUKTINYA!!" Caca nggak mau kalah. Kini menaikkan dagunya songong.
"SEJAK KAPAN TANEMAN BISA NYURUH-NYURUH JABLAY?!"
"GUE BUKAN TANEMAN!!!"
"TERUS?? TUMBUHAN? MENDING LO BERJEMUR SONO!!"
"Hah? Biar apa berjemur? Biar eksotis? Kalah dong geng lo?" Caca langsung meledek. Membuat Rosé menatapnya dengan pandangan siap terkam.
"Biar lo tumbuh dengan baik terus jadi makin pedes kayak cabe. DASAR CABE BUSUK!!!"
Berteriak di akhir kalimat, Rosé langsung mengambil ancang-ancang dan menerobos pertahanan Mahesa.
Seperti dugaan Mahesa, adegan jambak-jambakan berlangsung ulang. Beruntungnya dua cowo itu yang langsung melerai. Sehingga rambut yang berjatuhan tidak sebanyak perang dunia pertama Caca dan Rosé yang lalu.
Keduanya masih saling menatap penuh emosi. Seakan masih belum puas untuk menerkam satu sama lain. Jeka buru-buru menyeret Rosé ke dalam kosan barunya. Sedangkan Mahesa membawa Caca ke atas, ke kamarnya. Telepati mereka mengatakan bakal terjadi hal buruk kalau-kalau dua mak lampir ini berada di satu lantai yang sama.
Ralat. Ternyata perkelahian tetap terjadi.
***
"El!"
Elang yang tadinya berniat menggeret galon sebagai pengganti dispenser yang ada di dalam kamarnya menghentikan langkah.
"Oh, udah pindah."
"Motherfuckin Jeffrian." Alisa terlihat jengkel. Kemudian buru-buru mengembalikan ekspresinya-tersenyum ramah dengan poni yang manis bertengger di wajahnya. "Udah dong. Yah, gak surprise dong gue ke lo?"
"Nggak."
Mendengar respon Elang yang seirit duit jajan semasa pandemi membuat Alisa langsung cemberut.
"Ngomong nggak diitung pulsa perhuruf loh, El."
"Terus?"
"Nggak usah singkat-singkat dong, ganteng!"
"Suka-suka gue."
"Hehe, iya deh buat lo apa yang enggak."
"Don't you have something to say? Kalo nggak gue mau balik ke kamar."
"Nah gitu dong jangan irit!"
"Kalo gak penting yaudah."
"EH TUNGGU! Gue cuma mau ngasih ini." Alisa menyodorkan sebuah paper bag berwarna-warni. Di atasnya ada perekat sehingga Elang tidak dapat menegok isinya.
"Apa?"
"Buka aja sendiri. Tapi jangan di depan gue."
Dipandang curiga, Alisa buru-buru mengangkat tangannya. "Itu bukan pelet, kok! Gue masih mau pake jalur usaha aman buat ngedapetin hati lo."
"Gue nggak kira ini pelet."
"Pokoknya itu gak berbahaya! Janji, suer!" Alisa membentuk jarinya dengan pose peace.
"Yakin?"
"El, kok gapercayaan banget sama gue sih?"
"Apa yang bisa gue percaya dari lo emang?"
"Hm, cintaku padamu setulus hatiku?"
Sedangkan Elang cuma mematung dengan ekspresi tidak terbaca, Alisa tebak cowok itu mau muntah. Membuat Alisa akhirnya membalik bahu cowok itu dan mendorong Elang ke kamarnya sendiri dengan buru-buru.
"Udah sana masuk kamar. Buka hadiah dari gue di kamar. Jangan depan gue."
"Ya."
"Sama-sama, loh!"
"Hm."
"Kayaknya emang penyakit lo irit ngomong. Gak papa gue tetep cinta. Yaudah, bye calon imam. Selamat bertemu di pelaminan!" Alisa melambaikan tangannya dan mengedip genit seraya berjalan menuju tangga untuk turun.
Elang cuma bisa menggeram kesal lalu menutup pintu kamarnya. Tidak lupa mengunci, tentu saja. Setelah dirasa situasi aman, cowok itu buru-buru membuka paper bag pemberian Alisa. Taunya pas diliat makanan.
To: My Future Husband, El
Hai calon imamku. Gaada niat apa-apa sih. Cuma mau ngasih sebagai hadiah peringatan hari pertama kita tinggal satu atap. Semoga suka ya! Beli makanan viral satu ini tuh susah banget loh harus ngantri 3 jam, ya namanya juga buttersweet by Najla. Gapapa, buat lo apa yang engga sih. Hehe. Bye, have a nice day!
- Your Future Wife, Al
//
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seasons Change | 97
Fiksi PenggemarJust like seasons, feelings change. ©savorydelight.