Ingatan

1.9K 316 72
                                    


.

.

.

Saat bahagia, Metawin memiliki ribuan saat bahagia dalam hidupnya. Saat-saat di mana rentetan kejadian yang mengusik bahagianya seolah tak pernah ada. Saat semua tawa itu menguar tanpa pernah tahu resiko apa yang menanti di hadapan. Menunggu dengan begitu taat hingga begitu bahagia itu habis dia tak perlu menunggu lama untuk menyambut.

.

"Kau tahu kalau Bright dan Tontawan berpacaran?" Metawin menoleh, mengangguk paham lantas kembali melajutkan tugas mulianya─menyalin jawaban.

.

"Kenapa kau biasa saja?" sekali lagi Metawin mencoba menangkap alasan kenapa teman sebangkunya ini tampak kesal. Bright dan Tontawan memang berpacaran. Siapa yang tidak tahu hal itu.

.

"Karena mereka memang serasi, lantas kenapa?" decakan sebal yang terbit malah membuat kening Metawin berkerut penasaran. Nani, apa Nani juga menyukai Tontawan si kapten cheers itu?

.

"Kau menyukainya?" tebak Metawin dengan wajah datar. Serius, Nani benar-benar ingin menggeplak kepala bocah bernama Metawin ini sekarang karena mencetuskan pertanyaan idiot macam itu!

.

"Suka dengkulmu hah! Kau kan yang berpacaran dengan Bright! Kenapa aku yang kau jadikan tumbal?!

.

Berpacaran, eh?

.

"Siapa yang berpacaran dengan Bright?" Metawin mulai serius, bocah berbalut seragam SMP itu menatap temannya kesal atas tuduhan tak berdasar yang dia umbar-umbar. "Aku tidak berpacaran dengannya!"

.

"Lalu apa namanya kalau setiap hari kau diantar jemput oleh Bright? Belum lagi kegiatan anehmu yang selalu menempel-nempel pada Bright di setiap kesempatan! Semua itu apa namanya?!"

.

Metawin mencibir, "Aku dan Bright tetangga! Kami bahkan sudah kenal sejak dalam kandungan! Memangnya tidak boleh jika begitu?"

.

Keduanya diam, Nani menghela napas bosan karena jawaban tak kreatif yang selalu saja sama sedang Metawin diam karena kesal. Mereka tetangga, hubungan mereka cukup baik, dan Metawin memang lebih suka berangkat serta pulang bersama Bright, menempel? Apa itu tidak diperbolehkan? Metawin kan memang stalker berbudi, Bright saja tidak perduli. Lagi pula Metawin kan mengagumi Bright, dia fans nomor satu Bright!

.

"Tch sudahlah. Cepat selesaikan saja kegiatan menyalinmu itu!"

.

.

.

.

.

Metawin menyangga kepalanya yang pening dengan sebelah tangan, matanya yang indah menyapu seluruh ruangan dengan tekun sebelum suara knop pintu terputar mengalihkan atensinya. Pemuda berjersey biru dengan otot lengan mencolok ingin di colek-colek manja. Bright Vachirawit, kenapa pemuda bermarga Vachirawit itu selalu saja coba menggoda ketahanan iman Metawin hah?

.

"Sudah sadar?"

.

Tubuh tegap itu duduk di samping ranjang Metawin, menatap sang stalker berbudi yang dengan cengiran bodoh malah menjawab. "Aku mau pingsan lagi saja supaya kau gendong sampai rumah."

STALKER [ BrightWin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang