Pagi ini menjadi pagi paling kacau dikediam Langit, anggap saja Samudera yang datang tadi adalah pemabawa nasib buruknya. Pasalnya, pagi ini Biru menemukan Langit sudah terkapar tidak sadarkan diri persis disebelah ranjangnya, lalu dengan segera mereka membawanya kerumah sakit, dan tau apa berita paling buruknya.
"Pasien mengalami komplikasi, pembesaran hati." Wooyoung langsung menundukkan kepalanya sementara Gara menyisir rambutnya frustasi, padahal mereka baru saja ingin membawa sang Ibu pergi pengobatan untuk yang pertama tapi sialnya uang yang mereka kumpulkan masih kurang.
"Tapi Ibu saya gapapa kan dok?" Sang Dokter tersenyum
"Tugas kita haya meminta dalam doa, sisanya kita serahkan kepada Tuhan ya?" Ah sudahlah kalimat itu sama saja seperti petir disiang bolong.
Selesai dengan percakapan panjang itu, mereka keluar dari ruangan itu dengan langkah gontai. Biru mencari sosok kekasihnya yang katanya akan menunggu diluar, tapi dimana ia sekarang?
"Biyuu!" Sang pemilik nama berbalik dan menemukan Samudera yang tengah berlari kearah mereka
"Gimana sayang? Dokter bilang apa?" Biru tak menjawab dan malah memeluk tubuh kekar itu erat
"Kenapa hm?" Tanya Samudera lembut sambil mengusap rambut simanis. Sementara Gara melanjutkan langkahnya menuju ugd, yaa Langit masih disana.
"Ibu komplikasi pembesaran hati." Sura Biru teredam akibat menyembunyikan wajahnya didada sang dominan. Samudera diam, tidak tau harus memberikan kalimat pemenang seperti apa, apa ia harus mengatakan semua akan baik-baik saja? Apa mungkin? Atau akan terdengar terlalu denial?
"Gapapa sayang, ada aku kok." Biru menggelengkan kepalanya, Samudera bisa merasakan dadanya basah
"Kamu harus kuat buat Ibu ya? Boleh nangis tapi ga boleh lemah. Biyu punya Samudera, Biyu bisa minta apa aja, Samudera janji bakal bantu." Biru melepaskan pelukan itu dan menatap sang kekasih dengan mata merahnya
"Mau Ibu selamanya!" Samudera tersenyum dan menarik sosok itu untuk kembali bersembunyi didadanya.
•••
Kini, Biru, Gara, Samudera dan Yovie tengah berkumpul untuk membahas perihal uang terapi Langit.
"Gue bisa bayarin semuanya! Kalian tenang aja."
"Gue janji bakal ganti, ya walaupun nyicil—"
"Bang! Ibu Biru Ibu gue juga. Lo ga usah repot-repot mikirin gantinya." Gara menatap kekasih Adiknya itu, didalam hati ia bersyukur karena Samudera ini berasal dari keluarga kelas atas dan dengan senang hati membantu mereka.
"Makasih Samudera." Samudera tersenyum dan menatap kekasihnya itu
"Gapapa sayang, aku kan udah janji bakal bantu." Biru mengangguk lalu memeluk kekasihnya itu untuk kesekian kalinya.
Setelah diskusi singkat itu Samudera dan Yovie pulang kerumah masing-masing dan akan kembali paginya untuk menemani kemoterapi Langit yang pertama.
"Abangg, Adekkk." Merasa terpanggil mereka berlari menuju kamar dan menemukan Langit yang tengah tersenyum kearah mereka dalam posisi duduk.
"Kenapa Bu? Ibu butuh sesuatu?" Tanya Biru yang langsung dijawab anggukan oleh sang Ibu
"Sini! Ibu lagi butuh kalian, kangen tau meluk kalian sebelum tidur," keduanya saling tatap lalu segera mengambil tempat masing-masing. Gara dikiri sedangkan Biru dikanan, Langit tersenyum lalu merangkul keduanya.
"Dulu, Adek ga bisa tidur kalo ga Ibu puk-puk, sekarang udah bisa sendiri hm?" Langit melirik anak bungsunya
"Udah dipuk-puk Sam dia mah, Ibu tau ga? Gara pernah ga sengaja liat Adek tidurnya masih kaya bayi! Mana isep jempol!" Biru segera menatap tajam sang Abang
![](https://img.wattpad.com/cover/247781675-288-k708912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BElieVE [ATEEZ BXB]
Fanfiction"Bahkan mereka tetap pergi, setelah mereka berjanji." BACA DULU!!! •BXB •LOCAL NAME •OMEGAVERS