PART 16

326 46 18
                                    

"Yaudah, tapi cepetan yah gue masih mau sekolah di sini soalnya," kata Selina yang hanya mendapatkan deheman dari Adela.

Adela mulai menempelkan foto Tania yang sedang melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan dengan seorang pemuda yang seumuran dengannya, sementara Selina dia mulai melirik kanan kiri dengan tangan yang berkeringat dingin.

"Del, udah belum sih?" tanya Selina panik saat dia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul setengah tujuh di mana para guru akan datang kesekolah.

"Bentar," jawab Adela yang tengah fokus menempelkan foto kedua yang pastinya beda isi dengan foto pertama.

"Udah belum?" tanya Selina lagi.

"Udah," jawab Adela membuat Selina menghembuskan napas lega.

"Jadi sekarang kita kemana?" tanya Selina seraya mengecek jam tangannya yang sudah menunjukan jam tujuh kurang.

"Ke kantin aja, biar nggak dicurigain nanti," jawab Adela yang diangguki Selina lalu kedua gadis itu pun berjalan menuju kantin sekolah SMA Harapan.

••🦋••

"Lo jadi cewek baperan banget sih," celetuk Adela sambil mengunyah bakso kecil dimulutnya. Memberikan reaksi santai saja mendengarkan curhatan sahabatnya itu yang meledak-ledak sambil kadang mengumpat kasar karena terlalu gugup.

Selina melirik sinis dengan terang-terangan, "Ngaca. Lo juga baperan sama kaya gue," balas gadis itu pedas sambil menambahkan sambal lima sendok kecil kedalam porsi baksonya membuat Adela menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue baper sama pacar gue sendiri Sel, lah ini lo baper sama Gilang yang notabenya bukan siapa-siapa lo. Gimana kalau Gilang cuma baperin lo doang terus yang ditembak cewek lain bukan lo, yang sakit siapa? Lo kan bukan gue. Jadi lo jangan terlalu bawa perasaan sama cowok mana pun, kalau lo nggak mau ngerasain yang namanya sakit hati," kata Adela santai namun segera melotot karena tangannya yang ingin meraih es teh dicubit Selina keras.

"Dengan lo ngomong kaya gitu lo tuh ngedoain gue tahu, kan ucapan adalah doa," sahut gadis itu. Lalu merunduk mengaduk pelan baksonya hingga tercampur rata, sedetik kemudian gadis itu mengangkat wajah dan menatap sangar Adela yang menatapnya dingin sambil mengunyah. "Lagian nih yah Del, gue yakin kok Gilang nggak mungkin ngelakuin itu. Dia kan sahabatnya Rava, dan lagi nggak ada berita tentang dia deket sama cewek atau nyakitin cewek kan?" tanya Selina menatap Adela.

"Terserah lo aja deh, susah emang ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta," jawab Adela.

"Gue-"

"Woi dua bidadari, kita cariin ternyata di sini!"

Seruan nyaring dari Gilang yang berjalan bersama Rava dari arah pintu kantin menuju kemeja mereka membuat keduanya menegakkan duduk terkejut.

Adela melirik ketika dua pemuda itu dengan santai duduk di sebelah Selina berhadapan dengan Adela. Gilang tepat di sebelah kanan Selina semenetara Rava di sebelah kiri Adela.

"Sel?"

"Iya kenapa?"

"Lo tahu nggak kalau minuman yang lagi lo minum itu manis?"

"Ya iya-"

"Tapi lebih manis kalau ngeliat lo senyum, I WANT YOU TO BE MY GRILFRIEND!" Teriaknya, membuat Selina menyemburkan minuman yang tadi ada di dalam mulutnya.

"Lang Lo-"

"Unfortunately I give a statement not a question, and I don't like rejection of understanding?"

Adela Shareena Quinindha (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang