Abhi mengelus kalung di telapak tangannya dengan lembut. Ada rasa tak biasa tiap ia melihat benda itu yang membuat ia bertanya-tanya, siapa pemilik kalung tersebut?
Abhi mengusap wajahnya kasar. Tadi, ia terbangun dari tidurnya karena bermimpi tentang seorang wanita yang berteriak padanya. Sayangnya, wajah wanita itu tidaklah terlihat jelas. Ia mencoba mengingat, apakah ia mengenal wanita itu? Ada hubungan apa di antara mereka? Kenapa mimpi yang sama selalu datang hampir tiap malam selama kurang lebih dua bulan ini.
"Pasti ada yang ku lewat kan," gumam Abhi. "Tapi apa?"
Abhi melirik jam weker miliknya yang menunjukkan pukul satu dini hari. "Lebih baik aku tidur lagi."
🍂
Saat ini Abhi sudah kembali masuk kantor seperti biasa. Nyeri di kakinya pun sudah jarang terasa. Bahkan, ia sudah bisa menyetir mobil sendiri. Seperti saat ini, Abhi yang baru saja selesai melakukan meeting di luar kantor dengan rekan kerjanya, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Saat melewati toko kue langganan Salma, Abhi berniat mampir untuk membelikan kue kesukaan ibunya itu.
Saat sedang menunggu pesanannya dibungkus, Abhi dikagetkan dengan pelukan erat di kakinya. Sontak ia menoleh ke bawah. Lalu, ia berjongkok di depan anak kecil tersebut yang otomatis membuat pelukan di kakinya terlepas.
Dapat Abhi lihat, mata jernih anak kecil itu mengerjap lucu saat melihatnya. Dan tunggu, sepertinya ia pernah melihat anak yang kini tengah menatapnya bingung.
"Halo, nama kamu siapa, Sayang?"
"Bhara, Om," jawabnya malu-malu.
Abhi baru akan membuka mulut kembali ketika ada suara seseorang yang ia kenal.
"Bhara, kok lari. Gimana kalau jatuh?"
"Kakak." Bhara menghambur memeluk Saka. Ia menyembunyikan wajah lucunya ke ceruk leher kakaknya itu.
"Saka, ini beneran kamu?" tanya Abhi heran. Pasalnya yang ia tahu Saka tinggal di Jakarta, tapi kini anak itu ada di sini.
Saka pun menoleh. "Om Abhi. Iya, ini Saka."
"Kamu sama siapa di sini? Terus dia siapa?" tanya Abhi sambil menunjuk Bhara.
"Saka ke sini sama bunda dan adik, Om. Ini Bhara adik Saka."
Abhi menganggukan kepalanya. Lalu, ia mengajak Saka dan Bhara duduk di kursi kosong tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.
"Kenapa tadi lari-lari, hem?" tanya Saka pada Bhara.
"Tadi, Bhara kira om itu ayah. Terus Bhara peluk kaki om itu," bisik Bhara di telinga Saka yang masih bisa didengar oleh Abhi.
Saka menepuk jidatnya. "Maafin adik Saka, ya, Om. Bhara mengira kalau Om adalah ayah. Mungkin karena kemeja Om sama kayak punya ayah."
"Nggak pa-pa," ucap Abhi maklum. Ia senang bisa bertemu dengan Saka di sini. Walau dalam hati ia masih bertanya-tanya tentang Bhara.
Mereka pun mengobrol sambil bercanda. Bahkan, Bhara sudah tak malu-malu lagi pada Abhi.
"Bunda cariin ternyata kalian di sini."
Bhara menghambur ke pelukan Sekar ketika melihat kedatangan bundanya itu.
"Tadi Saka cari adik, Bun. Nggak taunya adik salah peluk om Abhi, dikira ayah," jelas Saka sambil tertawa.
"Oalahh, maafkan anak saya, Mas." Sekar memandang pria yang duduk di depan Saka.
"Iya, Bu. Namanya juga anak-anak."
"Bunda duduk sini." Saka menepuk kursi kosong di sampingnya. Sekar pun duduk sambil memangku Bhara yang bergelayut manja di pelukannya.
Saka bercerita pada Sekar tentang Abhi. Sekar pun menganggukan kepala tanda mengerti.
"Maaf, Mas. Kalau nggak salah kita pernah bertemu dulu di sini, ya?"
Abhi nampak berpikir.
"Anda yang dibilang om Ganteng sama Bhara, kan?
"Oh, iya. Pantesan, kok saya kayak pernah lihat wajah Bhara. Tapi saya benar-benar lupa tadi. Sekarang saya ingat, anda Ibu Sekar, kan?"
"Iya."
Sekar pun menjelaskan pada Saka tentang pertemuan tak sengaja mereka sekitar lima belas bulan yang lalu.
Sedangkan di depan pintu masuk, seorang pria yang baru saja masuk dengan menggendong putrinya, tampak mengepalkan telapak tangannya ketika melihat Sekar tengah berbincang bersama seorang pria sambil tertawa.
🍂
"Di sini rumahnya?" tanya Salma.
"Iya, Bu. Ayo kita turun!" Andi keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Salma.
Andi menekan bel yang ada di samping pintu sambil mengucap salam. Tak lama kemudian, terdengar jawaban salam diikuti terbukanya pintu berwarna putih itu.
"Benar ini rumah bu Dina?" tanya Andi pada wanita paruh baya yang tadi membuka pintu.
"Benar, Pak, Bu."
"Bu Dinanya ada?"
"Ada di dalam. Silakan duduk!" Saya panggilkan non Dina dulu."
Salma menunggu dengan gelisah. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Dina dan juga cucunya. Ya, Ardi sudah memberitahu kalau Dina melahirkan cucunya.
Sebenarnya, setelah Abhi kembali dari rumah sakit dulu, Ardi menyewa orang untuk mencari tempat tinggal Dina. Namun, ketika ia memberitahu Abhi tentang Dina, bukannya ingat justru kesehatan Abhi menurun. Itulah sebabnya, sejak saat itu tak ada lagi yang berbicara tentang Dina.
Sampai sekitar enam bulan yang lalu, ia melihat Dina yang akan melahirkan di rumah sakit, didampingi seorang pria dan juga seorang wanita. Ia kembali bertanya tentang Dina pada Abhi, tapi temannya itu tetap tidak mengingatnya. Akhirnya ia hanya mampu diam.
Dan beberapa hari yang lalu, ia melihat Dina di bandara bersama pria dan wanita yang ia lihat di rumah sakit, yang ternyata adalah Sekar dan suaminya, bersama anak-anak mereka.
"Maaf, menunggu lama, tadi anak saya rewel." Dina datang sambil menggendong Kiran.
"Di--Dina," ucap Salma dengan bibir bergetar. Meski sudah tua, tapi ia masih ingat kalau wanita yang kini duduk di hadapannya itu adalah Dina, pemilik Dina's Bakery.
"Iya, saya Dina. Apa kita pernah bertemu? Oh ... Ibu pelanggan di toko saya, ya," ucap Dina sambil tersenyum. Ia ingat kalau Salma adalah pelanggan yang sering mengunjungi tokonya, bahkan mereka beberapa kali mengobrol.
Salma mengangguk, lalu ia berdiri dan menghampiri Dina. Ia memandang bergantian antara Dina dan juga bayi cantik dalam gendongan Dina. Bulir bening berlomba keluar dari kedua matanya.
"Ibu kenapa nangis?" tanya Dina heran.
"Bolehkah Ibu memelukmu, Nak?" Tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, Salma lebih dulu memeluk Dina.
"Maafin Ibu, Nak. Maafin nenek."
🍂
Seorang pria sedang duduk di gazebo di belakang rumahnya. Ia memandang benda berkilau yang ada di telapak tangannya.
Kenapa pria itu memiliki kalung ini? Ada hubungan apa ia dengan istriku?Aku harus mencari tahu.
Tadi, saat ia sampai di Dina's Bakery untuk menjemput istri dan anak-anaknya, ia melihat mereka sedang berbincang dengan seorang pria. Lalu, ia menghampiri mereka.
Setelah berbincang sebentar, pria itu pun pamit.Tanpa sengaja, indra penglihatannya menangkap sebuah benda berkilau yang ada di kursi yang tadi diduduki pria itu. Lalu, tanpa sepengetahuan istrinya, ia mengambil dan memasukkan benda tersebut ke dalam saku celananya.
"Aku harus menemui pria itu."
🍂
Cek tipo teman-teman 🤗
Salam sayang dariku 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Jodoh - End (Sudah Terbit - Repost )
RomanceCover by Henzsadewa 🍂 Pengkhianatan oleh kekasih dan sahabatnya membuat Abhi tak percaya lagi akan adanya cinta. Hatinya seakan mati membuat ia enggan membuka hati dan merajut kasih dengan wanita mana pun. Apakah Abhi akan tetap bertahan dengan pri...