11. MANIS & BOLONG

62.1K 7.7K 422
                                    

"Mengapa perempuan lebih sering merasakan sakit? Karena hadirnya untuk diistimewakan dan dilembutkan, bukan malah dirusak."

Baca part ini jam berapa?
Jangan lupa vote dan ramaikan komentar, ya. Follow juga biar afdol.

Wajah-wajah cemas menyertai keluarga Irgi yang tengah menunggu di depan ruangan di mana terdapat Luvi tengah ditangani tim Dokter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah-wajah cemas menyertai keluarga Irgi yang tengah menunggu di depan ruangan di mana terdapat Luvi tengah ditangani tim Dokter.

Tak sedetik pun Irgi berhenti melafazkan do'a. Terus memohon kepada Allah supaya permaisurinya baik-baik saja.

Mendapati itu, Agis mengusap prihatin pundak putranya. Menyalurkan kekuatan. "Papa yakin istri kamu kuat. Kita berdo'a saja untuk kesembuhan, Luvi."

Irgi mengangguk. Lalu tak lama pintu ruangan terbuka. Menampakkan Renata dengan jas dokternya. Kontan Irgi berdiri. Bersicepat menanyakan keadaan Luvi. Sementara di jarak satu meter, Halika termenung kosong. Masih dengan tangisannya yang belum reda. Dia merasa sangat bersalah dan amat terpukul.

Tanpa sepengetahuan mereka berulang kali Halika membenturkan kepala ke tembok. Terus menyalahkan dirinya sendiri atas insiden ini. Bodoh! Kenapa kamu harus minta es krim, Lika?! Coba kalau langsung pulang pasti Teh Luvi sehat-sehat aja!

"Irgi, Luvi hamil tapi kamu nggak ngasih tau Mama?" Renata berujar. Menatap manik putranya.

Hamil? Irgi mengerjap. "Maksudnya Ma?"

Renata menghela panjang. "Luvi sedang mengandung anak kamu Irgi. Usianya udah tiga minggu, tapi Tuhan memiliki rencana lain. Janinnya keguguran akibat benturan keras." Beliau menjelaskan serentet mungkin membuat bahu Irgi terkulai, lemas. Ia tidak tahu menahu tentang hal ini dan Luvi pun tak pernah memberi tahunya.

"Sekarang Luvi gimana, Ma?"

Senyum Renata tercetak samar. "Alhamdulilah, udah sadar. Kamu boleh masuk, tapi jangan buat dia kepikiran sama masalah ini, ya. Takutnya malah drop."

Usai mengangguk, Irgi buru-buru membuka pintu. Mendekati ranjang pasien yang menidurkan tubuh ringkih istrinya. Halika mengikuti di belakang. Menunduk dalam.

Pupil mereka bertemu pandang.

"Sayang ... aku–aku minta maaf nggak bisa jaga calon bayi kita," lirih Luvi begitu Irgi menatapnya. Nyaris menangis.

Membelai pipi Luvi, Irgi menggeleng. "Enggak Sayang, kamu hebat."

Hal itu membuat Halika semakin diliputi rasa bersalah. Perlahan dia mendekat, memeluk Luvi seraya menangis. "Lika minta maaf, Teh. Gara-gara Lika dede bayinya diambil sama Allah. Coba kalau Lika dengerin omongan Teteh dan nggak minta aneh-aneh, dia pasti masih ada. Maaf ... Lika nggak tau kalau Teteh lagi hamil .... " ucapnya sesenggukan.

Luvi tersenyum lembut. Mengelus kepala berbalut hijab itu.

Sudut matanya meneteskan bulir bening yang jatuh ke bantal. "Nggak apa-apa ... bukan salah Lika."

Santrimu SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang