9. Hari Pernikahan.

2.7K 301 5
                                    

Hampir dua bulan Prilly dan Ali mempersiapkan pernikahannya. Memang ini adalah pernikahan kontrak. Tetapi agar investor itu benar-benar percaya mereka harus melakukannya seperti sungguhan bukan? Banyak biaya yang dikeluarkan Ali karena ingin membuatnya terlihat mewah karena akan mengundang beberapa rekan kerjanya dan investor itu. Ali berharap investor itu menyetujui kerja sama untuk menyalurkan investasi ke perusahaannya. Karena jika tidak berhasil Ali bisa-bisa gila susah mengorbankan status dan uang tabungannya agar perusahaannya tidak terancam bangkrut.

Hari ini pesta pernikahannya akan digelar disebuah hotel bintang lima yang cukup terkenal di kota mereka tinggali. Walaupun sebatas pernikahan kontrak keduanya tampak gugup. Maupun Ali atau Prilly mereka berusaha tetap biasa saja padahal satu sama lain sangat gugup untuk bertemu tamu yang mereka undang. Lebih tepatnya tamu undangan dari keluarga Ali. Prilly tidak mengundang siapa-siapa. Karena disini statusnya keluarga satu-satunya hanyalah Lastri.

"Investor itu akan datang, jadi perlihatkan bahwa kamu seakan mencintaiku." Bisik Ali di telinga Prilly yang sedang bersanding di panggung pelaminan yang megah itu.

Banyak sekali tamu undangan menatap mereka takjub karena merasa cocok. Apalagi saat Ali menggandeng Prilly menuju panggung pelaminan. Keduanya tampak serasi, Ali dengan jas hitamya. Dan Prilly layaknya seorang putri dengan gaun putih nan indah, mahkota di kepalanya membuatnya lebih anggun.

"Iya iyaa." Ujar Prilly seraya menebarkan senyuman kepada tamu undangan.

Ntah kenapa Prilly merasa sangat bahagia. Bukan berpura-pura bahagia tetapi ini tulus dari hatinya dia bisa merasakan betapa hatinya bergejolak bahagia merasakan momen ini. Ini adalah pernikahan impiannya, sungguh. Terlihat mewah dan megah di setiap sudut ruangan. Walaupun ia bersanding bukan dengan lelaki yang ia cintai tetapi ini sudah membuatnya bahagia.

Hena, Adam, Zhefran, dan diikuti oleh Lastri pun tampak mendekati kedua mempelai. Sepertinya akan mengambil foto keluarga. Hena dan Lastri berdiri di samping Prilly. Sedangkan Adam dan Zhefran tampak berdiri di samping Ali tapi mereka memberi jarak. Fotografer malah menggelengkan kepalanya lelah. Formasi foto keluarga seperti apa yang banyak memberi jarak seperti orang asing? Terlebih lagi antara Zhefran yang berada di samping Ayahnya. Hena yang sadar sang anak bungsunya tidak nyaman dengan posisi itu pun menukar posisi agar ia berada di samping Adam. Sehingga Zhefran mengambil posisi Hena tadi yang berada di samping Prilly.

"Jangan dekati Prilly."

"Bik Lastri mendekatlah pada Prilly."
Perintah Ali karena tak ingin Zhefran menggantikan posisi Hena yang berada di samping Prilly. Zhefran dengan terpaksa memberikan posisi Mama nya kepada Lastri seraya memberi tatapan tajamnya pada Ali dan Ali tak menghiraukannya.

Sebenarnya kalau boleh jujur Prilly sangat senang ketika Zhefran mengambil posisi menggantikan Hena tadi. Setidaknya ia masih bisa berkhayal seakan dirinya menikah dengan Zhefran. Tidak salah bukan mengharapkan cinta dari Zhefran? Karena dirinya menikah bukan atas nama cinta dengan Ali. Tetapi terkadang Prilly berusaha untuk menyadarkan dirinya karena merasa tidak mungkin menikah dengan dua beradik kakak secara bergantian.

"Oke bang fotografer,"

Adam mengacungkan jempolnya siap pada fotografer karena menunggu mereka sedari tadi yang sibuk mengatur formasi foto.

Cekrek cekrek

Fotografer itu melihat hasil jepretan, menghela napas lalu beralih melihat kedua mempelai. Kenapa kaku sekali?

"Pengantinnya tolong dempet lagi dan pegangan tangan, kurang romantis Pak." Saran Fotografer karena Ali dan Prilly sangat kaku. Karena ingin terlihat natural akhirnya Ali meraih tangan Prilly lalu mengenggamnya.

Sepuluh BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang