By the way! Kalian sombong, mau baca, taruh di library tapi ogah ngefollow. Apa karena Cici bukan penulis femes, ya? Sedih Cici.
Chapter 4 : Flying Without Wings
Senin pagi itu Leon terpaksa mengantar Lily ke sekolah. Lily merengek minta masuk kerja dan ia bosan berada di apartemen Leon tanpa mengerjakan apa-apa. Leon mengusulkan agar gadis itu nonton drama Korea tapi Lily malah makin sewot. Lewat perdebatan yang alot akhirnya Leon mengijinkan Lily masuk kerja dengan banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh Lily, salah satu di antaranya adalah Lily harus mau diantar oleh Leon lalu mereka akan sarapan di sekolah bersama karena Leon tidak bisa memasak. Lily menyanggupi semua persyaratan yang diusulkan Leon.
Jadi sepagi itu Leon sudah berada di sekolah tempat Lily mengajar sementara gadis itu mengisi absensi di mesin absensi lalu keduanya akan sarapan di kantin. Leon cukup janggal berada di lingkungan seperti itu. Penampilannya cukup mencolok di lingkungan sekolah dengan kemeja pas badan warna kelabu, dasi slim hitam, dan celana panjang model lurus warna hitam yang membuat kakinya makin terlihat panjang dan berotot membuat beberapa ibu-ibu tanpa malu-malu menatapnya penasaran. Ditunjang dengan wajah tampannya yang unik. Tampan tetapi menakutkan. Beberapa anak-anak sampai mewek karena melihat sosok raksasa itu berjalan di selasar sekolah TK itu. Mata Leon memang sangat tidak bersahabat.
Ke mana bocah itu? Aku jadi makhluk aneh di sini.
Leon berjalan keluar dari gedung sekolah. Ia muak diperhatikan terus. Ia juga tidak ingin bertemu dengan Nuri, teman Lily yang sejak pernah Lily kenalkan padanya setahun lalu dan masih tergila-gila padanya. Leon menyukai wanita tapi ia menetapkan peraturan kalau teman adiknya adalah terlarang baginya.
Kecuali Dara.
Dara?Kenapa harus dia?
Leon berjalan tanpa tujuan. Kaki panjangnya membawanya menuju taman bermain anak-anak yang berada di belakang gedung TK tersebut. Taman yang penuh dengan mainan seperti merry go round, perosotan, ayunan, dan jungkat-jungkit.
Sial!
Suara anak-anak cukup membuatnya pusing. Ia benci anak-anak. Oke, usianya berbeda delapan tahun dengan Lily, dulu ketika Lily lahir ia cukup senang karena berpikir ia akan memiliki teman bermain sampai usianya sepuluh tahun dan sadar kalau ternyata Lily lebih menyukai bermain boneka daripada mobil-mobilan.
Dulu ia menikah bukan karena ia menginginkan anak dalam pernikahannya. Hanya karena ia tidak ingin hidup free dan menikah dengan Cat adalah pilihan yang tepat karena Cat tahan menjadi pacarnya selama setahun sementara yang lain hanya bertahan dua atau tiga bulan, itu karena Cat tidak protes meski ia kencan dengan gadis lain lagi.
Perut Leon bergolak seperti habis ditinju Bima dan ditendang oleh Leo dalam latihan karate padahal belum tentu dalam latihan yang sebenarnya Bima atau Leo bisa mengalahkannya jika mereka tidak maju bersama.
"Hei, Oom!"
Leon agak terkejut melihat seorang gadis kecil memanggilnya. Gadis itu bermata sipit itu sedang duduk di atas patung batu berbentuk kuda. Leon membalikkan badannya mencari orang lain yang mungkin sedang diajak bicara oleh gadis kecil ini namun ia tidak menemukan siapa pun.
"Oom tahu tidak kalau Mars memiliki dua satelit yang dinamakan Phobos dan Deimos?"
Mati aku!
Leon masih mencari orang lain, siapa tahu orang tua gadis itu ada di sekitarnya dan ia bisa mengabaikan anak ini.
Help me!
"Oom! Ke sini dong," panggil anak itu.
Leon menelan ludah sambil berpikir jernih, masa ia harus ketakutan menghadapi seorang anak kecil. Percakapan alot dengan pemilik tanah yang sama sekali tak ingin menjual tanahnya saja sudah pernah ia lewati, kenapa hanya anak kecil membuatnya ketakutan. Karena pemikiran itu Leon maju selangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
♥ Cinderella Janda - Completed ♥ [Series : The Shinning Man]
HumorSudah dibukukan di Guepedia. Pria yang paling berbahaya adalah pria yang sadar akan daya tariknya. Itulah Leon Airlangga. Dia duda, tampan, sukses, dan hm seksi. Perpaduan yang mengancam hati wanita mana pun. Dia kakak laki-laki Lily Gayatri, dan...