"Lo jadi pacar boongan gue, okay?" Jaemin mengatakan dengan entengnya. Sedangkan Minju, nafasnya seperti tercekat dan detak jantungnya tidak normal.
"Percaya sama gue, gue ga bakal berani nyentuh lo pas jadi pacar boongan gue. Tapi kalo lo ijinin ya gue bakal sentuh, dan lo bisa megang kata - kata gue." Entahlah Minju tidak terlalu percaya dengan Jaemin. Karna kata Wonyoung, Jaemin itu suka mengucapkan kata manis demi membuat hati para gadis Ya, dia fuckboy memang.
Minju tak sepenuhnya percaya. Dia hanya mengiyakan lalu meminum jus nya. Dia sudah mengabari ortu Minju lewat handphone Jaemin, ya dirumah Minju ada telfon rumah. Dan orang tua Minju mengijinkan.
"Ayok turun." Ajak Jaemin lalu membantu Minju melepaskan seatbelt nya. Ya Minju memang tak pernah memakai seatbelt karna dia jarang menaiki mobil. Bahkan dia berangkat dan pulang dari kampus selalu memakai angkutan umum.
Setelah Minju keluar, teman - teman Jaemin memfokuskan pandangannya ke arah Minju. Jaemin lalu memberi isyarat agar boleh menyentuhnya dan Minju mengijinkan.
"Widihh, hebat banget lo udah bawa cewek baru." Jaemin bertos ria ala anak fuckboy dengan teman - temannya.
"Tapi, dia bukan pacar boongan lo kan?." Tanya salah satu orang bule yang cukup tampan tapi terlihat dewasa bagi Minju.
Jaemin dan Minju diam sejenak lalu Minju menjawab. "Bukan kok." Jaemin terkejut dengan jawaban Minju barusan, dia jadi bernafas lega.
"Oh, bagus deh setidaknya lo udah berubah Jaem." Kata orang bule itu lagi.
"Ini ga ada niatan buat ngenalin cewek lo Jaem?." Ucap cowok berwajah imut yang berada di samping orang bule tadi.
"Kenalin, dia Kim Minju." Jaemin memperkenalkan Minju di depan teman - temannya.
"Gua Jisung, salam kenal ya." Ucap pria imut tadi. Minju berpikir jika Jisung dan Wonyoung berpacaran sepertinya mereka akan serasi.
"Gue Mark, satu - satunya orang ganteng di antara mereka." Ucap Mark yang langsung mendapat decihan dan cemooh dari yang lain.
"Gue Jeno." Ucap cowok gagah di sebelah Jaemin, dia tampan juga. Tapi menurut Minju dia juga dingin seperti kulkas. Bahkan kini dia hanya menunjukkan muka datar sedari tadi.
"Gue Chenle, orang kaya." Chenle mengulurkan tangannya lalu bersalaman dengan Minju, Minju juga membalas uluran tangannya.
"Gue Haechan, si tukang lawak." Ucap Haechan yang merasa pede dengan dirinya sendiri.
"Gue Renjun." Renjun menunjukkan senyum nya, dia ramah menurut Minju.
"Oh ya, lu kuliah di fakultas mana?." Tanya Haechan.
"Gue di fakultas psikolog." Ucap Minju yang langsung mendapat anggukan dari semuanya.
"Eh bentar lagi cewek gue dateng, gue mau ke toilet dulu ya. Nanti kalo dateng telfon aja." Ucap Jeno lalu bergegas ke toilet. Mereka sedang berada di sebuah cafe sekarang. Cafe yang biasa menjadi tempat tongkrongan mereka.
"Halo." Ucap seseorang dengan ramah menyapa semua orang yang berada di sebuah meja besar berisikan 12 kursi.
"Hai, Jeno lagi ke kamar mandi paling bentar lagi balik dia." Ucap Jisung.
Baru saja gadis itu duduk, Jeno kembali dari kamar mandi. "Jen, sini." Ucap gadis itu. Lalu Jeno duduk di sebelahnya.
Kini posisi mereka adalah
Jaemin, Minju, Hyera, Jeno, Mark, Renjun, Jisung, Haechan, Somi, Chenle.
Ya memang masih ada beberapa kursi kosong di antara mereka. Tapi Jisung sudah membawa kursi tersebut ke meja lain.
Hyera adalah pacar Jeno, sedangkan Somi pacar Haechan. Minju merasa insecure dengan Hyera dan Somi. Mereka begitu cantik, kaya, ramah, putih, dan sudah resmi dengan pacarnya masing - masing.
Sedangkan Minju hanya tersenyum kecut melihat mereka bermesraan di depannya. Minju hanya gadis sederhana yang feminim, polos, lugu, miskin, dan tidak terlalu cantik.
Jeno yang pindah ke sebelah Hyera menjadi manja, Jeno ternyata bisa manja juga pikir Minju. Jeno bahkan memeluk pinggang Hyera dan menghujaninya dengan kecupan.
Minju semakin insecure rasanya. Haechan dan Somi sibuk bercanda dan sesekali saling menjahili satu sama lain. Sedangkan dia dan Jaemin sendiri diam.
Jaemin yang mengikuti arah pandang Minju menatap Minju hangat. Jaemin menggenggam tangan Minju,
"Boleh?." Jaemin ingin membuat Minju tidak insecure pada dirinya sendiri. Minju tau maksud Jaemin, dia segera mengiyakan pertanyaan Jaemin barusan.
Jaemin lalu memeluk Minju seperti apa yang dilakukan Jeno pada Hyera, Jaemin juga menyandarkan kepala Minju di bahunya. Sekarang dia tidak iri kepada Jeno dan Hyera.
Jaemin lalu melontarkan beberapa pertanyaan kepada Minju, begitupun sebaliknya. Minju dan Jaemin seakan lupa oleh status mereka sebagai 'pacar boongan'.
"Eh udah mau malem, balik yuk. Kasian ini cewek - cewek pada pulang malem. Ntar dikira cewek ga bener." Ucap Jisung. Jeno dan Haechan langsung memeluk pacarnya masing -masing.
Teman - temannya sudah tau jika Jeno dan Haechan itu bucin dengan pawangnya. Jisung lalu memanggil pelayan dan memberikan tagihan.
"Chenle, bayar gih." Chenle hanya menghela napas, ini juga sudah yang 48 kali nya Chenle yang membayar. Chenle tak masalah, asalkan teman - temannya bahagia.
Chenle segera membayar makanan dan minuman yang mereka pesan tadi. Totalnya mencapai 1,2 juta. Dan Chenle membayar nya dengan black card. Bahkan pegawai kasir sampai terkejut ketika Chenle mengeluarkan black card nya.
"Jaem, lo mau anterin gue ke rumah?." Minju menetap wajah Jaemin dengan tatapan bingung.
"Iyalah, kalo lo ga balik sama gue lo naik apa? Udah jam segini juga." Jaemin lalu memasangkan seatbelt nya dan Minju. Ya memang benar pikir Minju, ini sudah jam 10 malam. Terasa cepat begi mereka.
Minju hanya bungkam, perkataan Jaemin memang benar. Jaemin lalu melajukan mobilnya. Dia tau rumah Minju tanpa Minju beritahu. Ya, Jaemin tau semuanya tentang para gadis yang pernah ia permainkan. Dan Minju sudah masuk ke dalam perangkap nya.
Setelah menempuh waktu sekitar 10 menit, Jaemin tiba-tiba memberhentikan mobilnya. Jaemin menatap Minju yang kini tengah tertidur. Jaemin menatap Minju lama.
Jaemin menyisipkan rambut Minju ke belakang telinga. Dia juga merapikan anak rambut yang menutupi wajah gadis tersebut. Sangat imut sekaligus cantik bagi Jaemin.
"Eunghh..." Minju mengerjapkan mata berkali-kali hingga matanya kembali menjadi fokus. Jaemin yang menatap gadis itu kini tersadar dan segera bersikap wajar.
Minju mengucek matanya lalu menatap Jaemin yang melihat ke arah jendela mobil.
"Kenapa berhenti, Jaem?." Tanya Minju seraya memegang bahu Jaemin. Jaemin terkejut lalu berusaha tenang kembali.
"Gapapa, tadi ada telfon masuk." Minju hanya mengangguk. Jaemin berbohong. Tentu saja jika ada dering atau bunyi ponsel pasti Minju ikut terbangun.
"Minju, mulai besok gue bakal jadi supir pribadi lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Brengsek - Jaeminju√ (on Going)
Fiksi Penggemar"Gue ga sayang sama lo." Ready : 29 november 2020 Finish : 1 januari 2021 Happy reading-!