Hallo teman-teman, apa kabar? Semoga sehat selalu ya
Saya datang bawa cerpen lagi nih Semoga suka ya
Selamat membaca gaeeesss
❤❤❤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Ayah, Joon, kenalkan, ini pacarku Young Hwa Lee.” Dengan senyum merekah bak bunga mekar dan dipenuhi rasa bangga, kau memperkenalkan pria yang duduk di sampingmu pada ayah dan adikmu dalam kesempatan makan malam ini di tempat tinggal kalian.
Young Hwa menunduk, sebelum sepasang netra bagai bulan sabitnya menatap pria beruban di depannya. Lalu bergeser ke pemuda yang acuh tak acuh dan lebih tertarik pada kimchi di meja makan. “Halo, saya, Young Hwa Lee. Salam kenal paman, Joon.”
Sayangnya, niat baik dan sopan santun Young Hwa tidak mendapat respons yang sama. Han-Joon Kim, dengan kurang ajarnya memberi pacarmu seringai meremehkan. Konyolnya lagi, berhasil ditularkan pada ayah.
“Kurasa, sudah cukup perkenalannya. Aku sudah lapar. Mari makan saja.”
Mendengar perkataan ayah, Joon segera mengambil kimchi lalu menyuapkannya ke mulut tanpa sungkan. Begitu pula dengan beliau.
Pacarmu memandangmu yang masih syok atas respons ayah dan adikmu. Seolah bisa membaca pikiranmu, ia berbisik, “Apa itu artinya ayah dan adikmu tidak menerimaku?”
Rupanya, Joon bisa mendengarnya. “Kalau sudah jelas, kenapa masih tanya? Seharusnya kau pergi dari sini dan tidak lagi berhubungan dengan Iseul.”
Sumpah demi toppoekki jempolan bibi Ahn di depan gang, ingin kauhajar kepala Joon sekarang juga. Bagaimana bisa ia bereaksi seperti itu pada calon kakak iparnya?
“Aku tidak percaya, kau mengenalkan pecundang ini pada kami, Iseul,” imbuh Joon yang dilafalkan salam gerutuan. Dan kau tidak bisa tinggal diam lebih lama lagi.
“Ya! Han-Joon Kim!” Kau meneriaki adikmu.
Ayah lantas menegur, “Ck, sudahlah, Iseul. Tidak perlu membuat drama makan malam.”
“Tapi—”
“Iseul,” potong Young Hwa. Tangannya mengambil salah satu tanganmu di bawah meja. “Mungkin lain kali saja aku mampir ke sini.” Ia lantas berpindah fokus ke ayah dan Joon. “Saya pamit dulu. Selamat malam semuanya.”
Walau sudah dihina sedemikian rupa, Young Hwa tetap membungkuk sebelum melepas genggaman tangannya lalu pergi meninggalkan apartemen mungil kalian.
Sementara kau masih menatap nanar punggung pria itu, Joon berceloteh, “Ahkhirnya pecundang itu pergi juga.”
Dan kau kontan meledak pada Joon. “Apa-apaan itu tadi? Kenapa kau seperti itu apa Young Hwa? Sebenarnya kau ini kenapa? Kau bilang aku harus mencari calon suami baik dan Young Hwa adalah kandidat yang cocok! Tapi kenapa responsmu malah seperti itu?”