10

5.6K 1.1K 153
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, benak Yoshi ribut untuk memutuskan pilihan dari tawaran Wonyoung. Gadis itu bahkan sempat memberikan nomornya karena yakin jika dirinya sedang menentukan jawabannya.

Sesampainya di rumah Ia langsung naik menuju kamarnya, merebahkan diri di kasur tanpa repot-repot mengganti baju. Kepalanya Ia tolehkan pada serambi atas yang terbuka; menunjukkan pemandangan rumah—kamar Haruto. Netranya memerhatikan Haruto yang kondisinya tak jauh berbeda dengannya. Hanya sedang berbaring dan menatap langit-langit kamar.

Selintas ide muncul dalam otaknya, Ia rogoh sakunya untuk mengambil ponsel yang tersimpan apik. Yoshi menatap lekat ponselnya, lalu mengetikkan rangkain kata untuk dikirimkan.

KanemotoYoshi
Jeongwoo, boleh ngomong?

Yoshi pikir Jeongwoo tidak akan membalasnya dengan cepat, namun mengejutkannya pria berkulit tan itu langsung membalas.

jPark
Boleh, Kak.
Ngomong apa?

KanemotoYoshi
Boleh telfon?

Tak seperti sebelumnya, ada jeda beberapa menit sebelum ponselnya kembali berdering.

jPark
Maaf, Kak, nggak bisa.
Ada yang lagi nelfon aku juga.

Yoshi bangun dari kasurnya, berjalan menghampiri serambi dan menatap Haruto yang sudah berganti posisi dengan ponsel menempel pada telinganya. Senyum dan tawa sesekali terlihat pada raut wajah tetangganya itu.

KanemotoYoshi
Sama Haruto, ya?

jPark
Iya, Kak.

KanemotoYoshi
Ohh, ya udah.
Aku nggak jadi ngomong, hahaha.

jPark
Maaf ya, Kak.

Mengabaikan pesan Jeongwoo dan menunggu Haruto selesai dengan ponselnya menjadi kegiatan Yoshi sore ini. Setelah beberapa saat, Haruto meletakkan ponselnya dan menatap balik.

Yoshi tersenyum tipis. "Aku nyerah. Jagain Jeongwoo, atau aku kejar dia lagi," ucapnya lalu meninggalkan serambi.

KanemotoYoshi
Maaf, aku nggak minat.
Silahkan usaha sendiri kalau kamu memang ingin dekat dengan Haruto.

•/•/•/•/

Hari yang melelahkan untuk Haruto. Dihantui oleh gadis-gadis penggemarnya, bertengkar secara tidak langsung dengan tetangganya, dan tidak sengaja membuat Jeongwoo marah.

Tanpa pikir panjang lagi Haruto segera mendial nomor Jeongwoo, masalah alasannya bisa Ia pikirkan nanti. Dan si empu nomor mengangkat.

"Halo? Kenapa nelfon?"

Haruto diam tak menjawab; otaknya masih memikirkan alasan apa yang harus Ia gunakan.

Sampai-sampai Jeongwoo di sebrang sana harus mengulang pertanyaannya, "Haruto? Kenapa nelfon?"

"Oh, itu, kejadian tadi sore, maaf, ya." Berterimakasih lah pada otak Haruto yang dapat diajak kerja sama disaat genting.

"Maaf buat?"

"Kamu tadi kayak marah." Tanpa sadar bibir Haruto menekuk.

Jeongwoo tertawa pelan, mau tak mau membuat Haruto ikut tersenyum. "Nggak, kok. Tadi cuma agak pusing aja."

"Sebagai permintaan maaf, besok aku traktir es krim, oke?"

"Aku lagi sakit loh? Kalau aku makin tambah parah, gimana?"

"Ya tinggal aku rawat sampai sembuh," jawab Haruto sembari tertawa renyah.

Haruto larut dalam perbincangannya dengan Jeongwoo, sampai ekor matanya mendapati Yoshi yang tengah menatapnya dari serambi. Ia berdeham pelan. "Woo, aku tutup, ya? Mau mandi."

Setelah disetujui oleh Jeongwoo, Haruto segera menutupnya dan berdiri di serambinya; menatap Yoshi dengan datar.

"Aku nyerah. Jagain Jeongwoo, atau aku kejar dia lagi."

Jujur saja, Haruto tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

•/•/•/•/

Menepati janjinya kemarin, Haruto benar-benar membawa—menyeret Jeongwoo ke toko es krim. Meski sedikit sulit karena yang lebih pendek terus menolak.

"Aku pesan dulu, kamu mau apa?"

Jeongwoo menyipitkan matanya guna melihat papan kayu bertuliskan varian rasa—Ia malas mengeluarkan kacamatanya.

Tindakan itu tentu tak luput dari perhatian Haruto. "Pake kacamatanya," saran Haruto.

Namun Jeongwoo hanya menggeleng. "Nggak mau, males."

"Padahal kamu lucu kalau pake kacamata."

Jeongwoo mengabaikannya. "Mau matcha."

Segera setelah Jeongwoo memberi tahu pilihannya, Haruto pun pergi untuk memesan.

Sedikit lama Jeongwoo menunggu hingga Haruto datang dengan dua tangan yang dipenuhi mangkuk. Setelah berterimakasih, Jeongwoo memakannya dengan tenang.

"Woo, aku tau ini tiba-tiba, tapi aku suka sama kamu. Aku mau status kita lebih dari teman."

Jeongwoo berhenti menyuap sendok ke dalam mulutnya, badannya menjadi kaku saat mendengar ucapan Haruto; Ia jelas tahu pria di hadapannya itu menyukainya, namun mendengarnya secara langsung dan pernyataan tentang status tetap membuatnya dihinggapi rasa tegang.

Satu-satunya kata yang menjadi balasan,"Maaf."

•/•/•/•/

A.N— waah.. 1K votes.. ya ampun.. huhuhu makasiih <333 maaf banget aku ga pernah balesin komen, aku ga pinter bersosialisasi.. tapi aku baca semuanya, seneng banget ngeliat komen kalian, bikin aku semangat hehehe

btw, apa kalian ga mau ngecek profil aku? ada yang baru lho 👀 HAHAHAH kurang ajar banget aku ngepublish buku baru padahal masih banyak hutang....

Fated ; Hajeongwoo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang