Rasa

2.5K 404 43
                                    

.

.

.

.

Bergerak gelisah, diantara bulir keringat yang bercucuran itu mata Bright bergerak cermat, memicing tajam untuk menelanjangi seseorang yang kini tengah berhadapan dengannya dengan keadaan yang bahkan jauh lebih mengenaskan. Tubuhnya yang tak sebanding dengan Bright tampak kepayahan saat mengambil udara secara serakah.

.

Ia terengah parah sedangkan mata indah yang setajam bibir ibu-ibu kompleks milik kapten bangsat aka Bright Vachirawit itu menguncinya telak hanya karena satu pertanyaan yang tak bisa dijawabnya secara jelas.

.

"Aku tidak akan segan-segan kali ini jika kau masih belum memberiku jawaban yang benar, Chinnarat."

.

Mike, pemilik marga Chinnarat itu menghembuskan nafas kasar. Dengan nafas yang hanya tertinggal separuh ia menatap kaptennya pasrah. "Dia tadi kemari lebih dulu daripada aku, Bright. Percayalah."

.

Dengusan tak percaya itu kemudian terbit bersamaan dengan hempasan bola orange yang telak dia lemparkan tepat ke dada Mike. "Lalu kau pikir aku percaya? Orang gila juga tidak akan percaya dengan ucapanmu itu."

.

Mike mendengus, dia benar-benar akan pulang hanya nama jika terus seperti ini. "Ak―METAWIN!!!"

.

Bright memalingkan wajahnya cepat saat Mike mengucapkan nama Metawin dengan terlalu semangat. Mengabaikan latihan yang masih berjalan pemuda bermarga Vachirawit itu kini menghampiri Metawin yang malah melambaikan tangan ceria padanya.

.

"BRIGHT!!!" pemuda berstatus stalker berbudi luhur seorang Bright Vachirawit itu tertawa riang, melihat Bright yang berjalan menujunya malah membuat senyum pemuda itu bertambah lebar tanpa sebab. Tau-tau mereka bahkan sudah berhadapan.

.

"Kemana saja kau?" Bright mencerca Metawin dengan wajah kesal yang tak dibuat-buat, dia sedang benar-benar kesal hari ini. dimulai dari menghilangnya celana latihannya dan berakhir dengan menghilanglah pula dalang yang digadang sebagai oknum pencuri permanen dari seragam latihannya.

.

"Aku tadi kesusahan mencari celanamu, Bright." Tanpa melihat bagaimana wajah Bright yang sudah mengernyit heran Metawin malah membuka tas ranselnya lalu mengeluarkan celana latihan Bright. "Ini, aku nanti akan mengambil yang lain saja. Bright kan nggak terlalu sering pakai celana yang ini. yasudah ambil saja, aku ikhlas kok."

.

Bright mendengus tak percaya dengan apa yang baru didengarnya, lalu apa-apaan dengan cengiran konyol itu. "Win Metawin." suara Bright terdengar menyeramkan, Mike yang sedari tadi sudah akan dijadikan bahan percobaan pembunuhan itu bahkan meneguk ludah mendengarnya. Lalu Metawin, lah, sudah jangan tanyakan betapa girang stalker berbudi luhur kita itu. dia dengan senyum cerah murah meriah bahkan menjawab dengan terlalu girang. "Ya, aku disini. Bright tidak latihan? Aku sudah capek loh lari ke sana-ke mari mengingat-ingat di mana menyembunyikan celana itu hanya untuk Bright."

.

Mendengar jawaban absurd khas Metawin sekali itu pada akhirnya Bright harus puas menghela nafasnya kasar. Sudahlah, jangan bertanya apa-apa lagi pada pemuda itu. Capek hati sendiri jadinya.

.

"Kau juga anggota klub basket, Win. Kau tidak ikut latihan?" bukannya Bright perhatian atau bagaimana, dia berkata demikian karena takut boxernya menghilang setelah kembali latihan. Kan bisa bangkrut kalau setiap minggu Bright harus selalu membeli selusin boxer hanya karena kalah runding dengan stalker aneh macam Metawin.

STALKER [ BrightWin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang