"Rava anjeng balikin ponsel gue!"
Rava masih tertawa-tawa ngakak sambil berlarian gila dikoridor. Dibelakangnya Gilang berlari cepat mengejar pemuda itu masih tak merasa lelah.
Rava berbelok menuju koridor kelas IPA, dengan membawa ponsel hitam milik Gilang ditangannya. Pemuda ini masih terkikik karena berhasil mengerjai sahabatnya itu mengganti lockscreen ponsel Gilang dengan foto masa lalu pemuda itu ketika berumur lima tahun, bergaya meletakan jari telunjuk dan jempol di bawah dagu.
Namun, Rava tersentak ketika bahunya tak sengaja menubruk bahu seseorang.
Pemuda ini menoleh pada gadis cantik disebelahnya yang juga tersentak kaget. "Eh?" katanya refleks.
"A..." gadis disebelahnya mengerjap-ngerjap linglung dengan mulut yang menganga.
Rava berdehem, tersadar dan berbalik memandang gadis itu sepenuhnya, "Sorry, gu—"
"Rava setan sini lo!"
Rava langsung tersentak, menoleh memandang Gilang yang kini jadi semakin dalam radius dekat dengan mereka. Pemuda ini melirik gadis dihadapannya, kemudian menarik tangan gadis itu refleks membuatnya membelalak kaget. "Rava bangsat sini lo!"
"Apaan sih woi!" Adela berteriak nyaring karena lengannya tiba-tiba ditarik Rava begitu saja. Namun, tak meronta masih berlari di belakang pemuda itu tertarik paksa.
Rava tak menjawab, masih berlarian dengan sebelah tangan menenteng ponsel. Pemuda itu membawa Adela berbelok dan masuk kedalam ruangan UKS yang pintunya terbuka.
Rava memasuki pintu. Namun, Adela yang masih linglung mengerjap di depan pintu dengan mulut menganga. Cowok itu dengan tak sabaran menarik paksa tangan Adela membuat gadis itu menarik napas kaget dan memekik kecil.
Rava menutup pintu, kemudian menghela napas lelah. Pemuda itu menetralkan napasnya yang ngos-ngosan sambil menoleh pada Adela yang memasang tampang kebingungan.
"Sorry, gue lagi dikejar anjing laut makannya lari ke sini," kata pemuda itu sambil menyengir lebar. Membuat Adela diam-diam terpana dengan wajah tengilnya itu sesaat.
Adela melengos, berdehem kecil mengalihkan wajah. "Hm, tapi kenapa lo narik gue?" tanya gadis ini sambil mengangkat sebelah alis, berusaha tetap tenang.
"Refleks, dan kalau lo ada di sana ntar lo ember bocor lagi sama si Gilang," balas pemuda itu santai, sambil berjalan tenang melewati Adela untuk menduduki salah satu ranjang.
"Tumben nih UKS sepi," gumam pemuda ini sambil bergerak kecil menidurkan diri di sana.
Sementara Adela berdecak, berbalik menghampiri Rava "Kenapa lo takut sama Gilang? Cupu banget sih," ledek gadis itu sambil melipat kedua tangan di depan dada. Rava yang terpejam perlahan membuka mata, kemudian bergerak kecil jadi menghadap Adela dengan senyuman miring.
"Dia anjing herder buas, kalau ngamuk suka main tinju, kenapa?" tanya Rava santai lalu mengangkat sebelah alis masih mempertahankan senyuman miringnya. "Tapi cuma becanda doang sih."
Adela meneguk ludah. Sial, kenapa dia jadi mati kutu begini? Biasanya dia akan melawan dengan kata-kata yang sangat dingin yang membuat lawan bicaranya terdiam. Namun di depan cowok ini kenapa mendadak ia jadi manekin begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adela Shareena Quinindha (Completed)
Fiksi Remaja"Lo nggak perlu tau gue dirawat di mana, yang perlu lo tau sekarang. Gue udah nggak peduli lagi sama hubungan kita!" Rava membeku ditempatnya saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Adela, matanya tiba-tiba memanas bersamaan dengan jantungny...