Prolog
Do you believe in true love?
Well, I do.
Seperti teguhnya cinta Shah Jahan kepada Mumtaz ul Zamani, seperti dalamnya cinta Romeo kepada Juliet, seperti hangatnya cinta Jack kepada Rose dan... Seperti romantisnya kisah cinta papa dan mama aku.
Aku percaya pada cinta sejati. Aku percaya cinta sejati itu wujud. Dan aku percaya Tuhan telah ciptakan seseorang untukku. Seseorang yang ditakdirkan untukku. Seseorang yang dipanggil jodoh. Seperti mana Tuhan temukan papa dan mama, aku berharap aku akan dipertemukan dengan jodohku dalam keadaan yang sama. Menelusuri kisah cinta yang indah dan penuh romantis.
Aku inginkan kisah cinta seperti papa dan mama. Ini impian dan angan-anganku dari kecil. Sehingga sekarang. Saat aku sudah menginjak ke usia dua puluh tahun.
Aku dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang, dilimpahi dengan gurau senda dan gelak tawa. Tak pernah sekali pun aku terasa kurang dalam layanan papa dan mama. Mereka memberikan tumpuan yang sepenuhnya kepada aku. Tambah pula, aku satu-satunya anak mereka. Aurora mereka.
Aurora. Itu nama aku. Itu juga lambang cinta papa dan mama. Cinta yang mereka temui di bawah langit aurora. Fenomena alam yang cukup mengasyikkan. Cukup mempesonakan.
Kata mama, saat itu merupakan detik yang paling romantis dalam hidupnya. Menyaksikan keindahan langit aurora buat kali pertama dan bertemu dengan seorang lelaki yang kini sudah bergelar suaminya. Dan sebab ini mereka membuat keputusan untuk menamakanku Aurora. Lambang kisah cinta mereka. Sweet, bukan?
Ya, ya... Aku tahu sweet. Dan aku mencemburuinya.
Walau berulang kali mama bercerita tentang kisah cintanya dengan papa, aku tak pernah rasa bosan. Malah aku suka. Dan setiap kali telingaku disajikan dengan kisah indah itu, aku makin bertambah teruja untuk memiliki kisah cinta seperti mereka. Aku ingin bertemu auroraku pula. Aurora dalam erti kata fenomena cinta romantis.
Persoalannya, mampukah aku mencari cinta sejati itu? Mampukah aku memilikinya?