PART 30

371 24 10
                                    

"Kenapa dieum? Jawab Rava!"

"Biar gue yang jawab," sahut Jeane membuat Rava mendelik.

"Kenapa Rava bisa sebenci itu sama Kezia? Karena Kezia udah nabrak gue sampe gue koma! Dan lo tahu Del? Nyawa gue hampir melayang gara-gara cewek sialan itu!" Jeane maju satu langkah, menatap tajam Adela dengan matanya yang sudah memerah.

"Yang pantes dapetin julukan Pelakor itu lo dan Kezia, bukan gue!" sentak Jeane membuat beberapa orang yang ada di sana menatap mereka berempat.

Adela memegang dadanya yang sesak, dia sudah tidak sanggup lagi berada di tempat ini.

Sebelum Adela pergi dia menatap Rava dan berkata. "Gue kecewa sama lo!"

"Adela!" Rava berniat mengejar Adela tapi Jeane menahanya.

"Rava, udah jangan dikejar!"

"Kalau sampe hubungan gue sama Adela hancur, lo orang pertama yang gue cari!" bentak Rava lalu melepaskan tangan Jeane dengan kasar.

"DAN KALAU KAMU MENGEJAR DIA, PAPAH AKAN PASTIIN PEREMPUAN ITU MENDERITA!!" Langkah Rava terhenti ketika ia mendengar teriakan Putra, kedua tangannya mengepal kuat hingga kuku-kuku bukunya memutih.

Jeane tersenyum tipis saat melihat Rava berbalik dan berjalan kearahnya."Gue akan tetep di sini, karena gue nggak mau Adela kenapa-napa!"

Jeane hanya mengangkat kedua bahunya acuh, lalu mengandeng tangan Rava dan membawanya ke atas panggung.

Mamah juga kecewa sama kamu Rava! Tega sekali kamu menyakiti hati dua perempuan sekaligus, Batin Kirania.

••🦋••

"Kalau gue tahu akan sesakit ini, gue nggak akan nyari tahu tentang kejadian itu... Hiks... Gue nyesel... Gue nyesel udah nyari tahu... Hiks..." Adela menangis sejadi-jadinya di sini, dipinggir jalanan yang minim akan cahaya.

"NGGAK SEHARUSNYA GUE NERIMA CINTA LO! NGGAK SEHARUSNYA GUE CINTA SAMA LO... Hiks..." Adela berjongkok dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya.

Awan hitam berkumpul. Suara gemuruh yang samar-samar terdengar menjadi dentuman,
terlihat seorang gadis yang masih tetap bertahan pada posisinya.

Adela berhenti terisak ketika ia mendengar suara langkah kaki, lalu gadis itu mendongkak saat ia merasakan tubuhnya tidak terguyur air hujan lagi.

"E-Elvin? Elvin... Hiks..."

Adela berdiri dan langsung memeluk Elvin dengan isakan yang kembali terdengar, pemuda berjaket hitam ini membuang payungnya asal, lalu membalas pelukan Adela dengan kehangatan yang ia miliki. Membiarkan tubuhnya dan juga tubuh Adela terguyur hujan.

Cukup lama mereka berdua berpelukan, sampai akhirnya Elvin mengurai pelukannya.

"Lo boleh nangis sepuasnya sambil meluk gue. Tapi nggak di sini, nanti lo sakit kalau kelamaan hujan-hujanan," kata Elvin sembari mengenggam kedua tangan Adela yang dingin.

"Kita masuk ke dalem mobil yu, gue anterin lo pulang," ajak Elvin. Tapi Adela tidak menjawab, gadis itu diam menatap Elvin dengan air mata yang masih mengalir dikedua pipinya.

Adela Shareena Quinindha (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang