part 3

10 2 0
                                    

Bismillah..
Kalau kamu lelaki, bantu hadapi masalah yang ada pada wanitamu dan menerima masa lalu juga kekurangannya dengan lapang dada.
Karna wanita membutuhkan pelindung, bukan seorang playboy.

Alfathan Nizam.

>>><<<

"Nizam? Aku mau kasih kamu pertanyaan, tapi kamu harus jawab cepat." Ucap gadis berjilbab ungu itu.

"Oke, siapa takut. Mulai aja," balas cowok itu angkuh.

"Baiklah, daun pohon warna?"

"Hijau!"

"Sepatu kamu warna?"

"Abu-abu!"

"Suka aku nggak?"

"Suka!"

Seketika kuping cowok itu memerah mewakili perasaan-nya yang malu.

"Cieee Nizam suka aku."

"Ng.. nggak gitu Anindia,"

"Trus gimana tuan Nizam? Author bilang, kata-kata pertama adalah yang paling jujur." Ujar gadis itu menatapnya intens, meminta penjelasan.

"Pokoknya.. ah.. jangan salah faham intinya," Ucap Cowok itu semakin salah tingkah.

"Iya deh aku tau, mana mungkin juga cowok ganteng dan tajir kayak kamu suka sama cewek yang nggak jelas seperti aku."

"Nindi, aku suka sama kamu!"

"Aku tau, kamu suka aku sebagai sahabat. Aku juga suka kok sama kamu," balas gadis itu.

"Bukan i..tu.."

"Jangan bilang kamu suka sama aku sebagaimana sukanya cowok ke cewek?" Tanya gadis itu membuat sang cowok mengangguk-kan kepala.

"Makasih, tapi jangan bikin lelucon kayak gitu Nizam. Garing," tawa gadis itu pecah.

"Jangan sia-siakan hidup kamu buat menyukai aku Nizam, karna kalau kamu tau seperti apa kehidupanku juga masa laluku. Kamu akan meninggalkan aku, dan tak ingin mengenalku lagi."

"Nindi..." Alfathan terbangun dengan nafas terengah-engah saat suara terakhir yang ia dengar dari mimpi itu. Mimpi yang terus menerus menghantuinya saat ia mulai memikirkan Safara.

"Safara.. Maafin aku, aku gagal! Aku nggak nepati janji aku!" Alfathan menjambak rambutnya frustasi.

Tok.. tok.. tok..

"Nizam? Nak.." panggil sebuah suara dari balik pintu kamar.

"Iya ma buka aja, pintunya nggak Nizam kunci." Jawab Alfathan.

Pintu pun terbuka dan seorang wanita paruh baya terlihat masuk membawa segelas air putih.

"Tadi mama nggak sengaja denger kamu manggil nama 'Nindi', kenapa? Kamu mimpi buruk lagi yah nak?" Tanya Diah sambil mengelus kepala putranya itu.

"Iya ma, Nizam mimpi Nindi lagi ma. Nizam bersalah sama dia ma, Nizam nggak pantas jadi sahabat dia ma.." lirih Alfathan, ia mulai menunduk dan tanpa permisi air itu jatuh begitu saja melalui mata seperti almond itu.

"Rasanya sesak ma, Nindi pasti sangat menderita.." ucap Alfathan disela isaknya.

"Nggak sayang, Nindi pasti ngerti. Kamu jangan salahin diri kamu sendiri, dan kamu jangan terpuruk kayak gini nak. Kamu harus semangat untuk nepati janji kamu sayang." Ucap Diah memeluk anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Safara Anindia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang