“Dengan luka luka di tubuhnya, apa benar gadis itu suka menindas dari pada di tindas” gumam kloningan Sehun pelan sambil melihat bekas cakaran hasil dari maha karya seorang Jung Haera di tangan kirinya.
“Aku menemukanmu kucing liarku”
***
Pagi harinya kala matahari yang tak malu malu lagi menampakkan sinarnya, Haera terbangun di sebuah kamar mewah bernuansa laki laki dengan aroma kamar yang begitu maskulin.
Semalam kakaknya pemilik tubuh yang sebelumnya Woojin Damanjaya membawa Haera masuk kedalam mobil yang sudah terdapat seorang sopir di dalamnya, sedangkan Tuan Damanjaya masih di kantor polisi untuk mengurusi beberapa hal penting tentang kesalah pahaman Haera yang ternyata berlangsung dengan sangat mudah.
Awalnya Tuan Damanjaya mengira hal ini bakalan lama, mengingat putrinya Haera yang di introgasi begitu lama sebelumnya, namun apa! Polisi Deon dengan entengnya berbicara.
“Saya tahu pak ini hanya sebuah kesalah pahaman, saya juga sudah melihat bukti CCTV yang di kirimkan pemilik mini market dan juga CCTV di pinggir jalan, Nona Haera memang tidak bersalah, dan juga pencuri itu memang sudah kami incar sebelumnya, jadi Nona Haera tidak ada sangkut pautnya sama sekali” ujarnya kala itu membuat Tuan Damanjaya sedikit kebingungan.
“Lantas kenapa Bapak polisi mengintrogasi anak saya begitu lama?” tanya Tuan Damanjaya yang kala itu benar benar bingung dengan jalan fikiran polisi muda di depannya ini.
“Jika Saya melepaskannya terlalu cepat takutnya dia tidak kembali kerumah sebelum bapak menyusul” jawabnya santai lalu pamit masuk kedalam kantor kembali.
Sedangkan Haera, semalam dia benar benar kesal pada Woojin yang membawanya secara paksa, apalagi Haera tidak mengingat apapun tentang kedekatannya dengan laki laki yang ternyata kakak dari pemilik tubuh yang asli, jadi selama perjalanan Haera hanya diam.
Dia bahkan menghiraukan dua orang wanita yang hendak memeluknya dengan tangisan bombaynya, membuat Haera sedikit jijik karna mereka terlalu berlebihan.
Dan setelah sampai Haera segera nyelonong begitu saja masuk ke salah satu kamar tanpa tahu kamar siapa, dan langsung menguncinya menganggapnya kamarnya sendiri.
Woojin sendiri masih canggung, entah kenapa dia merasa adik polosnya telah berubah dan bahkan melupakan kamar tidurnya sendiri, jadi Woojin hanya pasrah kamarnya di huni Haera untuk sementara waktu, akibat Haera yang terlalu gengsi untuk bertanya.
“Haruskah aku pergi atau menetap di sini” gumam Haera pelan sambil memikirkan kemungkinan kemungkinan yang kini berputar putar dikepala cantiknya.
Jika Haera pergi maka dia tidak akan mengetahui kebenaran tentang malam itu, kenapa dia bisa berada di kamar hotel bersama kloningan sehun dengan keadaan tanpa busana, apalagi melihat kondisi tubuhnya apa benar Haera ini di sayang di keluarganya, kenapa luka luka ini seakan menunjukkan kekerasan dalam rumah tangga.
Atau lebih parahnya si kloningan sehun itu yang melakukannya, tapi jika Haera lihat lebih teliti lagi, ternyata di punggungnya ada luka bekas cambukkan yang kemungkinan sudah sangat lama, bahkan sudah hampir sembuh dan tidak terasa sakit lagi.
Ini benar benar rumit menurut Jung Haera, untungnya kali ini dia memiliki kemampuan turunan dari Qiqi, jadi dia bisa mengecek kondisi kesehatannya sendiri hingga melihat luka cambuk yang menurutnya aneh.
Dan lagi, kenapa Haera di bawah kerumah ini? apa ini rumah Tuan Damanjaya yang merupakan ayah dari pemilik tubuh yang sebelumnya, lantas siapa anak laki laki yang semalam membawanya.
“Haruskah aku pergi saja, tapi melihat tubuh gadis ini kurasa dia dalam bahaya setiap harinya” gumam Haera pelan lalu beranjak pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Haera untuk mandi, kini tubuhnya sudah berbalut bathrobe yang kebesaran, bahkan hampir menjadi jubah untuknya.
Dengan langkah pelan Haera mendekati lemari besar yang isinya banyak sekali kemeja laki laki dan juga kaos kaos besar yang mungkin akan menenggelamkan tubuhnya.
“Huft … sebenarnya aku ini sedang di kamar siapa” ujarnya lalu mengambil kaos bewarna hitam yang ukurannya sangat besar hingga menyentuh dengkulnya, membuat Haera malas memakai bawahan lagi.
Tok… tok… tok…
“Non Haera, Tuan dan yang lainnya menunggu Nona di bawah untuk sarapan” ujar seseorang yang berbicara dari balik pintu membuat Haera membuang nafasnya kasar.
Dia sudah tahu hal ini akan segera terjadi.
Tanpa menyahuti segera Haera membenahi penampilannya, tidak lupa dia membalut sebelah matanya menggunakan perban yang berhasil dia temukan di kotak P3K milik orang di kamar itu, karna eye patchnya yang tertinggal di kantor polisi bersama makanan makanannya.
Dan yah, dia belum membeli lensa kontak.
Tidak lupa Haera juga mengobati kembali kepalanya yang bocor dan menutupnya dengan plaster, wah wah penampilannya kini benar benar seperti gadis berandalan dengan bayaknya luka habis tawuran.
Cklek…
“Ah Nona sudah bangun” ujar seorang wanita paruh baya kepada Haera yang kini nyelonong begitu saja ke arah meja makan tanpa menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya yang dia yakini adalah pembantu disana.
Kini semua orang menatap Haera dengan pandangan yang err … sulit di artikan, penampilan Haera benar benar berbeda apalagi mata kirinya yang kini tertutup perban, Haera juga tidak memakai celana panjang dan juga baju lengan panjang membuat luka luka goresnya terpampang begitu saja.
‘Sial!! bagaimana bisa Jal*ng itu tidak memakai baju dan celana panjang seperti biasanya’ batin seseorang dengan keringat dingin yang sudah mengalir di dahinya.
“Hiks … hiks … kakak, aku- aku mengira kakak- sudah pergi jauh huaaaa” ujar seorang gadis yang tidak lain adalah Raya adik dari Haera Damanjaya dengan tangisan yang sudah meleleh keluar begitu saja.
Melihat itu Haera hanya memandang Raya dengan tatapan datar lalu mengambil nasi goreng dengan porsi banyak dan langsung duduk di kursi kosong dekat Woojin dan memakan makanannya dengan khidmad.
Percayalah Haera sudah menahan lapar semenjak bangun dari kematian.
“Sudah sudah, mari makan dulu jangan berbicara” ujar Tuan Damanjaya dengan nada tegasnya namun matanya menatap Haera dengan tatapan sayu yang tidak bisa di sembunyikan.
‘Sial!’.
Sarapan pagi itu berlangsung dengan suasana canggung kecuali Haera yang sedang menikmati makanannya tanpa suara, ah jika begini dia jadi rindu Qiqi si minion karna biasanya robot itulah yang menyiapkan makanan untuk Jung Haera yang sebatang kara.
“Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu?” tanya Tuan Damanjaya kepada Haera yang kini meminum segelas air putih di hadapannya tepat setelah sarapan selesai.
“Kalian siapa?” tanya Haera tiba tiba sambil meletakkan gelasnya dengan kasar membuat semua orang terlonjak kaget.
“Haera, kamu melupakan kakak?” tanya Woojin dengan suara parau sambil memengang tangan Haera yang langsung disentak dengan kasar oleh si empu.
“Apa aku punya kakak?” bukannya menjawab Haera malah kembali bertanya membuat Woojin menunduk sedih.
Apa ini karna dirinya yang tidak mempunyai waktu luang untuk adiknya hingga membuat sang adik melupakannya.
“Haera ayah tahu ayah salah, tapi kamu jangan main main nak” ujar Tuan Damanjaya dengan suara beratnya membuat Haera sedikit tertegun.
“Jadi kamu adalah ayah saya?” bukannya menjawab Haera malah balik bertanya membuat Tuan Damanjaya menghembuskan nafasnya kasar.
“Panggilkan dokter!!”
Bagi Haera mungkin pura pura hilang ingatan adalah jalan tercepat agar masalah ini cepat selesai juga, tapi dia perlu tahu siapa dalang di balik penganiayaan tubuhnya.
TBC.
Jangan lupa tinggalkan jejak vote, like dan komen ya guys❤❤ biar author makin semangat ngetiknya💪💪
see you💃💃
![](https://img.wattpad.com/cover/249179542-288-k357668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother X Mafia (Time Travel Jandral Jung Haera)
FantasyUp setiap hari💃 (KARYA SENDIRI) Jung Haera Komandan pasukan khusus abad 25 yang merangkap sebagai Dokter Tentara di bawah naungan FBI Amerika. Haera Pmeninggal dunia akibat penghianatan dari tangan kanannya, yang mengincar robot tempur buatannya. N...