Hessa Si Mapala

1.1K 110 1
                                    

Sore ini langit sudah menunjukan warna jingga, seorang laki-laki bertubuh tinggi berjalan tergesa-gesa dari parkiran menuju bangunan besar berlantai 2 di komplek belakang kampusnya

Tidak salah lagi itu adalah bangunan sekretariat UKM yang sore itu sedang ramai-ramainya

Dia bergegas menuju ruangan di ujung lantai 1 bangunan tersebut, tulisan sekretariat Mapala terpampang jelas di atas pintunya

"Eh Hessa, baru keliatan lu" seru seseorang berambut gondrong tersenyum

"Iya bang, baru selese kuliah" ucap laki-laki bernama Hessa itu tersenyum seraya menyalami sosok kakak tingkatnya itu

"Gimana besok jadi ikut kan? Jam 7 malam ada rapat bulanan pembahasan kegiatan mapala" Tanya laki-laki berambut gondrong itu

"Wah bang Rama, kalo malam gue belum tau bisa gaknya bang, belum izin bapak juga" jawab Hessa ragu

"Loh, rumah lu bukanya deket ya? Jam 10 ya paling selese kok" ujar laki-laki yang ternyata bernama Rama tersebut

"Nah itu masalahnya bang, bapak gak ngizinin kalo pulang malem terus. 2 hari ini kan pulang malem terus, jadi rada susah bang izinnya untuk besok" ujar Hessa menghela nafasnya

"Iya sih, resiko tinggal sama orangtua ya begitu. Lu ga ngekos aja? Lebih bebas pulang malem" Tanya Rama lagi sambil menyalakan rokoknya

"Pengen sih bang, tapi ya kan rumah juga hitungannya deket cuma 45 menitan dan kalo ngekos bapak mungkin ya tetep ga ngizinin" ujar Hessa lagi, dia juga bingung dengan keadaannya

"Yaudah, besok diusahakan aja ya. Soalnya ini rapat penting, lu kan salah satu kadidat ketua pelaksana" ujar Rama sambil menepuk pundak Hessa pelan

"Iya bang, ini pamit pulang dulu, udah mau magrib" ujar Hessa menyalami rama lalu segera memakai jaket mapala kebanggannya. Tak lupa dia menyalami dan berpamitan pada seluruh penghuni sekre tersebut

##

Kurang lebih 45 menit perjalanan, Hessa pun sampai di depan rumahnya. Segera dia parkirkan motor vario hitam kesayangannya di garasi rumah.

Tak lama terdengar kumandang adzan dari masjid komplek perumahan dan disusul  suara langkah kaki bapak yang hendak sholat magrib di masjid

"Loh Hessa sudah pulang?" Tanya bapak kaget melihat anak laki-lakinya sudah pulang

"Sudah pak, pulang cepet hari ini" ujar hessa tersenyum sambil menyalami bapaknya

"Ya sudah, masuk dan langsung mandi,  jangan lupa sholat magrib" ujar bapak

"Iya pak, siap " ucap hessa seraya mengacungkan jari jempolnya sambil tersenyum

"Oiya, ingatkan nanti habis dari masjid bapak juga mau bicara sesuatu sama kamu dan jangan lupa tutup gerbangnya" ujar bapak seraya berjalan menuju ke masjid

"Oke pak"

Hessa bergegas menutup gerbang dan masuk ke rumah. Sedikit bertanya-tanya apa yang akan bapaknya sampaikan nanti

##

Hessa sibuk menonton siaran di TV saat bapaknya pulang dari masjid, bapaknya datang dan langsung duduk di hadapannya

"Sa, gimana kegiatanmu di mapala?" Ujar bapak lalu menyeruput kopi hitamnya

"Masih lancar pak, banyak rapat dan kegiatan sampe malam. Untung hari ini bisa pulang cepat" jawab Hessa sopan

Hessa memang terbiasa sopan kepada kedua orangtuanya, selain karena kebiasaan dari keluarga besar. Kultur di daerah tempatnya tinggal juga sangat menjunjung sopan santun.

