6. Book

872 130 1
                                    

"Sorry." Ucap Jaemin. Lalu canggung menyelimuti mereka sejenak.

"Ayo pulang, udah malem." Jaemin lalu membukakan pintu mobil untuk Minju.

"Makasih." Minju tersenyum manis membalas perlakuan Jaemin.

Mereka hanya diam. Minju sibuk melihat jendela karna di luar sedang gerimis, sedangkan Jaemin menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang karna jalanan licin.

"Eh kenapa berhenti?." Minju terkejut saat memalingkan wajahnya ke arah Jaemin, tapi wajah Jaemin begitu dekat dengan wajahnya.

Minju tercekat dan tidak bernafas selama beberapa detik. Dia bernafas sangat pelan hingga tak terdengar bunyi menghirup udara darinya. Minju masih syok.

Jaemin memandangi setiap inci dari Minju. Mulai dari dahi, mata, alis, pipi, bibir bewarna pink nya, dagu dan rambutnya. Entah darimana Jaemin jatuh ke pesona Minju dalam beberapa detik.

"Jaem? Kenapa berhenti?." Minju tak digubris oleh Jaemin. Jaemin tetap memandangi wajah Minju. Jantung Minju kini berdegup lebih kencang. Minju tak tau jika Jaemin merasakan hal yang sama.

Tangan Jaemin perlahan mencubit pelan gadis itu. "Pipi lo merah, bikin gemes." Jaemin tersenyum hangat, lalu menjauhkan dirinya dari Minju.

"J-jaem, kenapa berhenti di toko buku?." Ya mereka berhenti di depan toko buku. Entah apa yang Jaemin rencanakan.

"Turun, nanti gue kasih tau." Jaemin dan Minju lalu turun dari Mobil. Keadaan nya masih gerimis jadi mereka berlari kecil ke toko buku tersebut karna toko buku itu tak memiliki lahan parkir. Alhasil mereka parkir di depan toko buku.

"Masuk aja." Jaemin menggenggam tangan Minju lalu menariknya ke dalam toko. Toko tersebut sangat bersih dan dipenuhi rak buku yang menjulang tinggi.

"Ngapain ke sini?." Minju bertanya untuk yang ke dua kalinya pada Jaemin yang kini tengah berjalan menuju rak novel karna penulis ternama.

"Beli buku lah, lo mau buku apa? Biar gue beli in." Jaemin menatap Minju yang lebih pendek darinya di belakangnya. Minju menggeleng.

"Ga usah, gue udah punya banyak di rumah." Minju menolak secara halus pada Jaemin.

"Iya banyak tapi buku pelajaran semua kan? Udah buruan pilih aja yang lo suka gue beli in." Alasan Jaemin melakukan ini adalah karna dia sering melihat Minju diam di kelas dan tak melakukan hal apapun.

Minju selalu membawa bekal dan minum dari rumah, saat dia tak membawa bekal pun dia hanya diam menahan lapar sambil membaca buku tentang psikologi. Jaemin merasa kasihan pada Minju.

Minju bahkan tak pernah menyentuh makanan kantin karna dia tak mempunyai uang. Hanya ayah nya yang bekerja banting tulang sebagai pengurus kedai kecil dan hasilnya ditabung untuk makan. Minju bisa berkuliah karna beasiswa nya. Bahkan dari sekolah dasar sampai kuliah Minju selalu mendapat beasiswa di sekolah terbaik.

"Ga usah Jaem, gue ga mau bikin lo repot. Kalo kayak gini nanti dikira gue yang habis in duit lo." Minju memang lugu. Padahal Jaemin yang membelikannya bukan Minju sendiri yang meminta.

"Kan gue yang beliin, jadi ya orang ga bakal ngira kalo lo cuman mau habis in duit gue lah. Buruan pilih aja, mau satu rak juga gue beliin." Jaemin memaksa Minju dengan halus. Karna Minju tidak bisa dibentak.

"I-iya deh." Minju lalu memilih buku yang dia perlukan. Kebetulan dosennya menyuruhnya membeli buku tentang mapelnya.

Minju mengambil 3 buku tebal yang berhubungan dengan psikolog. "Jaem, udah nih." Minju meletakkan bukunya ke meja di dekat jendela dimana Jaemin duduk.

Jaemin melihat ke tiga buku tersebut dan membolak balik cover serta halaman buku tersebut. Jaemin sesekali bingung dengan jalan pikir Minju karna kenapa saat ada kesempatan untuk menyenangkan diri kenapa malah ia menyibukkan diri?.

"Lo ga mau pilih novel?." Jaemin bertanya pada Minju yang masih berdiri di hadapannya. Minju menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Ck, gue pilihan aja." Jaemin lalu beranjak ke rak penuh dengan novel. Dia memilihkan 3 sampai 6 novel untuk Minju. Minju terlonjak saat Jaemin meletakkan 7 novel di meja mereka.

Kini mereka membeli 10 buku untuk Minju. "Kenapa banyak banget Jaem? Buat apa? Lagian juga gue ga butuh novel." Ucap Minju karna menurutnya ini terlalu berlebihan.

"Ga butuh lo bilang? Minju lo itu butuh hiburan, bukan ngerjain tugas mulu. Sekarang ga boleh nolak okay?." Ucap Jaemin ya walaupun sedikit tegas dan terkesan memaksa.

Minju hanya menunduk dan pasrah dengan keadaan. Mau tak mau dia menerima semua buku pemberian Jaemin. Minju lalu mengangguk ragu dan membuat Jaemin tersenyum tipis.

"Yaudah, ayo ke kasir." Jaemin membantu Minju membawa kan buku menuju kasir untuk mereka bayar.

Setelah membayar ternyata hujan turun dengan lebat hingga membuat Minju dan Jaemin terpaksa menunggu hingga hujan reda. Hingga sebuah ide muncul di kepala Minju.

"Lo pake jaket gue aja gapapa nanti kita lari bareng ke mobil." Ucap Minju. Ya dia membawa jaket hitamnya kemana-mana.

Jaemin lalu mengangguk mengiyakan perkataan Minju. Lalu mereka mengangkat jaket Minju ke atas kepala mereka lalu mereka berlari masuk ke mobil.

Minju dan Jaemin mengatur napas mereka hingga kembali seperti semula. Ya walaupun jaraknya dekat tapi pasti tetap merasakan lelah.

"Jaem--"

"Min--"

Mereka mengucapkannya secara bersamaan.

"Lo dulu." Kata Jaemin mempersilahkan Minju.

"Lo dulu aja." Minju mengalah untuk Jaemin.

"Lo duluan." Ucap Jaemin lagi.

"Lo dulu." Ucap Minju.

"Lo dulu Kim Minju." Jaemin akhir nya kesal dan memaksa Minju mengatakannya.

"Gue mau bilang makasih buat semuanya Jaem. Ya walaupun gue cuman sebatas 'pacar boongan' lo tapi lo itu udah kayak lebih. Biasanya kalo pacar boongan itu ga pernah saling peduli kaya gini. Tapi lo kayak mengistimewakan gue." Minju menunduk, dia merasa dia berhutang banyak pada Jaemin.

"Gapapa sans, gue juga makasi lo udah mau jadi pacar boongan gue, udah mau relain jaket lo yang sekarang basah, dan...udah serahin first kiss lo demi dare yang gue dapet tadi." Kini mereka berdua memerah. Ya mereka malu mengingat kejadian tadi.

"Iya santai juga gue juga ga masalah kok." Minju tersenyum menutupi wajah merahnya sebisa mungkin.

Dalam hati Minju dia ingin berteriak rasanya. "Pulang sekarang ya? Udah malem banget." Jaemin menilik arloji yang melingkar di tangannya, tepat menunjukan jam 9 malam.

Minju mengangguk lalu membuka handphone nya. Lalu dia melihat plastik berisi buku yang dia beli bersama Jaemin. Minju lantas tersenyum lalu mematikan handphone miliknya dan meraih plastik tersebut.

Jaemin melihat Minju heran. Tiba-tiba Minju membuka buku psikolog nya. Minju membaca bukunya sambil tersenyum. Jaemin benar-benar tak habis pikir dengan Minju. Pasalnya dia lebih memilih pelajaran yang membosankan dibanding novel yang lebih menarik.

"Kalo ada novel, kenapa malah baca buku pelajaran?." Tanya jaemin di sela-sela menyetirnya.

Minju lalu melirik 6 novel tersebut. "Nanti aja." Jawab Minju lalu mengeluarkan ke enam novel tersebut dan melihat covernya.

Dari cover, isi, dan jalurnya cukup menarik. Minju melihat dan membaca nama penulis yang tertera pada novel tersebut. Dia menganga karna ini karya penulis terkenal asal amerika serikat.

"Biasa aja kali wajahnya, gue tau lo penggemar dia tapi lo ga ngoleksi novelnya. Makanya gue beliin novel karya dia buat lo." Ucap Jaemin dan membuat Minju mengondisikan kembali wajahnya.
































Jgn jadi silent riders-!

[1] Brengsek - Jaeminju√ (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang