CHAPTER O3

157 12 1
                                    

Early sampai di sekolah. Mereka turun dari mobil dan berjalan beriringan, Tisa juga ada disana. Kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana respon seluruh warga sekolah saat melihat seorang gadis nerd berada di tengah tengah Early. Tatapan menghina dan suara berbisik mengisi setiap sisi koridor.

"Ih apaan tuh nerd deket deket Early."

"Caper betul sis, gandeng gandeng Bastian."

"Pembantu di rumahnya kali tuh di kasih beasiswa sekolah disini."

"Iyalah beasiswa, lihat saja seragamnya, Regular Class."

Kurang lebih seperti itu suara bisikan yang memenuhi koridor. Dan dengan jelas dapat di lihat di pertengahan koridor, tiga gadis penggila lelaki Early berdiri menghalangi jalan Early.

Dapat dirasakan aura berubah menjadi gelap. Tatapan mata Cindy dan Erland menjadi tajam dan mengancam. Sorot mata mereka tertuju kepada tiga gadis di depan kami, mengintimidasi mereka.

"Lanh Grup. Stacie Coyle putri sulung Coyle Corporation, Rachell Ashton putri tunggal Ashton Hotel, dan Alicia Walley putri satu satunya kepala sekolah Early High School." Suara Yuriko yang lembut membaca nametag mereka.

"Kenapa kalian berdiri di depan kami?" Sepertinya Yukio mulai kehilangan kesabarannya.

"Minggir!!" Suara Cindy sangat dalam dan mengintimidasi.

"Kita tuh gak ada kepentingan sama kalian, tapi itu nerd pasti ganggu kalian banget kan?? Sini biar kita urus buat kalian, biar gak ngerusak pemandangan." Stacie dengan berani menjawab.

"Dia punya nama dan siapa yang mengatakan kalian berhak mengatur kami?" Erland meninggikan suaranya.

"Ta..ta..pi itu cewek ganggu pemandangan banget Erland." Dengan gemetar Alicia menjawab Erland.

"Kalian lebih ganggu tau gak, minggirlah." Yenza menatap garang ketiga gadis itu.

"Pastikan kalian tidak menyentuh dia atau kalian yang saya pastikan." Sebastian geram mendengar tunangannya di hina.

"Baju kurang bahan." Sambil mengunyah camilannya, Kalvin menyindir.

"Kurang perhatian juga." Seperti kebiasaan, Vardan akan menimpali perkataan kakaknya.

"Kurang akhlak gak?" Nampaknya sang bungsu pun tak mau kalah.

Bel masuk berbunyi, menyelamatkan ketiga gadis yang sedikit lagi akan diseret ke dalam jurang kehancuran.

"Kalian selamat kali ini, liat aja kalau kalian berani nyentuh Tisa. Perusahaan kalian taruhannya."

Perkataan telak Sebastian mengakhiri semuanya. Satu persatu Early dan murid murid lain berjalan ke kelas mereka masing masing.

Hari ini adalah awal tahun ajaran baru dan seluruh kelas masih di kosongkan dari kegiatan belajar mengajar karena hari ini seluruh murid akan memperbarui foto id card mereka.

"Ganggu betul kalian ini, lagi enak dengerin musik mau tidur juga." Khafi memarahi tim fotografi sekolah saat mereka meminta izin mengambil fotonya.

Di tempat lain, Arsyaka yang berniat untuk pulang karena tidak ada pelajaran dihadang oleh tim fotografi.

"Ya udah cepet foto gini aja, gue mau balik, buru."

Ellena, Nalyra, dan Veena sibuk berdandan untuk sesi foto mereka.

"Blush on aku keliatan gak? Menor gak?" Sambil bercermin Veena bertanya pada Nalyra.

"Udah cukup kok, gak menor. Eh minta lipstik dong kak." Nalyra menjawab Veena dan mencari lipstik di kotak make up Ellena.

Tell Us, What HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang