"Aku hanya butuh dekapan hangatmu, untuk melupakan rasa sakit ini, walaupun hanya sesaat"💥💥💥
Dalam rantai kehidupan terkadang pertengkaran merupakan pilihan terakhir dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Dan itu adalah pilihan terakhir yang diambil oleh dua orang gadis, yang sekarang menjadi sorotan satu sekolah. Menjadi pusat perhatian merupakan satu hal yang selalu didambakan oleh siapa saja, tapi bukan untuk saat ini.
Saat ini, adalah bagaimana caranya memperjuangkan harga diri meski harus menjadi pusat perhatian. Kadang kala seorang akan bersikap kejam jika sudah menyangkut keluarga, dan itu yang sekarang dilakukan oleh Nayanika. Gadis ini bahkan tidak peduli dengan betapa banyaknya ribuan mata yang menjadikan mereka sebagai pameran gratis.
"DASAR ANAK HARAM! LO SAMA IBU LO, SAMA-SAMA MURAHAN TAU," teriak Jiandra tanpa mempedulikan betapa hancur berkeping-keping hati Nayanika ketika mendengar kalimat yang barusan dilontarkannya.
Semua mata tertuju pada Nayanika ketika gadis itu mulai mengikis jarak antara dia dan Jiandra. Nayanika melipat kedua tangan di depan dada, kembali mengamati Jiandra dari ujung kaki hingga ke ujung rambut sembari mengangkat sudut bibirnya dan membuang sekilas arah pandangnya.
"Bacotnya udahan, sekarang gantian aku. Kamu..." Nayanika mendorong pelan dada Jiandra menggunakan jari telunjuknya, "boleh hina aku cewek murahan atau anak haram terserah kamu. Tapi jangan sesekali bawa-bawa ibu aku. Camkan itu!"Sedangkan diseberang lapang para pentolan SMA Taruna Bangsa lewat, namun gerombolan siswa-siswa di lapangan mencuri atensi mereka, mau tidak mau rasa penasaran menerpa jiwa-jiwa yang memiliki rasa kepo diatas ambang batas normal.
"Ada apaan tuh di lapangan? Kayak konser BTS aja....rame benar," imbuh Jovan membuat langkah Gemintang terhenti sejenak. Laki-laki itu melirik sekilas kearah lapangan dan kembali mengayungkan kaki jenjangnya kearah kantin. Namun belum selangkah, lagi-lagi suara cempreng nan merdu milik Jovan menyapa gendang telinga Gemintang. " Gemintang ke sana yuk," ajak Jovan." Dengan muka menggemaskan.
"Lo kan punya kaki tuh. Ngapai harus agajakin gue."
Bukan namanya Jovan jika harus menyerah begitu saja. Dia akan menggunakan seribu satu cara agar mereka bisa melangkah bersama ke lokasi peristiwa. Padahal bisa saja dia ke lapangan sendirian, namun prinsip Jovan masih sama, yakni kalau bisa berlima kenapa harus sendiri.
"Gem lo nggak boleh gitu dong, siapa tau ditengah-tengah lapangan ada cewek bening-bening gimana? Awas aja lo ngesal karena nggak ikut."
"Kalau dipikir-pikir... Jovan ada benarnya juga Gem. Hitung-hitung kita berlima cuci mata kan?" ucap Irvan yang ikut meyakinkan Gemintang.
Gemintang melirik mereka satu persatu, nampak dari air muka mereka, hanya Bintang yang tidak punya niat untuk ke lapangan. Selain itu semua pada antusias. Gemintang mengedipkan sebelah matanya kearah Bintang seakan mengkode agar Bintang menuruti saja permintaan teman-temannya. Bintang menganggukan kepala dan mengikuti arah langkah Gemintang.
"Oh no... my bidadari gue dijambak anjir," pekik Jovan ketika rambut Nayanika dijambak keras oleh Jiandra, bahkan kedua matanya juga ikut melotot ketika menyaksikan secara langsung pertengkaran antara Jiandra dan Nayanika.
"Semua cewek pada lo bilang bidadari Van," ujar Irvan sewot.
"Yang namanya buaya, yah tetap buaya," sindir Jhio.
"Lo berdua kenapa sih? Iri sama gue?"
"Idihhh....amit-amit jabang bayi," ucap Irvan seraya mengibaskan rambutnya, ala-ala seorang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE GEMINTANG (REVISI)
Teen Fiction"Syarat?" tanya Nayanika dengan suara pelan. "Syaratnya, Lo. Harus cari cinta sejati buat gue. Dan ingat! Gue gak butuh banyak alasan dari lo. Karena gue tipe cowok yang nggak suka dibantah!" Nayanika menatap lelaki itu dengan berani. "Cinta sejati...