"Istirahat, Den?"
Dena tersenyum dan menganggukan kepalanya. Sudah terhitung sebulan Dena bekerja di perusahaan cabang milik keluarga Mahendra ini.
Dan selama itu pula Dena harus ekstra sabar menghadapi tingkah bosnya yang menyebalkan.
Sebulan yang lalu, Dena dapat informasi lowongan pekerjaan ini dari Ivi. Entah gadis itu dapat dari mana. Yang jelas Dena memang sangat butuh pekerjaan saat itu, maka dari itu ia melamar tanpa fikir panjang.
Dan bagusnya keberuntungan tengah berpihak pada Dena. Dena diterima, dan akhirnya bekerja di kantor ini.
"Iya, Fit. Lo mau istirahat juga?" tanya Dena.
Fitri adalah salah satu teman kantornya. Gadis itu lebih muda satu tahun darinya, itulah sebabnya mengapa Dena tidak canggung berteman dengan gadis itu. "Iya, tapi gue lagi nunggu si Anggita dulu. Katanya mau ngasihin berkas dulu ke si Bos," ujar Fitri.
"Bareng aja, Den. Daripada di sana lo celingak-celinguk sendirian," kata Fitri lagi.
Dena mengangguk dan memilih duduk di kursi kosong tempat Anggita. "Den, gimana rasanya kerja satu ruangan sama si Bos? Beuh, kayanya kalau gue jadi lo auto bangun pagi tiap hari deh," ujarnya.
"Biasa aja," jawab Dena.
"Eh ngomong-ngomong, si Bos jomblo ya? Den kebayang gak kalau misalkan si Bos naksir sama gue? Terus gue diajakin nikah, Ya Allah auto keangkat derajat emak gue."
Dena menoyor kepala gadis itu gemas. "Halu tuh jangan ketinggian. Nanti jatoh nangis lagi. Lagian nih ya, si bos itu gak ada bagus-bagusnya. Manusia nyebelin kaya gitu apa yang lo arepin?"
Fitri membelakan matanya. Gadis itu mengkode Dena untuk membalikan badannya ke belakang. Namun, Dena masih terus meneruskan ucapannya. "Nih asal lo tau, selain nyebelin, mulut dia itu nyinyir banget. Udah kaya emak-emak komplek. Terus--"
"Den," bisik Fitri.
"Apa sih? Gue belum selesai ngomong. Mending lo cari cowok tuh yang kaleman dikit deh, Fit. Kaya doang kalau bisanya marah-marah sama nyindir-nyindir doang mah ngapain?"
"Sudah selesai membicarakan saya, Dena?"
Dena membelakan matanya. Gadis itu perlahan membalikan badannya dan berdiri seraya tersenyum canggung. "Eh, Pak. Sejak kapan di sini?" tanya Dena.
"Mampus," ujar Fitri pelan.
Dena melotot ke arah gadis itu. "Sejak kamu bilang saya manusia nyebelin."
"Pak--"
"Mulut saya nyinyir."
"Pak saya--"
"Kaya emak-emak komplek."
"Pak saya tadi--"
"Saya bisanya Marah-marah, sama nyindir-nyindir. Ingat Dena, kamu masih masa magang. Jangan sampai saya berubah fikiran buat pecat kamu!"
Dena menelan salivanya susah payah. Lagipula, mengapa dia datang di saat yang tidak tepat? Dasar menyebalkan!
"Ikut saya."
Fatur langsung berjalan pergi meninggalkan Dena. Gadis itu melotot ke arah Fitri yang tertawa, "Kenapa lo gak bilang kalau ada dia?" tanya Dena.
"Gue udah kode-kode, Den. Lonya aja yang ngomongnya nyerocos kaya kereta api," jawab Fitri.
Dena menghela nafasnya, "Fit sumpah--"
"Dena, kamu gak denger perintah saya?"
"I-iya, Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Geer! [OPEN PRE ORDER]
Художественная прозаFollow dulu dong biar jadi cees:v PART MASIH LENGKAP *** "Saya bisa loh banting bapak sekarang juga." "Saya juga bisa loh pecat kamu sekarang juga." Bagaimana rasanya ketika mempunyai bos rese dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi? Terlebih...