CHAPTER 16 - LAST CHAPTER

58 11 3
                                    

Perjalanan mereka membutuhkan waktu sekitar dua jam. Dan perjalanan itu pun tidak semulus jalan biasanya. Banyak bebatuan disana disini, kanan kiri mereka jurang. Hujan turun di tengah perjalanan menambah kesusahan mereka. Meskipun begitu mereka yakin untuk kesana karena disanalah nampak matahari sangat dekat dari mereka, dan senja karena matahari tenggelam tepat berada di laut halaman belakang rumah itu, persis seperti isi dari surat rahasia selama ini selain anyelir house.

Mereka sampai di rumah masa kecil mereka, rumah yang sudah lama tersimpan hanya dalam kenangan mereka. Mereka menemukan sebuah surat petunjuk.

Mereka mengikuti petunjuk itu dan menemukan sebuah kunci dengan angka pintu.

Mereka berputar mengelilingi rumah itu dan menemukan sebuah pintu yang biasa mereka gunakan untuk masuk ke rumah dengan diam diam. Sejenak mereka tertawa mengingat kenangan itu.

Erland membuka pintu itu dan masuk ke dalam di ikuti saudara saudaranya. Keamanan di rumah ini tidak jauh berbeda dengan rumah utama Early.

Untuk sampai ke tengah ruangan ada satu pintu lagi yang harus mereka lewati, namun mereka lupa bagaimana cara membuka pintu itu. Langkah mereka terhenti, mengingat cara melewati pintu itu. Terputar memori masa kecil mereka yang bahagia namun dengan itu juga mereka mengingat bahwa jika pintu utama telah di buka dan pintu kedua gagal di buka, bom di tengah ruangan akan meledak otomatis.

Erland segera berdiri, dia membuka pintu sambil memejamkan mata. Keberuntungan menyertai mereka pintu berhasil di buka.

Disana berdiri Tisa dengan senyum bahagianya. Tanpa luka ataupun goresan di tubuhnya. Early yang melihat itu terdiam penuh tanda tanya.

Dari balik badan Tisa muncul seseorang yang sangat Early kenal dan rindukan. Kakek mereka.

"Selamat datang di rumah anak anakku. Apakah kalian melupakan bahwa disini adalah rumah kakek kalian??"

"Kok bisa begini, apa maksudnya??" Nizar mewakili semua pertanyaan dari yang lainnya.

"Bagaimana ujian dari kakek kalian ini? Menegangkan??" Sang kakek tersenyum penuh arti.

"Ujian?? Ujian apa??" Kali ini Sakya yang bersuara.

"Duduklah dahulu cucu cucuku. Disini tidak ada bom. Tenang saja." Sang kakek mempersilakan mereka untuk duduk.

Veran dan Kimi segera memeluk Nitisara erat, mereka menanyakan keadaannya, dan dia hanya tersenyum mempersilakan mereka duduk lebih dahulu.

Sang kakek kemudian menjelaskan bahwa yang terjadi selama ini adalah ujian untuk para cucunya sebelum tampu kekuasaan Early berpindah dari orang tua mereka kepada mereka. Sang kakek sedang menguji sekuat apa kepercayaan mereka dan kesiapan mereka akan setiap rintangan nantinya.

"Tapi kakek keterlaluan mengurung dua gadis dan membakar gudangnya." Veena protes pada kakeknya.

"Kakek tidak memerintahkan untuk membakar gudang. Apa ada kebakaran disana?" Kening kakek berkerut bingung.

"Ada kek, dua gadis itu hampir terpanggang hidup hidup." Ivonne menumpu dagunya lelah.

"Ada yang memanipulasi penyekapan itu berarti." Sang kakek terlihat berpikir.

"Mungkin nanti akan jadi pr untuk kalian karena kakek tidak pernah membahayakan siapapun." Lanjut sang kakek.

"Terus bom itu apa kek? Itu kan juga bahaya." Ayra terlihat geram.

"Mana ada bom, itu hanya petasan." Kakek terkekeh bahagia mendengar kemarahan Ayra.

Early menghela napas mereka lega. Ternyata selama ini kakek merekalah dalangnya, pantas saja tidak dapat di selidiki dan tidak ada bukti.

"Lalu apa kalian tidak ingin bertanya pada tunangan Sebastian ini??" Kakek tersenyum ke arah Tisa.

"MAKSUDNYA??" Early berteriak bersamaan.

"Maaf guys, sebenernya aku udah tau semuanya, makanya dari awal aku bersedia di umpankan." Tisa menunjukkan senyum tidak bersalahnya.

"Selamat ya cucu cucu kakek, kalian berhasil melalui ujian ini dan itu artinya kalian siap memegang kendali Early sepenuhnya. Kakek tahu kalian pasti lelah kan, mari kita makan malam bersama."

Sang kakek beranjak meninggalkan ruang tengah dan meninggalkan Early yang kini saling menatap dan mereka saling meleparkan senyum.

Tapi senyum itu pudar saat satu foto terjatuh dari baju sang kakek. Foto gudang sekolah terbakar. Early yang terkejut dengan otomatis mengeluarkan pistol yang mereka simpan. Mereka mengikuti sang kakek dan saat kakek berhenti, pistol Erland tepat berada di kepalanya.

Mereka menatap tajam kakek dan bertanya maksud dari foto itu. Sang kakek hanya tertawa dan menepuk tangannya. Dengan sekejap, beberapa orang datang dengan mengacungkan pistol kepada Early.

"Ketauan juga ya akhirnya." Kali ini tawa sang kakek sangat menakutkan.

"Kalian mungkin lupa, bahwa dahulu orang tua kalian pernah membakar rumah kakek sehingga kakek kalian ini tinggal disini sekarang. Dan lebih menderitanya lagi, kalian melupakan kakek kalian ini." Kakek menangis sambil tersenyum miris.

Mereka berputar pada memori menakutkan mereka. Saat mereka sedang bermain dan lupa akan bahaya, hingga mereka tersadar bahwa mereka ada di rumah sakit dengan beberapa luka bakar membekas. Hanya luka itu yang membekas untuk mereka tapi untuk kakek mereka luka di hatinya karena di lupakan yang membekas hingga dia hilang akal.

"Kalau bukan begini, kalian tidak akan ingat bahwa ada kakek kalian disini menunggu untuk di jenguk. Sayangnya kakek di jenguk dengan todongan pistol ya??" Sang kakek menatap cucunya satu persatu.

Mereka menurunkan senjata mereka dan kemudian saling merangkul satu sama lainnya kemudia memeluk kakek mereka. Mereka meminta maaf atas kelalaian mereka.

Kini mereka tertawa dan menangis bersama. Mereka sadar bahwa sebuah luka akan menimbulkan sebuah kejahatan tapi sebuah persaudaraan yang erat lahir dari sebuah perjuangan yang berat dan mengobati luka itu. Bukan seberapa dekat kalian, tapi seberapa percaya kalian pada mereka.

Bukan seberapa berat masalah yang kalian alami atau seberapa terjal jalanan berbatu yang kalian lalui tapi dengan siapa kalian melaluinya dan dengan siapa lengan kalian di gandeng untuk tetep berdiri teguh.

Selamat anak anakku, kisah kalian dalam karanganku sudah usai. Semoga kisah kalian di luar karanganku tidak pernah usai, salinglah mengenal dan jadi lebih dekat. Lewat karangan ini, semoga kalian belajar bahwa kisah sang pencipta dapat berubah sesuai usaha yang kalian lakukan. Tetap semangat dan selalu bersyukur.

Tell Us, What Happen.
Selesai.

Tell Us, What HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang