"Mama habis belanja? Banyak banget Ma." Ujar Prilly yang melihat beberapa kantong belanjaan Hena berjejer di dapur. Hena tersenyum ketika mendengar suara menantunya itu. Semalaman ia tidak bisa bertemu karena Prilly sudah tidur terlebih dahulu.
"Iya, nanti mau makan malem bareng." Ucap Hena sambil mengeluarkan beberapa sayuran segar itu dari kantong.
"Ada tamu ya Ma?"
"Mama keliatan bahagia banget hari ini." Dapat Prilly lihat wajah Hena benar-benar bahagia hari ini.
"Iya, Zhefran bawa pacarnya buat makan malam sekalian kan kamu sama Ali ada disini."
"Ma Zhefran berangkat dulu ya." Suara itu membuat Prilly menoleh ke pada sumbernya. Ah itu adik iparnya. Sudah lama dirinya tidak melihat Zhefran, lelaki itu sudah rapi dengan kemeja putih dan celana hitam panjang. Pakaian Zhefran hari ini cukup formal.
"Iya hati-hati ya." Zhefran mencium tangan kanan Hena. Apakah suaminya pernah mencium tangan itu?
"Iya Ma,"
"Kak Prilly, pamit ya." Prilly malah tersenyum kikuk ketika Zhefran memanggilnya dengan panggilan 'Kak' Prilly pun tersadar bahwa posisinya saat ini adalah sebagai kakak ipar Zhefran. Wajar saja karena umur Prilly dan Zhefran seperti nya tak jauh beda.
"Sini Prilly bantu Ma." Tawar Prilly ketika Hena sibuk mengemas belanjaannya. Hena pun menerimanya.
"Zhefran mau kemana Ma? Kok pakaiannya formal gitu." Tanya Prilly penasaran mencuci salah satu sayuran itu di wastafel dapur.
"Itu Zhefran kan udah masuk semester terakhir kuliahnya jadi dia dia lagi cari tempat magang." Jelas Hena.
"Kenapa ga dikantor Mas Ali aja Ma?" Tanya Prilly yang membuat Hena terdiam.
"Hmm.." Hena tampak berdehem mencari jawaban.
"Zhefran katanya mau mandiri." Jawab Hena singkat membuat Prilly menganggukkan kepalanya seakan paham. Sebenarnya Prilly penasaran masalah apa yang ada di keluarga ini? Apakah Prilly salah jika mengetahui masalah di keluarga ini?
Beberapa menit mereka tidak bersuara. "Kamu gimana sama Ali, Prill?" Tanya Hena yang akhirnya membuka percakapan kembali.
"Baik-baik aja kok Ma." Hena tersenyum tipis mendengar jawaban dari menantunya itu.
"Ma Ali ada alergi sama makanan ga sih?"
Hena menggeleng.
"Engga ada ya,"
"Mama gatau."
"Kalau Zhefran?" Hena malah menatap Prilly dengan tatapan yang susah diartikan. Menantunya ini seakan menyindir dirinya tentang kasih sayang yang ia lebihkan kepada salah satu anaknya. Prilly menatap Hena tanpa takut. Sudah cukup, Prilly tidak dapat menahan rasa sakit Ali di dalam dirinya. Menurut Prilly Hena bukankah terlalu kejam kepada Ali? Pantas saja Ali tumbuh menjadi lelaki menyeramkan karena tidak ada kasih sayang dari seorang ibu.
"Kenapa Ma? Prilly salah tanya ya?"
"Engga kok."
Hena tersenyum kikuk. Mungkin hanya perasaannya saja, menantunya itu tidak ada maksud menyindirnya membuat Hena mengabaikan pertanyaan Prilly tadi.
~Sepuluh Bulan~
Pada malam hari ini sebuah keluarga sedang bercengkrama dengan baik disebuah ruangan tamu. Mereka sedang menunggu tamu spesial yang mungkin akan menjadi salah satu keluarga mereka. Ali yang tak lepas obrolan nya dengan sang ayah. Dan Prilly yang tak lepas juga mengobrol dengan Hena sang ibu mertuanya itu. Hena berulang kali mengalihkan pandangannya ke arah pintu untuk memastikan apakah Zhefran sudah datang membawa kekasihnya. Dari kejauhan dapat mereka dengar suara kendaraan yang mulai mereda yang berarti Zhefran sudah tiba yang membuat Hena tidak sabaran lekas berdiri dari duduknya. Zhefran pun menggandeng kekasih pujaannya itu yang cantik dengan dress. Wajahnya seperti ada campuran bule. Tetapi Prilly seperti tidak asing dengan wajah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepuluh Bulan
FanficMenikah dengan pria yang baru dikenal? Hanya karena butuh tempat untuk bernaung. Gila memang tapi nyata adanya! Graciana Prilly gadis yang dibuang keluarganya sendiri tak mempunyai pilihan selain menerima sebuah pekerjaan menjadi seorang Istri! "S...