Ada berbagai warna dalam kehidupan. Dan ada yang bilang merah muda adalah warna cinta. Setiap orang pasti pernah mengalaminya walaupun sebentar, iya kan?
Lalu bagaimana jika ada yang belum mengalaminya sama sekali? Percayakah kalian?
Adakah di dunia ini yang tidak pernah sekalipun menyukai seseorang? Entahlah! Tidak ada yang benar-benar tahu tentang itu.
Tapi disini ada gadis yang mengaku belum merasakan warna merah muda dalam hidupnya. Akankah merah mudanya baru akan dimulai?
Baiklah! Kita buat dia mengalami masa merah muda kali ini.
Gadis berseragam putih abu-abu berlari ditengah koridor dengan tumpukan buku yang baru saja ia pinjam dari perpus. Beberapa menit yang lalu terdengar suara bel yang menandakan jam pelajaran akan dimulai.
Kacamata yang selalu bertangger manis dihidungnya yang standar tak pernah lepas dari dirinya.
Iya, dia memang sangat suka membaca.
Sayangnya Dewi Fortuna tidak berpihak padanya saat ini. Dengan cerobohnya ia tidak memperhatikan jalan sampai-sampai menabrak seseorang didepannya. Semua bukunya jatuh berserakan dilantai.
Tidak-tidak! Ia tidaklah cupu seperti dugaan kalian. Hanya saja ia sedikit cuek dengan sekitarnya.
"Ahh maaf gue gak sengaja." Begitulah katanya.
Setelah mengatakan itu, gadis berkacamata tadi dengan cepat memungut, merapikan semua buku-bukunya. Ia hanya melirik sekilas siapa yang telah ditabraknya barusan.
Lantas bergegas pergi menuju ke kelas. Karna kelas selanjutnya akan segera dimulai.
"Ck! Perlu dikasih pelajaran tuh cewek! Gak sopan banget jadi orang! Dia kira habis minta maaf bisa selesai gitu aja!?"
Kenny Gantara
Si cowok populer disekolah. Apalagi kalau bukan karna ketampanannya. Beruntung dia memiliki wajah diatas rata-rata hingga membuat siapa saja kaum hawa bisa terhipnotis olehnya. Memangnya siapa sih yang tidak kenal most wanted sekolah ini? Si kapten tim basket yang sering buat rusuh sekolah. Otaknya sih standar-standar aja tapi soal olahraga dia jagonya.
Kenny uring-uringan sendiri setelah insiden ditabrak tadi.
"Udahlah men! Dia gak sengaja kali!" Ryon menimpali. Anggap saja dia salah satu teman bolosnya.
"Gak sengaja sih gak sengaja, tapi juga gak bisa pergi gitu aja kali! Iya kalau gue maafin, kalau nggak?"
"Udahlah Ken masalah gini doang gak usah dibikin ribet napa!" sahut Dimas yang kebetulan sedang bersamanya juga.
"Tau nih! Yuk ah ke kelas, lo gak tau apa habis ini kelasnya siapa?" Ryon bergidik ngeri membayangkan sebuah penggaris kayu dengan panjang 1m mendarat ditubuhnya.
Pak Wayan seorang guru bahasa Inggris merangkap sebagai guru BK di sekolah ini. Tak terhitung berapa kali Kenny dan kawan-kawannya 'bertemu' dengan pak Wayan.
Akhirnya dengan perasaan masih kesal Kenny beserta yang lainnya segera pergi menuju kelas.
****
Dengan napas tersengal khas seseorang yang habis berlari, Kenzie memasuki ruang kelasnya. Sudah ia duga semua teman-temannya sudah hadir dikelas lengkap dengan yang mengajar juga.
"Permisi!" Ujarnya pelan, mengetuk pintu kelas.
Sontak semua mata tertuju padanya tak terkecuali dengan wanita paruh baya yang berkacama. Kenzie sama sekali tak menyukai situasi seperti ini. Dimana yang menjadi fokus utama adalah dirinya.
"Kenapa kamu telat Kenzie?"
"Maaf Bu, saya habis dari perpus, tidak sadar kalau sudah bel," ujarnya merasa sungkan.
"Yasudah kalau begitu cepat duduk! Untung saja ibu belum mulai kelasnya."
Jarak perpus dengan kelasnya memang lumayan jauh karena terletak di gedung yang berbeda. Itulah sebabnya ia telat.
"Kebiasaan deh! Kalo udah ketemu buku, suka lupa waktu!" ujar Yana teman sebangku Kenzie.
Kenzie cuma bisa nyengir mendengar sindiran Yana.
"Zie!" Aurel yang duduk dibelakang mereka menoel lengan Kenzie, berbisik pelan.
"Hmm?" sahut Kenzie tanpa menoleh kebelakang. Tangannya merogoh-rogoh loker meja, mencari buku PR miliknya.
"Zie! Ish liat gw dong!" Aurel menunduk membuat kepalanya lebih rendah agar tidak ketahuan sedang berbicara.
"Apaa?"
Dengan cengiran lebar Aurel menunjukkan buku tugas milik Kenzie ditangannya.
"Ternyata ada di lo, gw cari-cari tau!" pekik Kenzie. Aurel nyengir lebar.
"Ya maaf, lo sih tadi gak dateng-dateng yaudah deh gw ambil aja dari loker lo, lo taukan gadis cantik ini gak suka belajar Zie?" Aurel menunjukkan wajah memelas yang dibuat-buatnya.
"Ck! Kebiasaan lo! Yaudah cepetan habis ini mau dikumpulin tau!"
"Iya-iya ini juga hampir selesai kok! Sabar ya Zie Zie ku!"
Kemudian Kenzie membiarkan Aurel menyalin tugasnya. Ia sangat hafal sekali dengan kebiasaan sahabatnya yang satu ini. Bukan sekali dua kali Kenzie membiarkan Aurel menyalin tugas-tugasnya. Ia juga tidak keberatan sama sekali akan hal itu.
"Aurel tadi ngambil buku lo di loker," tukas Yana membisikkan ke telinga Kenzie. Ia tidak tahu percakapan keduanya, terlalu fokus melihat ke depan.
"Iya gw tau, Aurel bilang barusan." Kenzie berusaha fokus ke depan mendengar penjelasan guru.
"Tugas lo udah selesai?" tanya Kenzie masih dengan berbisik.
"Udah dong, gini-gini gw rajin tau!" ucap Yana membanggakan diri. Dia lebih baik dari Aurel, begitu maksud perkataannya.
Kenzie menghela napas. "Kenapa juga Aurel gak nyalin tugas lo aja sih?"
"Lo kan tau otak gw gak seencer lo, mana mau dia nyalin tugas gw, gw aja gak ngerti bener apa nggaknya!"
"Bener juga sih, lo kan suka asal-asalan ya?!" sindir Kenzie dengan tawa lirih diakhir kalimatnya.
"Kampret lo! Suka bener emang kalo ngomong!"
Setelahnya kelas berjalan dengan lancar seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adulescentia
Teen Fiction"Dan kenapa harus mereka berempat yang jadi kandidat?" Kenzie semakin tidak mengerti arah pembicaraan mereka. "Tapi kalo lo mau denger jawaban gw, gw bakal bilang gak ada yang jelek dari mereka." Belum juga Kenzie menyelesaikan kalimatnya, Yana lang...