せる8

996 144 5
                                    

Hari ini Hyunjin terpaksa keluar rumah, membeli obat untuk adiknya. Iya, Jeongin mengalami demam karena kejadian kemarin malam.

Belum lagi laki-laki manis mirip rubah itu terlalu lama menangis sampai matanya bengkak.

Hyunjin hanya melihat sedih adiknya yang terbaring lemas di atas ranjang.

"Jeong, kakak pergi beli obat dulu ya?"

Jeongin mengangguk lemah. Dia tidak sanggup untuk berbicara lagi. Yang bisa dilakukannya hanya mengangguk dan menggeleng saja.

"Kamu istirahat saja dulu."

Hyunjin mengelus pelan surai Jeongin dan mengecup keningnya lalu pergi keluar untuk mencari apotek.

Tapi sebelum itu, tolong ingatkan Hyunjin bahwa dia tidak tau di mana apotek terdekat daerah komplek.

かぞく

"Ahhh pagi yang indah!"

Jisung meregangkan semua ototnya yang kaku untuk memulai hari dan bekerja di tempat biasanya.

"Jangan terlalu memaksa ya, sayang. Kalau capek istirahat."

Jisung menoleh ke belakang. Melihat sosok pemilik tangan kekar yang tengah memeluknya sekarang.

"Okei kak! Sekarang kakak kerja, cari duit yang banyak buat kita nikah besok xixixi."

Minho tersenyum tipis dan mengusak pelan rambut si yang lebih muda. "Iya-iya, kakak berangkat sekarang."

"Ehmm ... Anu—kalian tau di mana apotek terdekat berada?"

Pasangan itu reflek menoleh ke rumah tetangga Jisung yang di sebelah kiri. Rupanya itu Hwang Hyunjin, si penghuni baru.

"Gue tau, mau gue anter?" tawar Minho.

"Ish, kakak bisa-bisanya. Kakak pergi kerja aja, biar aku yang anter dia."

"Kamu yakin?"

Jisung mengangguk mantap.

"Yaudah, kakak pergi dulu. See you sayang."

Minho mengecup pelan bibir Jisung, kemudian pergi dari sana. Menyisakan Jisung yang pipinya merona dan Hyunjin yang menatap tidak percaya.

"Bisa-bisanya, sejak dulu ternyata papa tidak tau tempat memang." Hyunjin menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo jadi pergi, Jin?"

"Iya, bisa secepatnya tidak?"

Jisung mengangguk, "ayo pergi! Deket kok tempatnya."

かぞく

"Habis ini udah mau sampe kok," ucap Jisung memulai pembicaraan.

"Lah, deket. Kukira jauh tempatnya."

"Nggak kok, di komplek ini lengkap banget. Jadi nggak jauh-jauh kalau lagi butuh apa-apa. Btw siapa yang sakit?"

"Kekasihku."

Jisung mengerutkan dahinya terkejut, "Jeongin?"

"Iyaa, siapa lagi kalau bukan dia?"

"Astaga, dia sakit apa? Perlu gue bantu jagain nggak?"

Hyunjin menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku menganggur kok. Aku bisa jaga dia sendiri."

"Yakin?"

"Iyaaa Han Jisung. Kok gemesin sih kamu."

Hyunjin menarik dan mencubit pelan pipi Jisung.

"Eh lepasin! Sakit tau."

Hyunjin yang tersadar pun melepas cubitannya dan bergumam maaf berkali-kali.

"Maaf ... Aku tidak sengaja."

Hyunjin jadi tidak enak dengan mamanya di masa muda. Ia takut ... Perasaannya tersalur pada sang mama. Dan berakhir semua yang ada di masa depan menghilang.

Hyunjin tidak ingin itu terjadi. Karena Jeongin sangat mencintai keluarganya, termasuk ayahnya.

"Nggak masalah, itu apoteknya. Gue tinggal ke kantor dulu. Kalau ada apa-apa lo datengin gue."

Jisung melesat pergi dari hadapan Hyunjin. Laki-laki manis mirip tupai itu mencoba menyembunyikan rona di pipinya. Akibat ulah Hyunjin.

"Astaga gue kenapa, ya???"

"Astaga gue kenapa, ya???"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hawoo!!

Weekend day🖤

Mari meramaikan hari jadi book blueprint hehe. Terima kasih atas perhatiannya, jangan lupa tinggalkan jejak^^

[1/2] My Parents [minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang