15.argumen

389 52 14
                                    

***

"Sedeket apa lu sama dia? Sampe-sampe lu lebih milih keep it yourself dan gamau kasih tau gua? Sehebat apa sih cewe lo? Se-"

"CUKUP! CEWE YANG GUA SUKA ITU LO, PUAS?!" Bentak Deven penuh emosi lalu berjalan menjauhi Anneth dengan wajah yang memerah karena emosi.

Anneth mematung. Bukan hanya karena bentakan Deven namun juga karena kalimat yang baru saja terlontar dari mulut nya.

Deven..menyukai nya?

"Anneth makan nya udah beres belum? Itu kok Deven nya pergi?" Tanya mama menghampiri Anneth yang sedang diam membisu.

"Anneth?" Panggil mama membuat Anneth berdiri lalu memeluk mama dengan erat dan menangis.

"Hey kok nangis? Masakan mama ga enak? Atau kurang banyak? Bilang sama mama nanti mama ambilin lagi." Ucap mama membuat Anneth menggeleng.

"Deven..suka Anneth mah. Anneth terlalu jahat sama Deven sampe Anneth ga pernah ngerti perasaan dia." Ucap Anneth.

Mama nya jelas terkejut karena mama memang tidak mengetahui nya.

"Ga sayang, kamu ga jahat sama Deven. Yang nama nya perasaan ga ada yang tau. Mungkin kamu hanya kurang berkomunikasi masalah perasaan sama Deven, jadi nya sekarang kamu terkejut saat tau Deven punya perasaan lebih. Padahal itu hal yang wajar sayang." Ucap mama mengelus kepala Anneth dengan lembut.

Anneth hanya diam tak berniat untuk membalas.

"Kamu masih mau lanjutin makan nya?" Tanya mama.

Anneth menggeleng. "Anneth udah kenyang mah."

"Yaudah kamu sekarang ke atas terus mandi ya, kan mau ke rumah Joa siang ini." Ucap mama tersenyum.

Anneth mengangguk. "Makasih ya mah."

Seusai mandi Anneth tak melihat Deven keluar dari kamar nya sama sekali. Benar-benar sunyi bak tak ada kehidupan di dalam sana.

Anneth turun kebawah dengan membawa tas berisi baju-baju persis seperti saat ia ingin keluar dari rumah nya.

"Mah, pah." Panggil Anneth saat ia tiba di bawah.

"Sayang, kamu udah siap? Mau berangkat sekarang?" Tanya mama.

Anneth mengangguk.

"Iya mah, Anneth pesen ojol aja." Ucap Anneth.

"Heh jangan, tunggu sebentar ya." Kata mama berjalan ke atas.

"Hey, kenapa kamu? Kok tumben murung?" Tanya papa basa basi.

Anneth menggeleng lalu memasang fake smile nya.

"Deven. Papa kaya nya udah tau soal itu." Ucap Anneth.

Papa mengangguk. "Jangan berantem ya, bicarain baik-baik dulu." Kata papa.

Anneth diam saja lalu tak lama ia melihat Deven keluar dari rumah nya membawa kunci mobil dengan pakaian santai.

"Anneth, itu cepetan Deven udah keluar tuh tadi." Ucap mama memegang kedua pundak Anneth.

-separuhku-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang