Bab 1. Kagum

7 3 0
                                    

Hati yang Mengalah
By : Nena Athar dan Nia Mitha Cantique -->Nia Ruswoko (FB name)

.

Rania berjalan menuju gerbang kampus dengan tergesa. Hari ini, jam kuliah dipercepat karena dosen yang memberi kuliah mau menghadiri seminar. Dia segera menaiki tangga menuju ruang kelas yang berada di lantai dua. Saat berhenti dan ingin mengatur napas, seorang cowok dari arah berlawanan tersenyum dan gadis berambut panjang itu membalasnya spontan.

Setelah cowok itu berlalu dan hanya melihat punggungnya, Rania langsung tengok ke kanan-kiri. Dia takut ada orang lain yang melihat tingkahnya. Pipinya terasa panas saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Bisa-bisanya dia terpesona dengan cowok yang baru dilihatnya.

Beruntung tidak ada mahasiswa lain dan Rania berkesimpulan kalau cowok tadi tersenyum padanya. Andai ada Dina, sahabatnya. Pasti dia sudah diejeknya habis-habisan. Sahabatnya itu senang sekali kalau melihat dia malu dan salah tingkah karena cowok.

Dengan langkah sedikit tergesa mendaki anak tangga, Rania memegang dadanya. Berdebar, tetapi bukan karena lelah berjalan. Dia merasakan sesuatu yang sulit dimengerti. Gadis itu menggeleng. Dia tidak mau pikirannya dipenuhi hal yang aneh.

*** Nena&Nia ***

Selama satu jam mendengarkan dosen memberikan materi, tidak ada satu pun yang masuk ke otaknya. Rania hanya melamun. Membayangkan sosok cowok yang tersenyum saat berpapasan dengannya di tangga tadi.

Beberapa kali Dina menyenggol pergelangan tangan Rania. Sahabatnya yang satu itu memberi isyarat agar memperhatikan materi yang sedang diberikan Pak Minta. Namun, gadis itu sudah kehilangan semangat. Isi kepalanya hanya ada sosok cowok tadi.

Rania, jangan bengong! Tuh, dipelototin,” bisik Dina sambil menyentuh lengan sahabatnya.

Gadis yang mempunyai lesung pipi itu menarik napas kuat-kuat. Dia berusaha konsentrasi di menit-menit terakhir kuliah. Namun, yang ada malah bayangan sosok cowok tadi lagi-lagi membuatnya terkesima.

"Raniaa!" Gadis itu kaget mendengar suara panggilan Pak Minta, dosen tamu dari UNY yang mengajar mata kuliah Geografi Internasional.

"I-iyaa ... Pak." Rania menjawab gugup.

Melihat ekspresi wajah Pak Minta yang serius, Rania langsung melihat ke arah depan kelas. Beberapa pasang mata menatapnya karena panggilan tadi. Hari ini, Rania merasa mood-nya benar-benar berantakan gara-gara pertemuan dengan cowok tadi.

Rania menyesal. Mengapa dia bisa melamunkan cowok tadi? Sosok yang tidak dia kenal. Namun, telah sanggup membuat pikirannya mengembara ke mana-mana.

Gadis itu segera meminta izin pergi ke toilet untuk membasuh wajah. Setelah selesai, bukannya kembali ke kelas, tetapi Rania malah melangkah menuju ke perpustakaan. Pikirannya sedang tidak dapat berkonsentrasi. Percuma dia masuk kelas jika hanya bengong saja.

***Nena & Nia***

Tidak terduga, Rania bertemu kembali dengan cowok tadi. Sosok yang telah membuatnya dapat teguran karena melamun. Gadis yang memakai celana jeans warna biru tua itu melangkahkan kaki ke arah berbeda. Seperti awal bertemu, cowok itu mengulas senyum ke arah Rania.

Sosok cowok berpostur tinggi itu seperti makhluk tidak kasat mata bagi Rania. Senyumannya membuat dunia gadis itu seakan-akan mau runtuh. Mungkin ini namanya terpesona pada pandangan pertama, batin Rania. Dia merasa kehilangan akal untuk berpikir jernih.

Cowok itu duduk di sudut ruangan. Rania yang masih berdiri di depan rak buku mencoba memperhatikannya diam-diam. Mata cowok itu fokus menatap buku yang tengah dibacanya.

Hati Yang MengalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang