"Ditanya malah bengong!"
Rania mengetuk kepala dengan pergelangan tangan sembari merutuk dalam hati. Pikirannya telah berkelana ke mana-mana, saking terkejutnya melihat ekspresi Athar yang terlihat berbeda. Setelah Dina menyenggol lengannya, barulah dia menyahut ucapan cowok itu.
"Iya, Thar. Tadi kamu tanya apa?"
"Tugas bahasa Perancis kita. Udah dikerjain?"
Rania terpana mendengar penuturan Athar, dia seolah mendapatkan harapan baru. Dengan mata berbinar, merasa tidak percaya bahwa cowok itu ingat dengan tugas kelompok bersamanya.
"Kamu ingat?" Rania menatap Athar dengan perasaan tidak keruan.
"Tentu saja."
"Kamu ingat sama aku? Sama tugas kita?" Bibir Rania seolah-olah tidak mau berhenti melontarkan pertanyaan.
Rania berusaha mencari jawaban dari banyak pertanyaan yang menguasai otaknya. Berharap bahwa Athar benar-benar sudah mengingat semua.
"Ingatlah."
"Benarkah?"
"Sebenernya aku enggak inget, tapi tadi dikasih tahu dosen," jawab Athar acuh tidak acuh. "Aku mau tugas kita sudah selesai sebelum pelajaran bahasa Perancis dimulai."
Usai berucap, Athar segera berlalu. Meninggalkan Rania yang menatapnya tidak percaya. Sementara Dina yang sedari tadi hanya diam dan mendengarkan, kini malah terbahak-bahak. Entah mengapa, dia merasa Rania dan Athar itu sangat lucu.
"Ish, Dina mah ketawa mulu!" Wajah Rania kesal melihat Dina seperti itu.
Rania mengerucutkan bibir seraya menyenggol lengan sahabatnya itu. Dia pun segera merapikan peralatan menulisnya yang tersisa ke dalam tas, lalu berjalan terlebih dahulu dan tidak memedulikan Dina yang mulai berlari untuk mengejarnya.
"Ya, maafin aku, Ran."
"Enggak, ah. Kamu mah ngeledek mulu, sebel tahu!"
Rania menggoyangkan badan, saat tangan Dina berusaha menggapai bahunya. Dia mengibas rambut panjang berkilaunya. Gadis itu tidak membiarkan sahabatnya mendekat. Mood Rania kacau sekali setelah berharap lebih kepada Athar, ternyata takdir hanya mempermainkannya.
Belum lagi, Dina terus meledek. Seolah-olah sahabatnya itu tidak pernah merestui jika Rania kembali bersama Athar. Gadis itu tidak mau berpikir yang muluk-muluk dulu. Dia berpikir sebaiknya lekas mengerjakan tugas bahasa Perancis, sebelum Athar datang dan menagih lagi.
"Duh, gimana ngerjainnya, ya?" Rania menggaruk kepala, bingung.
"Tanya Athar aja, Ran," usul Dina sambil tersenyum.
Rania menoleh mendapat jawaban dari Dina. Namun, dia tidak cepat menyahut. Entah kenapa, banyak pertimbangan yang dipikirkannya. Terlepas dari gadis yang pernah dilihatnya di rumah Athar saat itu.
"Nanti kamu ngeledekin aku lagi," ucap Rania pura-pura mengambek. Memang mood-nya masih kacau.
"Ya, tergantung."
"Tergantung apa?"
"Tergantung traktiran baksonya." Dina menjawab sambil tertawa. Dia senang menggoda Rania.
"Makan aja teruuus! Berisi enggak, lebar iya!"
Dina malah tertawa menganggapi guyonan Rania. Sementara sahabatnya masih menekuk bibir. Dia pun segera menggandeng tangan Rania menuju tukang bakso langganan mereka meskipun tahu betul bahwa gadis itu sedang tidak enak hati memikirkan masalah tugas dan Athar.
Diam-diam Dina merasa sedikit jengah dan tidak rela. Rania terus yang memikirkan Athar, sementara cowok itu pasti tidak ingat sedikit pun tentang sahabatnya. Ingin sekali gadis itu melabraknya dan memberitahu semua kepada Athar. Namun, dia sadar kecelakaan yang menimpa cowok itu dan hilangnya ingatan tentang Rania dari otak Athar bukan kehendaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Mengalah
RomanceKisah Cinta Rania yang menyukai seorang lelaki pintar bernama Athar. Namun, ditengah perjalanan cintanya, bertemu dengan kisah masa lalu yang mengharu biru. Cerita yang berlatar belakang di Jogjakarta dan Bali. Kampus Pariwisata yang menjadi saksi...