"Bapak kasian sama kamu, tiap hari kuliah pagi sampai sore trus dilanjut rapat malem, lalu pulang kerumah juga jauh" ujar bapaknya menepuk pelan pundak Hessa

"Hehe, kan resiko Hessa sendiri yang ikut mapala, jadi sejauh ini ga masalah kok pak" jawab Hessa

"Tapi ibumu itu loh, sering marah-marah ke bapak katanya kasian kamu tiap hari pulang malem takut sakit" ujar bapak tersenyum usil sambil melirik ibu yang sedang sibuk di dapur

"Tapi Hessa gapapa kok, sehat selalu nih hahaha" ujar Hessa tergelak sambil menujukkan ototnya

Bapak ikut tertawa melihatnya

"Sa, kamu inget rumah mbah gak?" Tanya bapak

"Rumah mbah yang deket kampusku itu kan pak?" Hessa bertanya balik

"Iyaa, di komplek belakang kampusmu. Di jalan Sastra" jawab bapak

"Oh ya inget. Bukannya rumahnya udah dijual?"

"Hushh,, sembarangan kamu itu. Ya masih punya kita lah. Cuma memang sejak mbahmu meninggal ga ditempati, tapi tetap ada yang selalu bersih-bersih"

"Lalu kenapa pak?"

"Kalo bapak sewakan saja jadi kontrakan atau kos-kosan kira-kira laku gak ya?" Tanya Bapak semangat

"Wah ya pasti laku pak, jalan sastra itu jalan paling strategis dan isinya kostan mewah-mewah" ujar Hessa tampak tertarik

"Nah tepat sekali kalo begitu" kata Bapak terkekeh

"Iya, Hessa setuju sih kalo rumah mbah dijadikan kontrakan, daripada gak terpakai dan kamarnya juga luas-luas" ujar hessa ikut semangat

"Nah, jadi rencananya rumah mbah mau bapak kontrakan dan kamu juga tinggal lah disana. Selain jaga kontrakan, kamu juga jadi gak kecapekan pulang malam terus"  ujar bapak panjang lebar

"Wah beneran pak?" Ujar Hessa kaget

"Iya dong, masa ya kamu anak Mapala malah gapernah ikut kegiatannya??  ya kan malu sama temen-temenmu. Bapak tau rasanya kok" ujar Bapak terkekeh lagi

"Hahah Bapak bisa aja,  Hessa mau pak kalo tinggal di rumah mbah" ujar Hessa sumringah

"Iya besok kita kesana ya lihat keadaanya" ucap Bapak menutup percakapan malam itu.

##

Terhitung sudah seminggu sejak percakapan hessa dengan bapak. Akhirnya tepat hari ini Hessa resmi pindah ke rumah mbah yang rencananya akan dikontrakan  itu

Rumah beraksen klasik dan mewah itu tampak masih terawat walau sudah lama tidak dihuni, rumah ini memiliki 7 kamar ukuran 4×4, 2 kamar mandi, ruang tengah dan dapur yang cukup luas

Dulu mbah Hessa adalah seorang Dosen Sastra di kampus tempat hessa kuliah saat ini. Maka tidak heran jalan tempat rumah ini berada bernama jalan Sastra yang akhirnya terkenal sebagai jalan teramai di komplek belakang kampusnya.

Hessa masih sendirian menempati rumah itu, dia sudah berniat memasang iklan dan tidak lupa dia juga memasang papan tulisan nama di depan rumah, lengkap beserta nomor teleponnya,

KOSAN SASTRA

Begitu tulisannya,

Kini Hessa tinggal menunggu 6 orang yang akan menjadi penghuni kosan di jalan sastra .

###

Chapter selanjutnya akan menceritakan bagaimana akhirnya ke 7 kamar kontrakan sastra terisi oleh berbagai mahasiswa dengan tipe dan kepribadian yang berbeda-beda.

Are you ready for next chapter?

Don't forget to vote and comment, thx♥️

Kontrakan Sastra (Enhypen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang