Chapter 4 : Pertemuan Kedua

241 35 0
                                    

3. PERTEMUAN KEDUA

"Don't Be surprised , if expectations are not as beautiful as reality because this is the real world, not the world of imagination"

"Jangan kaget, jika ekspektasi tidak seindah realita karena ini adalah dunia nyata bukan dunia imajinasi"

☄☄

Gadis beratribut lengkap dengan ransel punggung berwarna hitam, terbirit-birit menuruni anak tangan sembari menggenggam erat tali ranselnya. Gaya rambut kuncir kuda setengahnya memberi kesan feminin sekaligus ceria. Wajah manisnya dipoles dengan sedikit pupur, dan bibir ranumnya dilapisi liptin tipis, sehingga begitu menawan dan memikat bagi siapa saja yang berpapasan dengannya. Setiap langkah kakinya berayun seiring dengan helai rambutnya yang melambai-lambai. Dia melirik sekilas kearah meja makan sebelum kaki jenjangnya menuntun ia ke sana. Di meja makan sudah ada Jiandra dan Valeri. Sedangkan, Christian sudah berangkat ke kantor lebih awal.

Dia tersenyum tipis."Selamat pagi Mama, Jiandra." Sapaannya seperti angin lalu, karena dua manusia yang sedang duduk sarapan di meja makan seakan tidak mempedulikan keberadaannya. Namun, hal tersebut tidak menjadi persoalan bagi Nayanika. Gadis itu menarik napas dalam-dalam seraya menatap dua patung hidup yang berada dihadapannya.

Alis Jiandra terangkat sebelah."Mau ngapain, lo?" tegur Jiandra ketika Nayanika mengambil tupperware warna coklat yang berada di sampingnya.

"Mau ambil bekal ak..." belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tupperware Nayanika sudah melayang di udara. Pelaku atas tindakan tak beradal itu, tanpa rasa bersalah kembali menggigit sandwichnya yang sempat menganggur beberapa menit yang lalu, dengan lahap. Sedangkan, korban atas kejadian ini hanya mengepal tangan kuat, dan melayangkan pandangan tajam pada sih pelaku.

"JIANDRA! Ngapai kamu buang bekal aku?" teriak Nayanika sembari berjongkok dan memungut sandwichnya yang berserakan di lantai. Sementara, manusia yang disebut Jiandra menatap lurus kearah Nayanika, dengan pupil mata membesar dan mulut yang terbuka lebar.

"Upssss...sambil menutup mulutnya. "Maaf gue nggak sengaja," lanjutnya.

Cewek dengan rambut sebatas bahu itu, sama sekali tidak mempedulikan Nayanika yang sudah terbakar emosi. Dengan santai Jiandra memalingkan kembali kepala dengan rambut hitam legamnya yang ikut bergerak mengikuti arah gerak kepalanya.

Mata gadis itu sekilas menatap seragam mini yang dikenakannya, sembari tersenyum kagum. Sebab, seragam sekolah yang dikenakannya dapat memperlihatkan setiap bentuk lekuk tubuhnya. Jiandra tipe cewek yang lebih memperhatikan penampilan dibandingkan dengan Nayanika yang hanya mengenakan pakaian seadanya, tapi tidak mengurangi kecantikan gadis itu.

"Nggak, sengaja gimana Jiandra? Jelas-jelas tadi kamu buang tapperware aku ke lantai," bantah Nayanika seraya berjalan kearah meja makan dengan salah satu tangan yang memegang tapperware.

Jiandra berdiri sambil menatap Nayanika dengan tatapan remeh."Kalau iya, emang kenapa? Lo mau marah?!" Jiandra mendorong bahu Nayanika dengan jari telunjuk, dan sudut bibirnya terangkat sebelah. Lantas Nayanika membanting tapperware tersebut di atas meja dengan kasar.

"Ditanya marah, iya aku marah. Dan seharusnya kamu nggak buang bekal aku kayak tadi. Kalau kamu nggak suka sama aku, yaudah ngomong. Nggak usah, jadiin makanan sebagai pelampiasan kamu!" Setelah berucap, Nayanika berlalu dari hadapan Jiandra dan Valeri begitu saja, tanpa menghiraukan reaksi dua manusia itu.

Jiandra berniat untuk mengejar Nayanika dan menumbuk gadis itu sampai babak belur. Bila perlu pagi ini Jiandra langsung mengiringi Nayanika ke liang kubur. Jiandra tidak peduli akan konsekuensinya, intinya dia bisa melampiaskan amarah pada gadis bebal itu. Namun, niatnya gagal total karena dihentikan oleh Valeri. Wanita paruh baya itu sedari tadi memperhatikan pertengkaran Nayanika dan Jiandra tanpa punya keinginan untuk memisahkan mereka.

TRUE LOVE GEMINTANG (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang