Bab 7

7.6K 956 49
                                    

Rosyaline putri

°
°
°
°
°
°
°

Seorang pria berseragam guru menatap pemuda di depannya tajam.

"Kamu yakin akan terus perjuangin dia?" tanya pria itu kepada orang di depannya.

"Aku serius, Pa. Aku nggak akan nyerah, udah lebih dari tiga taun aku perjuangin dia," jawabnya menatap pria yang dipanggil Papa itu.

"Papa tau bahkan kamu diam-diam ikut membiayai pengobatan dia ke psikolog," jawab pria itu menyugar rambutnya ke belakang. Dia stres dengan keputusan anaknya ini, katanya berjuang tapi kok diam-diam.

Bahkan anaknya ini meminta dia untuk menjadi guru di sekolahnya, tidak cukup sampai di sana anaknya ini menyuruh dia untuk mengajar di kelas pujaan hatinya.

Hanya untuk mengetahui lebih dalam seluk beluk orang yang disayanginya itu. Yang sedang jatuh cinta itu anaknya tapi dia juga ikut di seret oleh anaknya ini.

"Kamu terlalu pengecut, Son. Kalau suka, ya, berjuang terang-terangan dong."

"Aku gak bisa, Pa." Pemuda itu berkata lesu. Sudah berapa kali dia mencoba untuk memantapkan hati tapi tetap dia tidak bisa. Benar kata Papanya Dia pengecut.

"Aku cuman bisa lindungi dia sebagai teman. Nggak yang lain," sambungnya menunduk.

"Katanya kamu cinta dia," ledek Sang papah.

"Sangat," balasnya serak, matanya mulai berkaca-kaca saat mengingat kejadian kemarin.

"Perjuangin dia terang-terangan kalau kamu terus diam kayak gini, dia gak bakal tau kalau kamu suka dia," terang pria itu. Dia sudah berulang kaki menyadarkak putranya agar berjuang terang-terangan.

"Wanita suka diperjuangkan, Son," sambungnya.

Pria itu mengusap bahu anaknya yang bergetar karena menangis, anaknya ini mencintai gadis itu secara diam-diam dan terlalu dalam.

"Menjadi temannya tidak cukup membuktikan kalau kamu sayang dia. Jaga dia sebagai laki-laki," saran pria itu kepada anaknya.

"Aku takut, Pa. Aku bingung. Aku gak pernah tau sebenarnya dia kenapa, bahkan dokter psikolog sialan itu cuma bilang kalau dia depresi dan hampir gila," terangnya menunduk membayangkan apa yang dialami gadisnya.

"Bahkan aku gak bisa nebak dia Pa, tiga tahun aku merhatiin dia, aku gak pernah bisa nangkap apapun," sambungnya pelan, air matanya masih menetes, mencintai dalam diam itu sakit.

"Papa aja gak bisa nebak dia, Boy. Gadis itu mampu merubah perilakunya dalam hitungan detik," balasnya menerawang kejadian yang ada disekolah nya.

Gadis yang dicintai anaknya ini abu-abu, satu tahun setengah memperhatikan murid kesayangan anaknya ini.

Dia melihat gadis itu dapat bahagia dan hancur disaat yang bersamaan, gadis yang sedang diperjuangkan anaknya ini terlalu sulit untuk ditebak.

"Pa, apa yang dapat membuat seseorang kecanduan benda haram," tanyanya.

"Papa liat dia gak baik-baik aja. Son, mungkin dia gila?"

Pemuda itu malah semakin terisak, dia ingin sekali menggapai gadis itu tapi sulit.

"Son, kamu gak papa punya pacar gila?" gurau pria itu kepada anaknya.

"Harusnya aku yang tanya. Papa gak keberatan punya menantu gila?" balas anaknya telak.

Malus [Gadis bertopeng Luka] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang