5. Sick

1K 67 2
                                    

Jimin terbangun kala matahari mulai menampakkan wujudnya, seperti biasa. Masuk ke kamar mandi sekilas untuk membersihkan diri demi mengawali hari barunya. Namun saat Jimin keluar dari kamar mandi ia terkejut mendapati Yoongi yang sedang mengemasi beberapa pakaiannya ke dalam koper besar. Ia berpikir akan kemana Yoongi hingga mengharuskannya membawa koper besar itu. Dan juga kenapa Yoongi tidak berkata apapun dengannya.

Oh ya, ia ingat, ia bukan siapa siapa Yoongi kecuali 'mainan' nya yang mungkin sudah tidak berharga lagi sekarang. Hampir saja ia melupakan fakta itu. Namun tidak dapat ditutupi jika keinginan Jimin untuk bertanya jauh lebih besar dari pada mengingat hal itu.

"Hyung... Mau kemana? " Jimin menunduk memainkan ujung kemeja kebesaran yang ia pakai.

"Apa urusanmu. " jawab Yoongi ketus.

"A-aku hanya bertanya "

"Cih" berdecih singkat kemudian berlalu meninggalkan Jimin seorang diri di kamar, bahkan rumah untuk waktu yang tidak dapat ditentukan Jimin sendiri. Namun ia yakin bahwa Yoongi akan kembali suatu saat nanti. Mungkin ini perjalanan dinasnya, jadi Jimin memaklumi hal itu.

Sepergiannya Yoongi dari rumah, Jimin tetap melakukan kebiasaannya sebagai istri di rumah. Melakukan pekerjaan rumah tidaklah berat baginya walau kini keadaannya tengah mengandung dan memasuki bulan keenam.

Jimin berjalan riang menuju dapur, ia ingin es krim. Saat hendak menyuapkan es krim ke dalam mulutnya tiba tiba saja dadanya sesak, keringat bercucuran membasahi tubuhnya, badannya gemetar. Dengan cepat Jimin meraih ponsel yang ada pada saku celananya, mencari cari nama seseorang dengan gusar lalu segera menelfonnya saat dapat. Bibir Jimin terlihat pucat dan bergetar. Kenapa harus sekarang?

'Hy-hyung.. '

'Jimin? Ada apa? Kenapa suaramu bergetar? '

'Sa-kit hyu- "

Tak dapat menyelesaikan kalimatnya, Jimin jatuh pingsan begitu saja. Membuat orang di seberang sana kalut karena tak ada jawaban dari Jimin.

10 menit setelahnya pintu rumah Jimin dibuka, menampakkan sosok namja tinggi nan manis. Ia terlihat lebih tua dari Jimin. Tak ingin membuang waktu, ia segera berlari mengitari rumah rumah itu mencari keberadaan si pemilik rumah. Ia tak menemukan Jimin di mana pun. Hingga ia teringat jika dapur belum disinggahinya. Maka ia bergegas menuju dapur dan alangkah terkejutnya ia kala mendapati Jimin yang terbaring lemah dilantai dengan bibir pucat serta tubuh yang sedikit bergetar.

"Jimin! "

Teriakan melengking tak membangunkan Jimin yang tengah terbaring dilantai. Dengan segera ia mengangkat Jimin, menggendongnya ala bridal style dan meletakkannya di mobil.

Ia tancapkan gasnya membelah jalanan kota Seoul yang tengah ramai siang ini karena bertepatan dengan jam makan siang. Beberapa kali ia mengumpati pengendara lain yang menghalangi jalannya. Ia harus cepat cepat ke rumah sakit sebelum keadaan Jimin memburuk. Ia takut Jimin-nya kenapa kenapa.


"Brankar cepat! Ini kondisi darurat! "

Beberapa suster bergegas menuju ke arahnya dengan membawa brankar. Segera namja itu meletakkan Jimin di brankar dan ikut mendorongnya memasuki Unit Gawat Darurat.

Beberapa jam telah berlalu, namun Jimin tak kunjung jua membuka matanya membuat sang dokter sekaligus hyung-nya ini risau sedari tadi. Beberapa kali dokter itu berjalan mondar mandir di depan brankar Jimin dengan kuku jari yang ia gigit.

Eungh

Satu erangan membuat ia seketika berlari menghampiri Jimin. Menunggu pemuda itu membuka matanya dengan air mata yang mengenang di pelupuk matanya siap siap akan jatuh. Hingga kedua kelopak mata itu terbuka, mempertontonkan mata biru seindah lautan bersamaan dengan itu air mata sang dokter tumpah diiringi isakan yang cukup keras membuat Jimin tersentak. Ia menoleh, senyum tipis tersungging di bibir tebalnya.

Love Maze || Yoonmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang