Bab 6. Melodi Cinta

0 1 0
                                    


Rania menunggu Athar dengan gelisah. Matanya menatap lurus ke tempat parkir. Gadis itu menduga kalau Athar ingin ke kamar mandi.

Cowok yang ditunggu Rania datang. Dia membawa motor Ninja-nya yang sempat dititipkan di depan terminal.

"Aku antar kamu pulang ke rumah. Cepat naik!"

"Helm kamu kan cuma satu,” komentar Rania sambil melotot.

"Udah nggak usah bawel! Protes aja." Athar mencoba akan tangannya di depan wajah Rania.

Gadis itu sering merasa kesal dengan lelaki kelahiran November itu. Beberapa kali dia terlibat percakapan dengannya. Namun, membuat hatinya dongkol. Athar selalu merasa dirinya paling benar.

Setelah mereka berdebat hanya gara-gara helm. Akhirnya, gadis itu ikut juga membonceng. Dia merasa sudah lelah jika harus menaiki kendaraan umum.

Athar tahu banyak jalan tikus yang harus dia lalui, sehingga tidak perlu memakan waktu lama. Tepat pukul 14.00 WIB, motor Athar sampai di depan gerbang rumah Rania. Cowok itu pun segera pamit.

Mata Rania menatap laju motor Athar yang melesat cepat meninggalkan asap knalpot. Dia merasa lega karena jadi cepat sampai ke rumah. Pengalaman pergi bersama cowok itu masih membekas di ingatannya.

***
Setelah mandi dan berganti pakaian, Rania melihat HP-nya. Dia duduk di tepi tempat tidur, lalu membaringkan tubuhnya. Dua kakinya menempel di tembok.

[Ran, kamu jangan lupa nanti sore ada latihan paduan suara.  Kamu sudah hafal belum nyanyi buat acara wisuda?]

Pesan dari Mas Dibyo. Dia salah satu teman di kampus yang menjadi ketua organisasi paduan suara. Tahun ini dia akan segera diwisuda. Segala tanggung jawab dilimpahkan kepada Rania.

"Duh, dapet SMS dari Mas Dib lagi. Oh, ya ... partitur lagu di mana, sih? Mana aku belum latihan lagi, nih,” keluh Rania sambil memegang kening.

Rania mencari di balik susunan buku yang tertata rapi di meja belajar dan beberapa tempat yang ada di kamarnya. Namun, dia tidak menemukannya. Padahal waktu terus berjalan dan tidak bisa diajak kompromi.

Suara mamanya memanggil kalau ada yang datang menjemput. Mamanya mengatakan kalau Athar sedang menunggu di depan. Rania panik. Dia bergegas mengambil helm. Takut cowok itu menceramahinya.

Rania keluar sambil tersenyum. Dia merasa senang bisa melihat lagi cowok itu. Athar pun tidak lagi berkomentar. Dia langsung melangkah keluar dan  menghidupkan mesin motor dan mereka melaju meninggalkan rumah menuju kampus. 

***

Sesampainya di kampus Rania segera masuk ke ruangan lantai dua. Pak Aryo, Mas Dibyo, Dicta, dan beberapa teman lain sudah menunggunya.

"Huh, Rania telat mulu. Langganan, deh!"  celetuk Dicta.

"Sorry, aku habis dari makam papa. Lupa kalau ada latihan. Untung Mas Dibyo SMS. Punya partitur lagu nggak, Dic?"

Dicta memberikan partiturnya. Rania mulai dengan pemanasan. Dia mengambil napas, lalu mengembuskannya perlahan. Sebuah lagu dari Duo Maya mulai dinyanyikan gadis itu.

Salahkah bila diriku terlalu mencintaimu
Jangan tanyakan mengapa
Karena aku tak tau
Aku pun tak ingin bila
kau pergi tinggalkan aku ....

Akhirnya, setelah pemanasan Rania mulai latihan vokal. Dia sebagai penyanyi solo dan beberapa temannya menjadi backing vokal. Namun, saat masuk di awal lagu Rania sudah mulai salah. Terutama ketika Athar melintas di ruangan itu dan berhenti  sejenak seperti sengaja mengambil napas.

Diafragma gadis itu mulai hancur. Lagu yang dinyanyikannya salah. Sampai akhirnya Pak Aryo menyadari dan memarahi.

"Rania, kamu itu gimana, sih! Sudah hampir dua jam kok, fals mulu! Harusnya nada E, kok lari ke C. Apa yang lagi kamu pikirkan?"

Hati Yang MengalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang