I

98 22 16
                                    

Selamat membaca! (﹡ˆ﹀ˆ﹡)
·

Telaga bahagia masih menunggu anak perempuan yang satu ini. Ia terpekur dalam semadinya, bersandarkan sebuah tembok cafetaria kampus. Hatinya terasa berat, suasana ramai di sekitarnya begitu berisik. Namun laknatnya, Ia merasa kesepian.

Ketentramannya buyar ketika seorang Adam menepuk pundaknya begitu keras, "astaga, awas kerasukan." Lelaki itu duduk di hadapan perempuan yang masih menunjukkan wajah datarnya. "Ada apa? Masih mikirin cowok itu?" tanyanya.

Dahi perempuan itu mengerut, "siapa?"

Lelaki itu mendecak, "siapa lagi? Si senior sok ganteng itu. Gantengan juga gue, kan? Hobi dia mah caper ke cewek-cewek."

Perempuan itu menggeleng, "hahaha, wrong answer. Itu ... gue baru kumpulin laporan kegiatan, terus ke sini buat cari suasana tenang."

"Ramai gini, deh. Haduh, Kinaaaa ... harusnya lo fokusin visi hidup, bukannya banyakin beban pikiran begitu," ucapnya.

Kina berdiri dari duduknya, "makasih, ya, Leon. Gue juga mau kasih tau tata krama dalam berteman, nih. Kalau gue nggak minta saran ... harusnya lo nggak usah kasih." Kemudian perempuan itu pergi meninggalkan Leon.

"Ah, sial," umpatnya, Ia mendecak kesal karena gagal menginvasi perempuan pujaan hatinya selama enam tahun. Benar sekali, Leon jatuh cinta kepada perempuan itu ketika mereka masih remaja SMP, dan sekarang Ia telah dewasa. Ia menghela napas dan pergi meninggalkan cafetaria.

Leon Elang Sadewa, laki-laki jurusan hukum semester tiga yang introvert dan keras kepala. Namun keaktifannya di kampus menutupi sifat introvert yang Ia miliki. Ayahnya merupakan seorang pengacara yang berpengalaman, sehingga Ia setuju mengambil jurusan Hukum sebab Ia ingin melanjutkan perjuangan sang Ayah.

Kinari Anindhita merupakan anak pejabat sipil yang hidupnya diselimuti kemewahan dan harsa tiada akhir. Walau begitu, perempuan ini selalu mencoba segala hal agar hadirnya tidak menjadi beban untuk orang tuanya. Hatinya berkelana pada aura seorang senior kece di kampus. Tampaknya agak ganjil, Ia menyukai lelaki yang sudah dijodohkan.

"Buset, panas bener kaya nyinyiran tetangga," keluh Kina. Ia terduduk lemas di halte kampus seraya menunggu satu angkutan umum yang lewat.

"Baterai HP dikit banget, kalau dipake, pasti langsung mati! Mana nggak ada angkot lagi, gue pulang naik apa, ya?" tambahnya. Ia tidak berhenti melontarkan kalimat keluhan.

Tiba-tiba, mobil hitam milik Kak Setya melintas dan berhenti di depan halte, pemilik mobil itu membuka kaca jendela, "hai! Kok belum pulang?"

"Halo, Kak Setya.... Iya, nih. Hpku lowbatt, nggak ada angkot lagi," balas Kina.

"Oh, kalau gitu..." Setya menegakkan duduknya, "...kamu hati-hati, kakak duluan, ya." Tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, lelaki itu menutup kaca jendela mobil seraya menggas mobilnya hingga menjauh dari halte.

"Ya elah, gue kira mau nganter."

"Woi, jelek!" panggil Leon, Ia datang dengan motor kesayangannya. "Sini, nebeng!" lanjutnya.

"Enggak, makasih tawarannya," tolak Kina.

"Lo mau pulang naik apa kalau gue nggak nawarin?" Leon melepas helmnya dan memberikan barang itu ke Kina.

"Gue ... pulang naik ojek di sana," jelasnya, kemudian perempuan itu menunjuk tempat pangkalan ojek.

Leon tersenyum kecut, "ya udah, gue duluan." Ia memakai helmnya kembali, "asal lo tau, mereka bau keringet." kemudian Ia menggas motornya, menjauh dari perempuan yang menyesali tindakannya barusan.

NAMPOLEON [CHOI SOOBIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang