01

1K 71 29
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

Pov : Jisoo

Aku mengalami kecelakaan dan sempat koma selama sepersekian detik. Dalam kondisi kritis aku melahirkan anak pertamaku. Saat tenagaku sudah mulai habis dan hidupku mulai terasa diujung kematian.

Aku mendengar suara tangis anakku. Seketika itu juga aku lemas dan bahagia. Ingin sekali ku tatap wajah anak pertamaku itu. Tetapi penglihatanku kabur. Aku merintih dan berucap.

"anakku"

Dan tak lama aku pingsan. Dalam alam bawah sadarku, aku melihat bayiku dibawa oleh sosok berpakaian putih meninggalkan ruang persalinan saat itu. Sosok itu terlihat melayang dan membawa bayiku pergi. Aku pun berteriak,

"jangan bawa bayiku" Namun suaraku tak keluar.

Aku berdoa sambil menangis dalam hati, "Tuhan selamatkan bayiku, aku tak bisa hidup tanpa anakku."

Saat aku tersadar. Jero sudah berada di sampingku. Terlihat dia bahagia melihat aku sudah siuman. Aku langsung menanyakan bayiku yang belum sempat ku lihat wajahnya.

Aku menceritakan padanya tentang mimpiku. Tetapi dia tidak menghiraukannya. Jero terlalu fokus dengan kondisiku. Dia menyuruhku untuk beristirahat dan tak perlu memikirkan anak kita. Dia meminta maaf padaku sambil menangis.

Dia merasa bersalah padaku. Jika malam itu dia kehilangan aku dan bayiku dia akan sangat terpukul dan menyesal. Gurat penyesalan di wajahnya sangat membuatku iba.

Malam itu aku kabur dari rumah dengan menumpang sebuah taksi. Saat perjalanan aku menelpon Jero dan berpamitan padanya. Ku katakan padanya aku sudah tidak kuat menjalani pernikahan dengannya~ tekanan yang kualami terlalu berat.

Ibu mertua tak pernah berusaha menerimaku, aku selalu merasa terasing di tengah keluarga mereka dan Jero tidak peka dengan keadaanku.

Puncaknya saat Jero masih tetap tidak menghargaiku dan tetap menjalin hubungan dengan Rose, aku memutuskan menyerah.

Dia tidak mengerti betapa bayang-bayang Rose selalu menyakiti hidupku. Kemudian taksi yang ku tumpangi kehilangan kendali di tikungan tajam dan licin karena guyuran hujan deras.

Jero menemaniku di rumah sakit. Ia meninggalkan semua pekerjaan di kantor demi aku. Sungguh membuatku terharu. Selama ini dia begitu mengutamakan pekerjaannya.

Sore hari Adik ipar ku datang membawakan baju untuk Jero. Lalu ia kembali ke rumah karena lupa membawa keperluan untuk bayiku. Jero pamit untuk keluar sebentar.

Aku sendirian di kamar. Aku sangat ingin melihat bayiku. Aku pencet tombol darurat memanggil suster. Lama sekali sampai seorang suster datang dengan wajah panik setengah berlari. Lalu aku memintanya untuk membawa bayiku ke kamarku.

Suster tersebut terlihat kaget dan pucat. Lalu dia berkata akan mengantar bayiku besok pagi karena malam ini ia tidak bisa ke ruang bayi.
Alasan yang sangat aneh menurutku. Lalu aku putuskan untuk menunggu Jero datang.

Setelah lama menunggu akhirnya dia datang. Ia pergi sebentar untuk mencari makan, karena itu dia membuatku menunggu lama. Akhirnya kukatakan padanya kalau aku ingin melihat bayiku. Tetapi lagi-lagi Jero melarangku dengan alasan kesehatan.

Aku mulai curiga. Perasaanku tak enak. Apakah terjadi sesuatu dengan bayiku seperti dalam mimpiku. Aku pun mulai resah, perasaanku mulai tak karuan, lalu aku jatuh tertidur sejenak.

Aku tersadar tengah malam. Kulihat Jero tertidur di sofa. Tiba-tiba terdengar suara aneh dari luar kamarku. Suara roda yang bergelinding di lorong.

Where Is My Baby? (Horror Short Story) || Jensoo  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang