Rania membuka mata. Dia memindai ruangan tempatnya berbaring. Rupanya dia masih berada di UGD.
“Kamu sudah bangun, Rania?” Suara Dokter Andra menyadarkan Rania akan kejadian sebelumnya.
“Sudah, Dok.”
Rania bangun dari posisi tidurnya. Dia mengusap wajahnya. Ada perasaan malu bercampur tidak enak bertemu dengan Dokter Andra dalam keadaan seperti itu.
“Tunggu aku, ya. Nanti aku antar ke rumah,” ucap Dokter Andra.
“Hmm, enggak usah, Dok! Dokter kan masih ada jadwal praktik. Lagian saya mau dijemput teman.”
“Beneran?” Dokter Andra menatap lekat. Seolah mencari jawaban yang sesungguhnya dari gadis itu.
“Iya, Dok. Jangan khawatir. Terima kasih sudah menolong saya dan perhatian,” tutur Rania sambil tersenyum.
Setelah beberapa menit berbincang dan memastikan kondisi Rania sudah baik-baik saja, Dokter Andra menuju ruang praktiknya. Rania memandang sosok laki-laki itu dengan perasaan kagum. Ternyata masih ada orang yang peduli dengannya.
Tidak lama Dina datang menjemput. Dia merasa sedih atas apa yang dialami sahabatnya. Rania banyak bercerita tentang pertemuannya dengan Dokter Andra.
“Cakep dah. Boleh diterusin itu, siapa tahu ....” Dina berkomentar.
“Au, ah. Aku enggak bisa ngelupain Athar.”
“Dih, Athar lagi. Kamu mah gitu, Ran. Udahlah, dia aja ke kamu gitu!” Dina jadi emosi saat Rania menyebut nama Athar kembali. Dia tidak ingin sahabatnya kembali berpikir tentang cowok itu.
Namun, asa dan rasa Rania tidak bisa dipatahkan begitu saja. Dia sangat menyayangi Athar. Walaupun kenyataannya cowok itu seolah-olah membenci kehadiran Rania.
Dina tidak bisa berbuat banyak untuk sahabatnya. Dia hanya bilang, Rania perlu sekali saja datang ke rumah Athar. Andai nanti cowok itu kembali mengusirnya. Itu pertanda Rania harus menjauh dan melupakannya.
Mendapat dukungan dari sahabatnya, Rania pun memutuskan akan pergi ke rumah Athar begitu kesehatannya sudah pulih. Dia ingin tahu sejauh mana hati Athar kini terhadapnya. Rania butuh kepastian.
***
Hari ini, Rania diantar Dina sampai gerbang rumah Athar. Sahabatnya itu tidak mau terlibat dengan apa yang sedang dihadapi Rania. Dia hanya memberi semangat.“Ok, aku tinggal, ya. Ingat, apa pun yang Athar katakan, jangan bikin kamu down. Mungkin itu yang terbaik,” kata Dina, seolah-olah pesimis dengan keadaan. Tampaknya sahabat Rania itu punya firasat tentang hubungan mereka.
Rania berdiri di depan pintu. Dia masih untuk memencet bel. Hatinya terus berkecamuk resah. Namun satu menit kemudian, dia langsung yakin.
Seorang asisten rumah tangga keluarga Athar membukakan pintu. Ini pertama kalinya Rania menginjakkan kaki ke kediaman Athar. Ada perasaan malu dan canggung ketika langkahnya memasuki ruang tamu.
Ternyata, di sana ada Athar dan Delia yang sedang berbincang. Rania terkejut. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang gelisah. Hatinya seakan-akan mau copot. Dia tidak menyangka kalau mantan pacarnya Athar datang juga.
“Rania.” Hanya kata itu yang terucap dari bibir Athar. Cowok itu seperti biasanya. Bersikap dingin dan kaku. Seolah-olah sudah melupakan Rania.
“Siapa, Thar?” tanya Delia penasaran.
“Oh, ini Rania, teman kuliah aku. Kenalin, Ran ... ini Delia.”
Delia mengulurkan tangan. Dengan perasaan tidak tenang Rania menyambutnya sambil tersenyum. Sungguh, Rania ingin segera berlalu saja. Dia merasa tidak nyaman berada di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Mengalah
RomanceKisah Cinta Rania yang menyukai seorang lelaki pintar bernama Athar. Namun, ditengah perjalanan cintanya, bertemu dengan kisah masa lalu yang mengharu biru. Cerita yang berlatar belakang di Jogjakarta dan Bali. Kampus Pariwisata yang menjadi saksi...