9💫

11 10 0
                                    

19:00
...
Reta sudah kembali kerumahnya, seharian ia sudah menghabiskan waktu di mall bersama kedua sahabatnya

Setelah melakukan rutinitasnya, ia beranjak ke ruang tv, niatnya mau menonton tv, namun setelah sampai ia justru memainkan handphonenya.

3 panggilan tak terjawab

"Malik? Ngapain dia nelpon gue?" Gumam Reta

Tak lama handphone Reta berbunyi menampilkan panggilan masuk, nama yang tertera di layar adalah nama Malik

Reta menangkatnya, namun ia belum berbicara sepatah katapun

"Hallo" suara Malik terdengar jelas ditelinga Reta, namun yang di sapa tidak mengeluarkan suara sedikitpun

"Aku minta maaf, maaf jika selama ini aku nyakitin kamu" Kalimat itu berhasil membuat Reta membisu, benar-benar membisu

"Jujur, waktu itu aku ga ada niat untuk nyakitin kamu, aku memang di jodohin saat itu tapi jujur sejujurnya, aku ga ada perasaan apa-apa sama Frisca, tapi setelah aku datang ke Lampung dan aku nemuin kebahagian aku yaitu kamu, Reta Aulia" terdengar suara Malik yang kini sedang menahan tangis

"Ya aku tau, mungkin bisa kamu simpulin dulu itu hanya cinta monyet, tapi itu juga bisa buat aku susah move'on loh" Hiks..

"Kamu harus tau? Waktu kita masih deket aku selalu bilang ke Bunda kalo aku ga setuju dijodohin, dan Bunda negasin ke aku, boleh batalin perjodohan itu kalo aku udah punya pacar sendiri, tapi setiap aku mau ngenalin kamu ke Bunda, kamu kekeh bilang malu, iya ini salah kita, bukan aku yang ga mau perjuangin kamu, tapi aku juga ga bisa maksa kamu untuk bilang ke Bunda kalo kita pacaran, dan sampai sekarang Bunda taunya kita cuma sahabatan" Malik menjelaskan semuanya pada Reta

"Soal perjodohan itu, bukan aku gamau ngebatalinnya, tapi Bunda tetap kekeh sama prinsipnya, dan aku sendiri ga bisa nemuin lagi sosok yang bisa gantiin kamu, sampai sekarang kamu masih pemilik tahta tertinggi itu" mendengar kalimat itu Reta kini menangis namun tidak mengeluarkan suara.

"Maaf ya aku telat jelasin ini ke kamu, bukannya aku ga mau jelasin, tapi kamu langsung blokir nomor handphone aku, ya aku tau, aku jelasin sekarang juga ga akan ngerubah apapun, kamu tetep benci sama aku kan? maaf, jika nanti akhirnya aku harus menikah dengan Frisca, tapi kamu jangan khawatir"

"Aku ga mau munafik, mau bagaimana pun kamu pernah buat aku bahagia dan kamu tetap pemilik tahta tertinggi itu, dan aku berdoa semoga kamu bisa bahagia bersama orang yang ga akan pernah nyakitin kamu, maaf aku gagal untuk perjuangin kamu, aku sayang kamu." tut..tut.. Malik memutuskan panggilannya

Kini Reta masih membisu, nafasnya sangat sulit untuk ia hembuskan, entah dia tidak tau harus berbicara apa?

Huft...

"Ini sih bukan hangout malah nambah beban pikiran" Reta menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Kenapa dek?" Denis duduk disebelah Reta posisinya mereka sedang berada diruang tv

"Gapapa bang, cuma lagi mikir aja"

"Emangnya kamu mikir apaan?"

"Abang masih inget ga sama nama Malik?" Denis terdiam seraya mengingat nama Malik

"Ooooh iyaaa iyaa" Denis menganggukan kepalanya "pacar kamu waktu SMP?" Denis memastikan

Reta memang selalu bercerita kepada Denis, maka tak heran jika Denis lebih tau apa yang sedang di rasakan adiknya itu

Reta bukan tipikal orang yang tertutup, malah sebaliknya ia sangat terbuka, akan tetapi ia sangat jarang mempublish masalahnya sendiri.

"Mantan" Ralat Reta

"Ehm iya iya" ucap Denis "terus?"

"Dia balik lagi ke Lampung, em kuliah di kampus Reta.. bahkan kita satu meja" Reta kembali menatap lurus dengan tatapan kosong

"Terus?"

"Terus terus aja, cem kang parkir" Reta menatap Denis dengan kesal

"Kan abang belum tau apa yang kamu pikirin,"

Reta menyenderkan tubuhnya di sofa
"Kenapa sih aku ga bisa benci sama dia? Padahal dia udah ngecewain aku" ia menarik nafasnya dalam

Huft "Aku bingung, kenapa aku ga bisa lupain dia, padahal dulu itu hanya cinta monyet, cintanya anak kecil, tapi.." Reta menggantung ucapannya

Denis menarik tubuh Reta kedalam dekapannya, ia sangat tau saat ini adiknya sangat rapuh.

"Kamu tau ga? Kalo kita mencoba membenci seseorang hanya karena kesalahannya, kita ga akan pernah bisa lupain dia, malah selalu keinget terus loh.. yang ada nyiksa diri sendiri, siapa yang akan rugi? Diri sendiri kan? Nah sekarang apapun yang terjadi di masalalu, abang mau kamu ikhlas, ikhlas dalam hal memaafkan, merelakan, bahkan menyerahkan semuanya kepada yang di atas? Jangan bilang ini sulit, kalo kamu berpikir ini sulit otomatis kamu mensugesti diri kamu sendiri untuk terus ga bisa" ucap Denis yang masih memeluk sang adik dengan sangat erat.

"I'm sure you can get through this all, abang yakin kamu bisa melewati semua ini" Sambungnya seraya tersenyum hangat

Reta benar-benar tertampar dengan ucapan Denis, ucapannya sangat benar untuk apa membenci jika memaafkan adalah jalan keluarnya.

Memaafkan bukan karena dia berhak di beri kesempatan, akan tetapi diri kita berhak mendapatkan kedamain.

Perlu diketahui Denis adalah seorang psikiater, tak salah jika Reta selalu mendapat ketenangan jika sudah mencurahkan isi hatinya pada Denis.

"Makasih bang," ucap Reta terharu

"Dah jangan nangis, tambah jelek nanti, mending kita nonton OVJ" ucap Denis tertawa lalu menyalakan tv

"MAH, PAH, AYO NONTON" pekik Reta

"Jangan teriak teriak Papah lagi ngaji" Sarah datang menghampiri Reta dan Denis di ruang tv "sebentar lagi isya ayo siap-siap sholat berjamaah" lanjutnya

"Siap ibu negara" ucap mereka serentak.

HAIHAIHAIHAI

JANGAN LUPA VOTE

SEE YOU

Move'on Kuy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang