Hari ini merupakan jadwal Haruto berlatih basket. Sangat tipikal siswa terkenal sekali; tampan, pandai bermain basket, dengan sikap yang sedingin kulkas—terkecuali jika sedang bersama temannya— Tentu saja Ia pasti digemari oleh semua orang, terutama para siswi-siswi.
Tak sedikit para siswi rela berkorban untuk ikut klub cheerleader meski bukan bakat mereka hanya demi menatap si pujaan hati lebih dekat. Termasuk, Wonyoung.
Meski sudah diberi tahu jika Haruto bukan lah jodohnya sekalipun Ia tetap mendekatinya. Memang, Jeongwoo siapa sampai bisa menentukan jodoh manusia? Tentu Wonyoung tidak mempercayainya, sungguh sangat tidak masuk akal.
"Haruto!" Si empunya nama melirik melalui ekor matanya dengan malas. Ia menghela nafas pelan.
Di sisi lain, Wonyoung yang tengah tersenyum lebar dengan sebotol air putih dalam genggamannya berlari pelan menghampiri Haruto. Lalu tanpa peduli dengan reaksi yang lebih tinggi, gadis itu menaruh botolnya dalam genggaman Haruto.
"Diminum, ya! Hari ini pasti capek banget, 'kan?" tanya Wonyoung masih dengan tersenyum.
Haruto hanya mengangguk dan menyimpan air minum pemberian Wonyoung di kursi tribun penonton. "Nggak usah khawatirin aku, urus dirimu sendiri," ucapnya lalu pergi kembali ke lapangan.
Wonyoung yang ditinggalkan hanya dapat mencibir sebal. Ia menjadi semakin penasaran, kenapa seseorang seperti Jeongwoo bisa membuat sifat Haruto berbeda 180 derajat.
•/•/•/•/
Jeongwoo keluar dari kelasnya, Ia tidak terlalu fokus hari ini. Kepalanya pusing dan suhu badannya panas, mungkin demam karena kecapaian. Niat Jeongwoo untuk segera pulang dengan bus harus dibatalkan saat mendengar bunyi klakson mobil dengan jendela yang terbuka; menampakkan sosok Yoshi yang tengah tersenyum.
"Mau pulang, Woo? Bareng aja," ajaknya.
Jeongwoo menggeleng pelan. "Nggak, Kak. Rumah kita nggak searah, nggak usah," tolak Jeongwoo secara halus.
Yoshi melongok dari jendela, alisnya berkerut menyatu. "Pucet banget mukamu, kamu sakit?"
Lagi-lagi Jeongwoo menggeleng, sudah terlalu pusing untuk sekadar mengeluarkan suara.
"Jangan denial. Sini masuk, keliatan banget kamu sakit." Yoshi hendak turun untuk memaksa Jeongwoo masuk ke dalam mobilnya.
Namun satu pasang tangan yang merangkul pundak Jeongwoo membuatnya berhenti. "Jeongwoo sama aku aja, Kak."
Yang di dalam mobil menghela nafas. "Tapi dia lagi sakit, To. Nanti malah tambah parah kalau kena angin."
Tanpa sadar, rangkulan Haruto pada pundak Jeongwoo semakin erat. "Aku bisa kasih pinjem jaketku."
"Tetep aj—"
"Stop!! Aku nggak pulang bareng siapa-siapa, aku bisa pulang sendiri!!" seru Jeongwoo sembari melepas rangkulan Haruto dan bergegas menaiki bus yang sudah berhenti di shelter tak jauh dari sana.
Kepalanya yang sudah pusing menjadi lebih pusing lagi saat mendengar perdebatan dua Pria berdarah Jepang itu.
Setelah kepergian bus yang membawa Jeongwoo, Haruto pun ikut pergi dengan motornya; meninggalkan Yoshi tanpa pembicaraan lagi.
"Kak?" Yoshi menoleh saat mendengar suara seorang perempuan di belakangnya.
Mengernyit heran karena Ia rasa Ia tidak kenal dengan gadis itu. "Ya?"
Gadis itu semakin mendekat pada Yoshi, sampai Ia berdiri di depannya. "Aku Jang Wonyoung, temennya Jeongwoo sekaligus Haruto."
"Lalu?"
Wonyoung tersenyum lebar, matanya menatap tepat pada si lawan bicara. "Kakak suka sama Jeongwoo, ya?"
"Bukan urusanmu," jawab Yoshi akan masuk kembali ke dalam mobilnya.
"Aku juga suka Haruto."
Yoshi heran, sebenernya apa maksud dari kedatangan gadis itu dan tiba-tiba mengungkapkan perasaannya. "Dan itu bukan urusanku."
"Bukannya bagus kalau kita kerja sama, Kak? Kakak bantuin aku biar Jeongwoo nggak deket-deket sama Haruto, dan aku bikin Haruto jauh dari Jeongwoo. Gimana? Bagus, 'kan?"
Tawaran Wonyoung berhasil membuat Yoshi geming memikirkannya.
•/•/•/•/
A.N— HAJEONGWOOVERSE AYO TUMPENGAN 😭😭
MY TL IS FULL OF THEM AND I LOVE IT! 🍬🌸❤️💓💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated ; Hajeongwoo [✓]
Fanfiction(+) 渡辺春虎 & 박정우 Diberi kemampuan khusus untuk melihat siapa takdirnya membuat Jeongwoo semakin membenci dirinya. ❝Can we change our fate?❞ [Semi-baku] [Fantasi] [Soulmate] [End]